ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA
BIDANG SINTAKSIS “PARTIKEL PENGHUBUNG”
DALAM BUKU “BAHASA INDONESIA YANG SALAH DAN YANG
BENAR”
KARYA M. RAMLAN, dkk
Oleh: Dodit Setiawan Santoso, dkk
A. PENDAHULUAN
Bahasa
merupakan alat komunikasi sosial antara manusia yang satu dengan manusia lain. Ditinjau
dari segi kebahasaan, bahasa tidak lain daripada sekumpulan bunyi yang
diucapkan manusia. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya keterlibatan kedua
belah pihak, yaitu pihak komunikator dan pihak komunikan. Adanya kesesuaian
antara gagasan kumunikator dengan tanggapan komunikan, disebabkan adanya
kesamaan penguasaan sistem bahasa yang digunakan dalam komunikasi tersebut.
Sistem bahasa
merupakan keseluruhan aturan atau pedoman yang ditaati oleh para pemakai
bahasa. Pelanggaran terhadap sistem bahasa, baik disengaja maupun tidak,
menyebabkan timbulnya kesalahan berbahasa yang dapat menghambat kelancaran berkomunikasi.
Dengan ini, perlu adanya sebuah upaya analisis kesalahan berbahasa, agar
tujuan-tujuan berbahasa yang sesuai kaidah itu dapat tercapai dengan sempurna. Adapun
berbagai analisis kesalahan berbahasa itu yakni pada bidang fonologi (tata
bunyi), morfologi (tata bentuk dan kata), sintaksis (tata kalimat), dan semantik
(tata makna).
Pada bidang
sintaksis, analisis kesalahan berbahasa dipusatkan pada prinsip dan aturan
pembentukan kalimat, yang meliputi unsur S (subjek) - P (predikat), partikel
penghubung, kalimat pasif, dan kontaminasi. Khusus mengenai penggunaan partikel
penghubung terdapat lima unsur yakni preposisi, konjungsi, penunjuk kecaraan,
penunjuk aspek, dan penunjuk derajat. Partikel penghubung digolongkan ke dalam
kata tugas yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Penggunaan partikel
penghubung pada tempat yang tidak semestinya dalam kalimat, menyebabkan tidak
gramatikalnya kalimat tersebut. Misalnya pada kata hubung “bukan” dan kata
hubung “tidak” pada contoh berikut.
(1)
Ia
bukan melihat, tetapi mendengar.
(2)
Ia
tidak melihat, tetapi mendengar.
Pada kalimat (1) penggunaan partikel “bukan” pada
kalimat tersebut bila diamati dengan teliti pemakaiannya terlihat tidak tepat.
Coba bandingkan dengan contoh kalimat (2) yang menggunakan partikel “tidak”.
Penggunaan partikel “tidak” pada kalimat tersebut lebih cocok dibandingkan
dengan penggunaan partikel “bukan”. Dari contoh analisis ini, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan partikel “tidak” lebih kepada jenis kata kerja, sedangkan
penggunaan partikel “bukan” lebih kepada jenis kata benda dan kata sifat. Jadi
jelas disini bahwa penggunaan partikel hubung yang tidak tepat pada fungsinya
akan menyebabkan ketidakgramatikalan kalimat tersebut.
Dalam
makalah ini kami akan membahas kesalahan bahasa dalam bidang sintaksis
khususnya partikel penghubung karena kesalahan ini sering terjadi dalam
penggunan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Banyak hal yang menyebabkan
kesalahan pengunaan partikel penghubung, misalnya pemilihan dan penempatan
konjungsi yang tidak tepat serta ketidaktahuan penutur maupun penulis dalam
pengunaan konjungsi atau parikel penghubung. Selain itu, tujuan utama penulisan
makalah ini adalah untuk menganalisis dan memperbaiki kesalahan penggunaan
partikel penghubung, serta agar bermanfaat untuk membina dan mengembangkan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan tujuan analisis kesalahan
berbahasa.
