Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis "Partikel Penghubung" dalam Buku "Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar" Karya M. Ramlan, dkk.


ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
BIDANG SINTAKSIS “PARTIKEL PENGHUBUNG”
DALAM BUKU “BAHASA INDONESIA YANG SALAH DAN YANG BENAR”
KARYA M. RAMLAN, dkk
 Oleh: Dodit Setiawan Santoso, dkk




A.    PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi sosial antara manusia yang satu dengan manusia lain. Ditinjau dari segi kebahasaan, bahasa tidak lain daripada sekumpulan bunyi yang diucapkan manusia. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya keterlibatan kedua belah pihak, yaitu pihak komunikator dan pihak komunikan. Adanya kesesuaian antara gagasan kumunikator dengan tanggapan komunikan, disebabkan adanya kesamaan penguasaan sistem bahasa yang digunakan dalam komunikasi tersebut.

Sistem bahasa merupakan keseluruhan aturan atau pedoman yang ditaati oleh para pemakai bahasa. Pelanggaran terhadap sistem bahasa, baik disengaja maupun tidak, menyebabkan timbulnya kesalahan berbahasa yang dapat menghambat kelancaran berkomunikasi. Dengan ini, perlu adanya sebuah upaya analisis kesalahan berbahasa, agar tujuan-tujuan berbahasa yang sesuai kaidah itu dapat tercapai dengan sempurna. Adapun berbagai analisis kesalahan berbahasa itu yakni pada bidang fonologi (tata bunyi), morfologi (tata bentuk dan kata), sintaksis (tata kalimat), dan semantik (tata makna).

Pada bidang sintaksis, analisis kesalahan berbahasa dipusatkan pada prinsip dan aturan pembentukan kalimat, yang meliputi unsur S (subjek) - P (predikat), partikel penghubung, kalimat pasif, dan kontaminasi. Khusus mengenai penggunaan partikel penghubung terdapat lima unsur yakni preposisi, konjungsi, penunjuk kecaraan, penunjuk aspek, dan penunjuk derajat. Partikel penghubung digolongkan ke dalam kata tugas yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Penggunaan partikel penghubung pada tempat yang tidak semestinya dalam kalimat, menyebabkan tidak gramatikalnya kalimat tersebut. Misalnya pada kata hubung “bukan” dan kata hubung “tidak” pada contoh berikut.
(1)   Ia bukan melihat, tetapi mendengar.
(2)   Ia tidak melihat, tetapi mendengar.
Pada kalimat (1) penggunaan partikel “bukan” pada kalimat tersebut bila diamati dengan teliti pemakaiannya terlihat tidak tepat. Coba bandingkan dengan contoh kalimat (2) yang menggunakan partikel “tidak”. Penggunaan partikel “tidak” pada kalimat tersebut lebih cocok dibandingkan dengan penggunaan partikel “bukan”. Dari contoh analisis ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan partikel “tidak” lebih kepada jenis kata kerja, sedangkan penggunaan partikel “bukan” lebih kepada jenis kata benda dan kata sifat. Jadi jelas disini bahwa penggunaan partikel hubung yang tidak tepat pada fungsinya akan menyebabkan ketidakgramatikalan kalimat tersebut.
Dalam makalah ini kami akan membahas kesalahan bahasa dalam bidang sintaksis khususnya partikel penghubung karena kesalahan ini sering terjadi dalam penggunan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Banyak hal yang menyebabkan kesalahan pengunaan partikel penghubung, misalnya pemilihan dan penempatan konjungsi yang tidak tepat serta ketidaktahuan penutur maupun penulis dalam pengunaan konjungsi atau parikel penghubung. Selain itu, tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis dan memperbaiki kesalahan penggunaan partikel penghubung, serta agar bermanfaat untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan tujuan analisis kesalahan berbahasa.

   
 
B.     KAJIAN TEORI
Salah satu tujuan analisis kesalahan berbahasa bidang sintaksis, khususnya partikel penghubung adalah untuk mengetahui dan memperbaiki ketidaktepatan penggunaan segala unsur partikel penghubung tersebut dalam kalimat. Adapun partikel tersebut yakni preposisi, konjungsi, penunjuk kecaraan (atau modalita), penunjuk segi (atau aspek), dan penunjuk derajat. Dibawah ini akan dijelaskan satu per satu unsur partikel penghubung tersebut.
1.      Pengertian dan Ciri Partikel Penghubung
Partikel adalah segolongan pokok kata yang tidak dapat diinfeksikan yang mengandung makna gramatikal dan bukan makna leksikal. Partikel dipakai untuk menyebutkan golongan kata-kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek dan predikat, atau lebih tepatnya partikel itu bersifat atributif. Partikel juga disebut kata tugas. Lalu penghubung ialah kata atau kata-kata yang berfungsi menghubungkan satuan gramatikal yang satu dengan yang lain untuk membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Satuan gramatik yang dihubungkan mungkin berupa kalimat, klausa, frase, da mungkin pula berupa kata.
Ciri-ciri partikel penghubung atau kata tugas adalah:
-          Jumlahnya terbatas.
-          Keanggotaannya boleh dikatakan tertutup.
-          Kebanyakan tidak mengalami prosesmorfologi.
-          Memiliki makna gramatikal, bukan leksikal.
-          Ada dalam semua wacana.

2.      Jenis Rumpun Partikel Penghubung yang Menjadi Titik Tolak Analisis.
Berdasarkan peranannya atau kedudukannya dalam kalimat, rumpun partikel dapat digolongkan menjadi lima kelompok yakni:
a.       Preposisi adalah partikel atau kata yang terdapat atau terletak di depan dan menghubungkan dengan kata lain dalam ikatan eksosentrik. Preposisi dapat digolongkan lagi menjadi tiga golongan, yaitu: (1) Preposisi direktif, misalnya kata di, ke, dari, pada, kepada, akan; (2) preposisi agentif, yaitu kata oleh; dan (3) preposisi penunjuk orang, misalnya para, si, sang, dan sebagainya.
b.      Konjungsi atau konjungtor adalah partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf. Konjungsi pada umumnya tidak terdapat pada akhir kalimat dan tidak selalu diikuti oleh nominal. Konjungsi dapat digolongkan menjadi tiga golongan yakni: (1) konjungsi setara merupakan kata hubung yang menghubungkan dua atau lebih kata yang dapat berdiri sendiri dan bukan bagian dari kalimat yang dihubungkan , misalnya kata hubung dan, tetapi, namun, malahan; (2) konjungsi tak setara merupakan kata hubung yang menghubungkan klausa inti dan klausa bawahan yang mana klausa satu merupakan bagian dari klausa lainnya atau tidak mempunyai fungsi yang sama, kata hubung yang digunakan tersebut misalnya sambil, seraya, demi, sehingga, sejak, semenjak, sesudah, setelah, sebab, karena; dan (3) konjungsi korelatif, misalnya kian .… kian, makin …. makin, tambah …. tambah, lebih …. Lebih, baik …. maupun, walau …. sekalipun.