B. KAJIAN
TEORI
Salah satu
tujuan analisis kesalahan berbahasa bidang sintaksis, khususnya partikel
penghubung adalah untuk mengetahui dan memperbaiki ketidaktepatan penggunaan
segala unsur partikel penghubung tersebut dalam kalimat. Adapun partikel
tersebut yakni preposisi, konjungsi, penunjuk kecaraan (atau modalita),
penunjuk segi (atau aspek), dan penunjuk derajat. Dibawah ini akan dijelaskan
satu per satu unsur partikel penghubung tersebut.
1.
Pengertian
dan Ciri Partikel Penghubung
Partikel adalah segolongan pokok kata yang tidak dapat
diinfeksikan yang mengandung makna gramatikal dan bukan makna leksikal.
Partikel dipakai untuk menyebutkan golongan kata-kata yang tidak dapat berdiri
sendiri sebagai subjek dan predikat, atau lebih tepatnya partikel itu bersifat
atributif. Partikel juga disebut kata tugas. Lalu penghubung ialah kata atau
kata-kata yang berfungsi menghubungkan satuan gramatikal yang satu dengan yang
lain untuk membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Satuan gramatik yang
dihubungkan mungkin berupa kalimat, klausa, frase, da mungkin pula berupa kata.
Ciri-ciri partikel penghubung atau kata tugas adalah:
-
Jumlahnya
terbatas.
-
Keanggotaannya
boleh dikatakan tertutup.
-
Kebanyakan
tidak mengalami prosesmorfologi.
-
Memiliki
makna gramatikal, bukan leksikal.
-
Ada
dalam semua wacana.
2.
Jenis
Rumpun Partikel Penghubung yang Menjadi Titik Tolak Analisis.
Berdasarkan peranannya atau kedudukannya dalam
kalimat, rumpun partikel dapat digolongkan menjadi lima kelompok yakni:
a.
Preposisi adalah partikel atau kata yang terdapat atau terletak di depan dan
menghubungkan dengan kata lain dalam ikatan eksosentrik. Preposisi dapat
digolongkan lagi menjadi tiga golongan, yaitu: (1) Preposisi direktif,
misalnya kata di, ke, dari, pada, kepada,
akan; (2) preposisi agentif, yaitu kata oleh; dan (3) preposisi penunjuk orang, misalnya para, si, sang, dan sebagainya.
b.
Konjungsi atau konjungtor adalah
partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, klausa dengan
klausa, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf. Konjungsi pada
umumnya tidak terdapat pada akhir kalimat dan tidak selalu diikuti oleh
nominal. Konjungsi dapat digolongkan menjadi tiga golongan yakni: (1) konjungsi
setara merupakan kata hubung yang menghubungkan dua atau lebih kata yang
dapat berdiri sendiri dan bukan bagian dari kalimat yang dihubungkan , misalnya
kata hubung dan, tetapi, namun, malahan;
(2) konjungsi tak setara merupakan kata hubung yang menghubungkan klausa
inti dan klausa bawahan yang mana klausa satu merupakan bagian dari klausa lainnya
atau tidak mempunyai fungsi yang sama, kata hubung yang digunakan tersebut
misalnya sambil, seraya, demi, sehingga,
sejak, semenjak, sesudah, setelah, sebab, karena; dan (3) konjungsi
korelatif, misalnya kian .… kian,
makin …. makin, tambah …. tambah, lebih …. Lebih, baik …. maupun, walau ….
sekalipun.
c.
Penunjuk kecaraan atau modalita adalah
partikel yang digunakan untuk mengklasifikasikan pernyataan pembicara menurut
hal menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan, maka dari itu
distribusinya lebih luas daripada preposisi dan konjungsi. Ada diantaranya yang
berbentuk klitika. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi sepulu golongan
yaitu : (1) pengingkaran, misalnya bukan,
tidak, tiada; (2) penegasan, misalnya kata bahwa, juga, lah, pun; (3) pertanyaan, misalnya kata adakah, apakah; (4) pelarangan,
misalnya jangan, jangan sampai; (5) pengharapan,
misalnya kata moga-moga, hendaknya,
mudah-mudahan; (6) permintaan, misalnya kata silahkan, sudilah, kiranya; (7) penujuan, misalnya kata agar, supaya, untuk, bagi, buat; (8) penguluran,
misalnya kata meski, walau, biar
sekalipun; (9) persyaratan, misalnya kata jika, kalau, asal, andaikan, seandainya, kiranya; (10) penyangsian,
misalnya kata-kata jangan-jangan,
kalau-kalu, entah, gerangan, masak, agaknya, rasanya, rupanya.
d.