c.       Penunjuk kecaraan atau modalita adalah partikel yang digunakan untuk mengklasifikasikan pernyataan pembicara menurut hal menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan, maka dari itu distribusinya lebih luas daripada preposisi dan konjungsi. Ada diantaranya yang berbentuk klitika. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi sepulu golongan yaitu : (1) pengingkaran, misalnya bukan, tidak, tiada; (2) penegasan, misalnya kata bahwa, juga, lah, pun; (3) pertanyaan, misalnya kata adakah, apakah; (4) pelarangan, misalnya jangan, jangan sampai; (5) pengharapan, misalnya kata moga-moga, hendaknya, mudah-mudahan; (6) permintaan, misalnya kata silahkan, sudilah, kiranya; (7) penujuan, misalnya kata agar, supaya, untuk, bagi, buat; (8) penguluran, misalnya kata meski, walau, biar sekalipun; (9) persyaratan, misalnya kata jika, kalau, asal, andaikan, seandainya, kiranya; (10) penyangsian, misalnya kata-kata jangan-jangan, kalau-kalu, entah, gerangan, masak, agaknya, rasanya, rupanya.
d.      Penunjuk segi atau aspek adalah kategori gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis perbuatan, di mana kata yang berkategori ini tidak terdapat pada akhir kalimat melainkan pada umumnya mendahului verbal. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
(1)   Segi kompletif, misalnya kata telah, sudah habis;
(2)   Segi duratif, misalnya kata sedang, lagi, tengah;
(3)   Segi berantisipasi, misalnya kata akan.
e.       Penunjuk derajat yang berdistribusi praverbal atau purnaverbal dan kadang-kadang terdapat pada akhir kalimat. Misalnya kata amat, sangat, agak, sekali, benar, betul, kurang, lebih.
Partikel adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus yang ringkas atau kecil, dengan fungsi yang sukar dipindahtangankan ke fungsi lain. Ditinjau dari segi pembentukannya, kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Misalnya kata dengan, telah, dan, tetapi. Ada juga yang dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya kata tidak, sudah.
Dari segi kelompok kata, kata tugas itu hanya mempunyai tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas tidak dapat menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat. Di samping itu, kata tugas tidak dapat membentuk kalimat, meskipun ada juga kata tugas yang dapat membentuk kalimat. Oleh karena itu Gorys Keraf membagi kata tugas itu menjadi dua golongan yaitu kata tugas golongan yang monovalen dan kata tugas ambivalen. Kata tugas monovalen, yaitu kata yang semata-mata berluas untuk memperluas kalimat, misalnya: dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari, dsb. Sedangkan kata tugas ambivalen yaitu kata tugas yang disamping fungsinya sebagai kata tugas, dapat juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik dalam membentuk kalimat minim maupun dalam mengubah bentuknya, misalnya: kata sudah, tidak, dll.

Secara gramatik, penghubung berfungsi menghubungkan satuan gramatik yang satu dengan satuan gramatik lainnya untuk membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Di samping itu, secara semantik penghubung mempunyai fungsi menyatakan suatu pertalian antara unsur-unsur yang dihubungkan. Dari kelompok rumpun partikel ini, adapun pembagian lain yakni :
1)      Pertalian ‘penjumlahan’
ð  Ialah penggabungan peristiwa, keadaan, tindakan atau perbuatan, diri, dan mungkin juga benda. Penghubung yang digunakan untuk menyataka pertalian ‘penjumlahan’ ialah dan, dan lagi, lagi, lagi pula, serta, selain, di samping, tambahan pula, dan tambahan lagi. Misalnya : - Badannya kurus dan mukanya sangat pucat.

2)      Pertalian ‘perturutan’
ð  Ialah pertalian yang menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, atau perbuatan berturut-turut terjadi atau dilakukan. Penghubung yang digunakan ialah lalu, kemudian, dan lantas.
Misalnya : - Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.
3)      Pertalian ‘pemilihan’
ð  Ialah pertalian yang menyatakan pemilihan kenyataan ynag sebenarnya dilakukan. Biasanya kata penghubung yang digunakan untuk menyatakan pertalian ‘pemilihan’ adalah kata atau.
Misalnya: - Engkau menyanyi atau bermain piano.
4)      Pertalian ‘perlawanan’
ð  Ialah pertalian yang menyatakan perlawanan dan perbedaan. Penghubung yang digunakan ialah tetapi, tapi, akan tetapi, namun, hanya, melainkan, sedang, sedangkan, padahal, sebliknya, meski, meskipun, walau, walaupun, kendati, kendatipun, biar, biarpun, sekalipun, dan sungguhpun.
Misalnya : - Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.
5)      Pertalian ‘lebih’
ð  Ialah penghubung yang menyatakan klausa yang mengikuti kata hubung itu melebihi apa yang dinyatakan pada klausa lainnya. Penghubung yang digunakan untuk menyatakan pertalian ini ialah bahkan, malah, dan malahan.
Misalnya: - Mobil itu sering rusak, bahkan kini tidak dapat berjalan sama sekali.
6)      Pertalian ‘waktu’
ð  Penghubung yang digunakan untuk menyatakan pertalian ini ialah ketika, tatkala, tengah, sedang, waktu, sewaktu, selagi, semasa, sementara, serta, demi, begitu, selama, dalam, setiap, setiap kali, tiap kali, sebelum, setelah, sesudah, sehabis, sejak, semenjak, sedari, hingga, sehingga, dan sampai.
Misalnya : - Semenjak ia pindah dari rumah ini, aku belum pernah bertemu.
7)      Pertalian ‘perbandingan’
ð  Ialah pertalian yang menyatakan perbandingan antara ap yang dinyatakan dalam klausa inti dengan apa yang dinyatakan dalam klausa bukan inti. Penghubung yang digunakan ialah daripada, seperti, sebagaimana, bagai, seakan-akan, seakan, seolah-olah, seolah, serasa-rasa, dan serasa.
Misalnya: - Merea lebih suka memiliki uang daripada menyimpan barang.
8)      Pertalian ‘sebab’
ð  Penghubung yang digunaka pada jenis partikel ini ialah karena, oleh karena, sebab, lantaran, berhubung, berkat, dan akibat.
Misalnya : - Berkat rajin dan ulet, ia berhasil dalam usahanya.
9)      Pertalian ‘akibat’
ð  Penghubung yang digunakan pertalian ini ialah hingga, sehngga, sampai, dan sampai-sampai.
Misalnya: - Fani tertawa gelak-gelak sampai merah mukanya.
10)  Pertalian ‘syarat’
ð  Penghubung yang digunakan ialah apabila, bila, bilamana, manakala, jika, jikalau, kalau, asal, dan asalkan.
Misalnya : - Bilamana hujan turun agak lebat, daerah itu tentu tergenang air.
11)  Pertalian ‘pengandaian’
ð  Penghubung ynag digunakan ialah andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama.
Misalnya : - Sekiranya ia seorang dokter, tentu akan dapat menolongnya.
12)  Pertalian ‘harapan’
ð  Penghubung yang digunakan ialah agar, supaya, agar supaya, dan biar.
Misalnya: - Dokter memberi isyarat agar Anton mengikutinya.
13)  Pertalian ‘penerang’
ð  Penghubung yang digunakan ialah kata yang, tempat, di mana, dan dari mana.
Misalnya: Perempuan tua yang kemarin kutemui di sana pagi itu tidak kelihatan.
14)  Pertalian ‘isi’
ð  Penghubung yang digunakan ialah kata bahwa, kalau, dan kalau-kalau.
Misalnya: - Saya mendengar bahwa anda mengenal Bali dengan baik.
15)  Pertalian ‘cara’
ð  Ialah pertalian yang menyatakan bagaimana tindakan yang disebutka dalam klausa inti. Penghubung yang digunakan ialah dengan, tanpa, sambil, seraya, dan sembari.
Misalnya: - Aku mencoba tersenyum sambil menggelengkan kepala.
16)  Pertalian ‘perkecualian’
ð  Penghubung ynag digunakan ialah kecuali, dan selain.
MIsalnya : - Santo tidak melakukan dansa dengan sepenuhnya selain sekedar melangkahkan kaki untuk tidak berpijak atau menginjak.
17)  Pertalian ‘kegunaan’
ð  Penghubung yang digunakan ialah kata untuk, guna, dan buat.
Misalnya: - Ia bekerja keras buat mencapai cita-cita.