Penunjuk segi atau aspek adalah kategori
gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis perbuatan, di mana kata yang
berkategori ini tidak terdapat pada akhir kalimat melainkan pada umumnya
mendahului verbal. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu:
(1)
Segi
kompletif, misalnya kata
telah, sudah habis;
(2)
Segi duratif,
misalnya kata sedang, lagi, tengah;
(3)
Segi
berantisipasi, misalnya
kata akan.
e.
Penunjuk derajat yang berdistribusi praverbal atau
purnaverbal dan kadang-kadang terdapat pada akhir kalimat. Misalnya kata
amat, sangat, agak, sekali, benar, betul, kurang, lebih.
Partikel
adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus yang ringkas atau
kecil, dengan fungsi yang sukar dipindahtangankan ke fungsi lain. Ditinjau dari
segi pembentukannya, kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Misalnya kata
dengan, telah, dan, tetapi. Ada juga
yang dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya kata tidak, sudah.
Dari segi
kelompok kata, kata tugas itu hanya mempunyai tugas untuk memperluas atau
mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas tidak dapat menduduki fungsi-fungsi
pokok dalam sebuah kalimat. Di samping itu, kata tugas tidak dapat membentuk
kalimat, meskipun ada juga kata tugas yang dapat membentuk kalimat. Oleh karena
itu Gorys Keraf membagi kata tugas itu menjadi dua golongan yaitu kata tugas golongan yang monovalen dan kata tugas ambivalen. Kata tugas
monovalen, yaitu kata yang semata-mata berluas untuk memperluas kalimat,
misalnya: dan, tetapi, sesudah, di, ke,
dari, dsb. Sedangkan kata tugas ambivalen yaitu kata tugas yang disamping
fungsinya sebagai kata tugas, dapat juga bertindak sebagai jenis kata lain,
baik dalam membentuk kalimat minim maupun dalam mengubah bentuknya, misalnya:
kata sudah, tidak, dll.
Secara gramatik, penghubung berfungsi menghubungkan
satuan gramatik yang satu dengan satuan gramatik lainnya untuk membentuk satuan
gramatik yang lebih besar. Di samping itu, secara semantik penghubung mempunyai
fungsi menyatakan suatu pertalian antara unsur-unsur yang dihubungkan. Dari kelompok rumpun partikel ini,
adapun pembagian lain yakni :
1)
Pertalian
‘penjumlahan’
ð
Ialah
penggabungan peristiwa, keadaan, tindakan atau perbuatan, diri, dan mungkin
juga benda. Penghubung yang digunakan untuk menyataka pertalian ‘penjumlahan’
ialah dan, dan lagi, lagi, lagi pula,
serta, selain, di samping, tambahan pula, dan tambahan lagi. Misalnya : - Badannya kurus dan mukanya sangat pucat.
2)
Pertalian
‘perturutan’
ð
Ialah
pertalian yang menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, atau perbuatan
berturut-turut terjadi atau dilakukan. Penghubung yang digunakan ialah lalu, kemudian, dan lantas.
Misalnya : - Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.
3)
Pertalian
‘pemilihan’
ð
Ialah
pertalian yang menyatakan pemilihan kenyataan ynag sebenarnya dilakukan. Biasanya
kata penghubung yang digunakan untuk menyatakan pertalian ‘pemilihan’ adalah
kata atau.
Misalnya: - Engkau menyanyi atau
bermain piano.
4)
Pertalian
‘perlawanan’
ð
Ialah
pertalian yang menyatakan perlawanan dan perbedaan. Penghubung yang digunakan
ialah tetapi, tapi, akan tetapi, namun,
hanya, melainkan, sedang, sedangkan, padahal, sebliknya, meski, meskipun,
walau, walaupun, kendati, kendatipun, biar, biarpun, sekalipun, dan sungguhpun.
Misalnya
: - Rumah itu bagus, tetapi
pekarangannya tidak terpelihara.