C.    PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang terkumpul ditemukan berbagai jenis kesalahan penggunaan partikel penghubung. Data-data yang kami peroleh adalah sebagai berikut:

1.      Kesalahan Penggunaan Preposisi
Kesalahan bidang preposisi ini berkaitan dengan kesalahan partikel atau kata yang terdapat atau terletak di depan dan menghubungkan dengan kata lain yakni dalam ikatan eksosentrik. Kesalahan preposisi dapat terjadi dapat digolongkan lagi menjadi tiga golongan, yaitu: (1) Preposisi direktif , misalnya kata di, ke, dari, pada, kepada, akan; (2) preposisi agentif, yaitu kata oleh; dan (3) preposisi penunjuk orang, misalnya para, si, sang, dengan, yang dan sebagainya. Berikut disajikan contoh data kesalahan penggunaan preposisi.
(1)   Para pedagang yang dari Jawa yang pada waktu itu dikuasai oleh Majapahit membawa rempah-rempah, cengkih, dan pala dari Indonesia timur ke Malaka.
(2)   Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
(3)   Homonim ialah bentuk yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi yang mengungkapkan makna yang berbeda karena berasal dari asal yang berlainan.
(4)   Sistem yang tersebut di atas antara lain juga di gunakan di Amerika Serikat.
(5)   Dalam bidang tertentu deret kontek yang berkaitan dinyatakan dengan perangkat istilah yang strukturnya juga mencerminkan dengan konsisten bentuk yang berkaitan.
Pada data (1) sampai dengan (5) tersebut terdapat kesalahan penggunaan partikel hubung yaitu kesalahan penggunaan preposisi. Preposisi yang dan pada dalam kalimat tersebut merupakan pengunaan preposisi yang mubazir atau berlebihan, preposisi yang seharusnya diletakan di depan kata nomina. Dalam hal ini preposisi yang atau prepoisisi pada jika dihilangkan maka akan menghasilkan kalimat yang gramatikal serta kalimat efektif. Dengan demikian perbaikan kalimat data (1) sampai (5) dapat dituliskan sebagai berikut :
(1a) Para pedagang dari Jawa yang waktu itu dikuasai oleh Majapahit membawa rempah-rempah, cengkih dan pala dari Indonesia timur ke Malaka.
(2a) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
(3a) Homonim ialah bentuk yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi mengungkapkan makna yang berbeda karena berasal dari asal yang berlainan.
(4a) Sistem di atas antara lain juga di gunakan di Amerika Serikat.
(5a) Dalam bidang tertentu deret kontek yang berkaitan dinyatakan dengan perangkat istilah yang strukturnya juga mencerminkan konsisten bentuk yang berkaitan.

2.      Kesalahan Penggunaan partikel pun
Kesalahan penggunaan partikel pun merupakan jenis kesalahan penulisan dan penempatan partikel pun di dalam kalimat. Sehingga menghasilkan kalimat yang rancu serta tidak gramatikal. Partikel pun dapat di tuliskan serangkai maupun terpisah, yang sudah tergolong dalam kelompok kata berikut sudah benar dituliskan serangkai, seperti : adapun, andaipun, ataupun,meskipun, sungguhpun, dan walaupun. Berikut disajikan contoh data kesalahan penggunaan partikel pun.
(1)   Biar waktu yang tersedia setiap hari hanya satu dua jam,tetapi itu sangat berdampak pada anak-anak.
Pada data (1) tersebut jika diamati kalimatnya belum tepat, seharusnya pada awal kalimat yaitu pada kata ”biar” ditambah dengan partikel pun agar kalimatnya menjadi tepat dan terlihat bahwa kalimat tersebut menyatakan perlawanan. Dengan demikian perbaikan kalimat data (1) dapat dituliskan sebagi berikut :
(1a) Biarpun waktu yang tersedia setiap hari hanya satu dua jam,tetapi itu sangat berdampak pada anak-anak.