5)
Pertalian
‘lebih’
ð
Ialah
penghubung yang menyatakan klausa yang mengikuti kata hubung itu melebihi apa
yang dinyatakan pada klausa lainnya. Penghubung yang digunakan untuk menyatakan pertalian ini ialah bahkan, malah, dan malahan.
Misalnya:
- Mobil itu sering rusak, bahkan kini
tidak dapat berjalan sama sekali.
6)
Pertalian
‘waktu’
ð
Penghubung
yang digunakan untuk menyatakan pertalian ini ialah ketika, tatkala, tengah, sedang, waktu, sewaktu, selagi, semasa,
sementara, serta, demi, begitu, selama, dalam, setiap, setiap kali, tiap kali,
sebelum, setelah, sesudah, sehabis, sejak, semenjak, sedari, hingga, sehingga,
dan sampai.
Misalnya : - Semenjak ia
pindah dari rumah ini, aku belum pernah bertemu.
7)
Pertalian
‘perbandingan’
ð
Ialah
pertalian yang menyatakan perbandingan antara ap yang dinyatakan dalam klausa
inti dengan apa yang dinyatakan dalam klausa bukan inti. Penghubung yang
digunakan ialah daripada, seperti,
sebagaimana, bagai, seakan-akan, seakan, seolah-olah, seolah, serasa-rasa,
dan serasa.
Misalnya:
- Merea lebih suka memiliki uang daripada
menyimpan barang.
8)
Pertalian
‘sebab’
ð
Penghubung
yang digunaka pada jenis partikel ini ialah karena,
oleh karena, sebab, lantaran, berhubung, berkat, dan akibat.
Misalnya :
- Berkat rajin dan ulet, ia berhasil
dalam usahanya.
9)
Pertalian
‘akibat’
ð
Penghubung
yang digunakan pertalian ini ialah hingga,
sehngga, sampai, dan sampai-sampai.
Misalnya: - Fani tertawa gelak-gelak sampai
merah mukanya.
10)
Pertalian
‘syarat’
ð
Penghubung
yang digunakan ialah apabila, bila,
bilamana, manakala, jika, jikalau, kalau, asal, dan asalkan.
Misalnya : - Bilamana
hujan turun agak lebat, daerah itu tentu tergenang air.
11)
Pertalian
‘pengandaian’
ð
Penghubung
ynag digunakan ialah andaikan, andaikata,
seandainya, sekiranya, dan seumpama.
Misalnya :
- Sekiranya ia seorang dokter, tentu
akan dapat menolongnya.
12)
Pertalian
‘harapan’
ð
Penghubung
yang digunakan ialah agar, supaya, agar
supaya, dan biar.
Misalnya:
- Dokter memberi isyarat agar Anton
mengikutinya.
13)
Pertalian
‘penerang’
ð
Penghubung
yang digunakan ialah kata yang, tempat, di mana, dan dari mana.
Misalnya: Perempuan tua yang
kemarin kutemui di sana pagi itu tidak kelihatan.
14)
Pertalian
‘isi’
ð
Penghubung
yang digunakan ialah kata bahwa, kalau, dan kalau-kalau.
Misalnya:
- Saya mendengar bahwa anda mengenal Bali dengan baik.
15)
Pertalian
‘cara’
ð
Ialah
pertalian yang menyatakan bagaimana tindakan yang disebutka dalam klausa inti.
Penghubung yang digunakan ialah dengan,
tanpa, sambil, seraya, dan sembari.
Misalnya:
- Aku mencoba tersenyum sambil
menggelengkan kepala.
16)
Pertalian
‘perkecualian’
ð
Penghubung
ynag digunakan ialah kecuali, dan selain.
MIsalnya : - Santo tidak melakukan dansa dengan sepenuhnya selain sekedar melangkahkan kaki untuk
tidak berpijak atau menginjak.
17)
Pertalian
‘kegunaan’
ð
Penghubung
yang digunakan ialah kata untuk, guna,
dan buat.
Misalnya: - Ia bekerja keras buat
mencapai cita-cita.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang terkumpul ditemukan berbagai
jenis kesalahan penggunaan partikel penghubung. Data-data yang kami peroleh
adalah sebagai berikut:
1.
Kesalahan
Penggunaan Preposisi
Kesalahan bidang preposisi ini berkaitan dengan kesalahan
partikel atau kata yang terdapat atau terletak di depan dan menghubungkan
dengan kata lain yakni dalam ikatan eksosentrik. Kesalahan preposisi dapat
terjadi dapat digolongkan lagi menjadi tiga golongan, yaitu: (1) Preposisi direktif
, misalnya kata di, ke, dari, pada,
kepada, akan; (2) preposisi agentif, yaitu kata oleh; dan (3) preposisi penunjuk orang, misalnya para, si, sang, dengan, yang dan sebagainya. Berikut disajikan contoh data
kesalahan penggunaan preposisi.
(1)
Para pedagang yang dari Jawa yang pada waktu itu dikuasai oleh Majapahit membawa rempah-rempah, cengkih, dan pala dari
Indonesia timur ke Malaka.
(2)
Penulisan lambang bilangan tingkat
dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
(3)
Homonim ialah bentuk
yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi yang
mengungkapkan makna yang berbeda karena berasal dari asal yang berlainan.
(4)
Sistem yang tersebut di atas antara lain juga
di gunakan di Amerika Serikat.
(5)
Dalam bidang tertentu
deret kontek yang berkaitan dinyatakan dengan perangkat istilah yang
strukturnya juga mencerminkan dengan
konsisten bentuk yang berkaitan.
Pada data (1) sampai dengan (5) tersebut
terdapat kesalahan penggunaan partikel hubung yaitu kesalahan penggunaan
preposisi. Preposisi yang dan pada dalam kalimat tersebut merupakan pengunaan
preposisi yang mubazir atau berlebihan, preposisi yang seharusnya diletakan di depan kata nomina. Dalam hal ini
preposisi yang atau prepoisisi pada jika dihilangkan maka akan
menghasilkan kalimat yang gramatikal serta kalimat efektif. Dengan demikian
perbaikan kalimat data (1) sampai (5) dapat dituliskan sebagai berikut :
(1a) Para pedagang dari Jawa yang waktu itu dikuasai oleh Majapahit membawa
rempah-rempah, cengkih dan pala dari Indonesia timur ke Malaka.
(2a) Penulisan lambang
bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
(3a) Homonim
ialah bentuk yang sama ejaan atau lafalnya, tetapi mengungkapkan makna yang
berbeda karena berasal dari asal yang berlainan.
(4a) Sistem di atas antara lain juga di gunakan di Amerika Serikat.
(5a) Dalam bidang
tertentu deret kontek yang berkaitan dinyatakan dengan perangkat istilah yang
strukturnya juga mencerminkan konsisten bentuk yang berkaitan.
2.
Kesalahan
Penggunaan partikel pun
Kesalahan
penggunaan partikel pun merupakan
jenis kesalahan penulisan dan penempatan partikel pun di dalam kalimat. Sehingga menghasilkan kalimat yang rancu
serta tidak gramatikal. Partikel pun
dapat di tuliskan serangkai maupun terpisah, yang sudah tergolong dalam
kelompok kata berikut sudah benar dituliskan serangkai, seperti : adapun,
andaipun, ataupun,meskipun, sungguhpun, dan walaupun. Berikut disajikan contoh
data kesalahan penggunaan partikel pun.
(1)
Biar waktu yang tersedia setiap hari
hanya satu dua jam,tetapi itu sangat berdampak pada anak-anak.
Pada data (1) tersebut jika diamati
kalimatnya belum tepat, seharusnya pada awal kalimat yaitu pada kata ”biar”
ditambah dengan partikel pun agar
kalimatnya menjadi tepat dan terlihat bahwa kalimat tersebut menyatakan
perlawanan. Dengan demikian perbaikan kalimat data (1) dapat dituliskan sebagi
berikut :
(1a) Biarpun waktu yang tersedia setiap hari
hanya satu dua jam,tetapi itu sangat berdampak pada anak-anak.
3.