3.      Kesalahan Penggunaan Partikel -kah
Kesalahan penggunaan partikel –kah merupakan jenis kesalahan pemilihan maupun penempatan partikel -kah di dalam kalimat. Sehingga menghasilkan kalimat yang rancu serta tidak gramatikal. Berikut disajiakan contoh data kesalahan penggunaan partikel -kah.
(1)   Mengarangkah cerita ia?
(2)   Menengokkah ia?
(3)   Menyapukah ia?
(4)   Mencontohkah Siti?
Pada data (1) terdapat kesalahan penggunaan partikel –kah, kalimat (1) bila kita sisipi objek maka kedudukan kah akan berubah, dan kalimat tersebut tidak jalan. Contohnya apabila kalimat (1) Mengarangkah cerita ia? Jabatan cerita dalam kalimat tersebut menduduki objek, dan partikel kah berpindah tempat kepada objek, sehingga kalimatnya akan jalan. Oleh karena itu kalimat (1) tidak tepat, seharusnya partikel –kah melekat pada objek, bukan pada kata kerja. Jadi kalimat-kalimat di atas dapat kita tambah objek agar kalimatnya menjadi gramatikal. Dengan demikian, perbaikan kalimat data (1) sampai (4) dapat dituliskan sebagai berikut :
(1a) Mengarang ceritakah ia?
(2a) Menengok ibukah ia?
(3a) Menyapu lantaikah ia?
(4a) Mencontoh bukukah Siti?

4.      Kesalahan Penggunaan Partikel boleh
Kesalahan penggunaan partikel boleh merupakan jenis kesalahan pemilihan maupun penempatan partikel boleh di dalam kalimat. Sehingga menghasilkan kalimat yang rancu serta tidak gramatikal. Berikut disajiakan contoh data kesalahan penggunaan partikel.
(1)   Di kelas boleh murid itu makan kacang.
Pada data (1) di atas terdapat kesalahan penggunaan partikel boleh yang menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak tepat. Partikel boleh seharusnya diletakkan di depan verba. Dengan demikian, perbaikan kalimat data (1) dapat dituliskan sebagai berikut :
(1a) Murid itu boleh makan kacang di kelas.
(1b) Murid itu boleh memakan kacang di kelas.

D.    KESIMPULAN
Partikel merupakan segolongan pokok kata yang tidak dapat diinfeksikan yang mengandung makna gramatikal dan bukan makna leksikal. Partikel dipakai untuk menyebutkan golongan kata-kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek dan predikat, atau lebih tepatnya partikel itu bersifat atributif. Berdasarkan peranannya atau kedudukannya dalam kalimat, rumpun partikel dapat digolongkan menjadi lima kelompok yakni preposisi, konjungsi, penunjuk kecaraan atau modalita, penunjuk segi atau aspek, dan penunjuk derajat.
Salah satu tujuan analisis kesalahan berbahasa bidang sintaksis, khususnya partikel penghubung adalah untuk mengetahui dan memperbaiki ketidaktepatan penggunaan segala unsur partikel penghubung tersebut dalam kalimat. Jenis kesalahan penggunaan partikel penghubung di antaranya kesalahan penggunan preposisi serta kesalahan penulisan maupun penempatan partikel penghubung dalam sebuah kalimat, sehingga menghasilkan kalimat yang tidak grmatikal.
Dari analisis kesalahan berbahasa yang kami temukan dalam buku “Bahasa Indonesia yang Salah dan Benar” ini terdapat beberapa kesalahan berbahasa dalam bidang penggunaan partikel penghubung yang sebagian besar kesalahan itu terjadi pada penggunaan kata hubung yang mubazir atau berlebihan dalam penggunaannya sehingga hal tersebut membuat kalimat yang dituju menjadi tidak gramatikal.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Kosadi. 1986. Anlisis Kesalahan Berbahasa: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
Ramlan, dkk. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar.Yogyakarta: Andi Offset.
---------------. 1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi  

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis "Partikel Penghubung" dalam Buku "Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar" Karya M. Ramlan, dkk."