Kesalahan
Penggunaan Partikel -kah
Kesalahan
penggunaan partikel –kah merupakan
jenis kesalahan pemilihan maupun penempatan partikel -kah di dalam kalimat. Sehingga menghasilkan kalimat yang rancu
serta tidak gramatikal. Berikut disajiakan contoh data kesalahan penggunaan
partikel -kah.
(1)
Mengarangkah
cerita ia?
(2)
Menengokkah
ia?
(3)
Menyapukah
ia?
(4)
Mencontohkah
Siti?
Pada data (1) terdapat kesalahan
penggunaan partikel –kah, kalimat (1)
bila kita sisipi objek maka kedudukan kah
akan berubah, dan kalimat tersebut tidak jalan. Contohnya apabila kalimat (1)
Mengarangkah cerita ia? Jabatan cerita dalam kalimat tersebut menduduki objek,
dan partikel kah berpindah tempat
kepada objek, sehingga kalimatnya akan jalan. Oleh karena itu kalimat (1) tidak
tepat, seharusnya partikel –kah
melekat pada objek, bukan pada kata kerja. Jadi kalimat-kalimat di atas dapat
kita tambah objek agar kalimatnya menjadi gramatikal. Dengan demikian,
perbaikan kalimat data (1) sampai (4) dapat dituliskan sebagai berikut :
(1a) Mengarang ceritakah ia?
(2a) Menengok ibukah ia?
(3a) Menyapu lantaikah ia?
(4a) Mencontoh bukukah Siti?
4.
Kesalahan
Penggunaan Partikel boleh
Kesalahan
penggunaan partikel boleh merupakan
jenis kesalahan pemilihan maupun penempatan partikel boleh di dalam kalimat. Sehingga menghasilkan kalimat yang rancu
serta tidak gramatikal. Berikut disajiakan contoh data kesalahan penggunaan
partikel.
(1)
Di
kelas boleh murid itu makan kacang.
Pada data (1) di atas terdapat
kesalahan penggunaan partikel boleh
yang menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak tepat. Partikel boleh
seharusnya diletakkan di depan verba. Dengan demikian, perbaikan kalimat data
(1) dapat dituliskan sebagai berikut :
(1a) Murid itu boleh makan kacang di
kelas.
(1b) Murid itu boleh memakan kacang
di kelas.
D. KESIMPULAN
Partikel
merupakan segolongan pokok kata yang tidak dapat diinfeksikan yang mengandung
makna gramatikal dan bukan makna leksikal. Partikel dipakai untuk menyebutkan
golongan kata-kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek dan
predikat, atau lebih tepatnya partikel itu bersifat atributif. Berdasarkan
peranannya atau kedudukannya dalam kalimat, rumpun partikel dapat digolongkan
menjadi lima kelompok yakni preposisi, konjungsi, penunjuk kecaraan atau
modalita, penunjuk segi atau aspek, dan penunjuk derajat.
Salah satu
tujuan analisis kesalahan berbahasa bidang sintaksis, khususnya partikel
penghubung adalah untuk mengetahui dan memperbaiki ketidaktepatan penggunaan
segala unsur partikel penghubung tersebut dalam kalimat. Jenis kesalahan
penggunaan partikel penghubung di antaranya kesalahan penggunan preposisi serta
kesalahan penulisan maupun penempatan partikel penghubung dalam sebuah kalimat,
sehingga menghasilkan kalimat yang tidak grmatikal.
Dari analisis
kesalahan berbahasa yang kami temukan dalam buku “Bahasa Indonesia yang Salah
dan Benar” ini terdapat beberapa kesalahan berbahasa dalam bidang penggunaan
partikel penghubung yang sebagian besar kesalahan itu terjadi pada penggunaan
kata hubung yang mubazir atau berlebihan dalam penggunaannya sehingga hal
tersebut membuat kalimat yang dituju menjadi tidak gramatikal.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Kosadi. 1986. Anlisis Kesalahan Berbahasa: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Terbuka.
Ramlan, dkk. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar.Yogyakarta: Andi Offset.
---------------.
1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan
Kata. Yogyakarta: Andi
Belum ada tanggapan untuk "Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis "Partikel Penghubung" dalam Buku "Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar" Karya M. Ramlan, dkk."
Post a Comment