Analisis Kesalahan Bahasa Tataran Fonologi


ANALISIS  KESALAHAN BAHASA
“TATARAN FONOLOGI”

A.    Latar Belakang
Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab bahasa merupakan alat pemersatu antara satu dengan yang lainnya, mulai dari tingkat skala kehidupan yang paling kecil keluarga, masyarakat, hingga ke skala yang paling besar kehidupan bernegara. Belajar bahasa  merupakan suatu kewajiban bagi semua orang. Bahasa pada saat ini telah menjadi suatu budaya yang patut dilestarikan keberadaannya. Dengan belajar bahasa berarti juga belajar membudidayakan diri sendiri, mengembangkan diri, dan membentuk diri menjadi manusia yang luhur.
Lebih dari setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan. Hal ini berarti bahwa sebagian besar manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda. Semakin besar jumlah orang yang seperti ini maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma di dalam penerapan kaidah bahasa pertama (B1) di dalam penggunaan bahasa kedua (B2). Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi di dalam pemakaian sistem B2 pada saat menggunakan B1.
Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2).
Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi B1 pada B2Salah satu dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa, yang lebih dikenal dengan istilah interferensi. Kesalahan berbahasa dalam hal ini merupakan bentuk penyimpangan wujud bahasa dari sistem atau kebiasaan umumnya pada suatu bahasa sehingga menghambat kelancaran komunikasi berbahasa..
Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menganalisis kesalahan berbahasa hanya dari segi tataran fonologinya. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi itu awalnya dipandang dari penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Ada kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
Penulis memilih menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologinya, karena bagi penulis kesalahan pada tataran fonologi menggugah rasa keingintahuan penulis untuk mengklasifikasikan kesalahan –kesalahan yang ada sesuai dengan jenisnya.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimanakah analisis kesalahan bahasa pada tataran fonologi ?

C.    Tujuan Penulisan
Untuk menganalisis kesalahan bahasa pada tataran fonologi.

D.          Landasan Teori
                 Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah berbahasa Indonesia dengan baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia merupakan berbahasa yang tidak benar. Jadi, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.
           Kesalahan berbahasa dapat terjadi karena tiga kemungkinan antara lain sebagai berikut:
1.     Terpengaruh bahasa yang dikuasai terlebih dahulu,
2.     Pemakai bahasa kurang memahami  kaidah-kaidah bahasa yang dipakainya.
3.      Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
                 Menurut Tarigan (dalam Setyawati, 2010:13) kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi:
1.     Berdasarkan tataran linguistik, dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa di
        bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana,

  2.  Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan
      menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis,
3.   Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud  kesalahan  
      berbahasa secara lisan dan secara tertulis,
4.  Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan
     berbahasa karena interferensi, dan
5.  Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas
     kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang,kurang, dan jarang terjadi.

E.     Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Indonesia antara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu terdapat pada tataran berikut.

1. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.
2. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.
3. Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
4. Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/.
5. Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
6. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.
7. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/.
8. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.
9. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal.
10. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
11. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/.
12. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.
13. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.
14. Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/.
15. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.
16. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/.
17. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/.
18. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/.
19. Penghilangan fonem /k/.
20. Penyimpangan pemenggalan kata.


Pengelompokan Data yang Salah
Buku I:Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar.
a.       Difahami  (halaman 85)
b.      Difikirkan (halaman 85)
c.       Perobahan (halaman 56)
d.      Joang (halaman 56)
e.       Lobang (halaman 56)
f.       Merobah (halaman 56)

Buku II: Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II
a.       Fihak (halaman 61)
b.      Ijasah (halaman 61)
c.       Mengobah (halaman 61)
d.      Korsi (halaman 27)
e.       Rapih (halaman 25)
f.       Jiarah (halaman 25)
g.      Sébar (halaman 25)
h.      Péka (halaman 25)
i.        Hutang (halaman 25)
j.        Edukatip (halaman 161)
k.      Pakultas (halaman 161)
l.        Unipersitas (halaman 161)
m.    Anggauta (halaman 26)

Buku III : Bahasa Indonesia Yang Salah Dan Yang Benar.
a.       Route (halaman 154)
b.      A-u-la  (halaman 82)
c.       Am-bo-i (halaman 82)
d.      Sa-u-da-ra (halaman 82)
e.       Group (halaman 154)
f.       Feces (halaman 132)
g.      Decibel (halaman 132)
h.      President (halaman 148)
i.        Tetua (halaman 128)


Buku IV:Buku Praktis Bahasa Indonesia I
a.       Aktip (halaman 70)
b.      Positip (halaman 149)
c.       Ijin (halaman 27)
d.      Azas (halaman 27)
e.       Jadual (halaman 71)

Buku V:Buku Praktis Bahasa Indonesia II
a.       Lembab (halaman 81)
b.      Baud (halaman 19)
c.       Jaman (halaman 81)
d.      Takua  (halaman 75)
e.       Pebuari (halaman 81)

Menentukan tipe kesalahan
1.      Kesalahan  karena proses zeronisasi
Zeronisasi adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Zeronisasi ada tiga jenis yaitu
a.Afersis adalah proses penghilangan satu atau lebih  fonem pada awal kata.
b. Apokop adalah proses penghilangan satu atau lebih  fonem pada akhir kata.
c. Sinkop adalah proses penghilangan satu atau lebih  fonem pada tengah kata.

Dari data kesalahan yang diperoleh yang termasuk dalam perm asalahan zeronisasi yakni:
a.       Afersis
Tetua (halaman 128 buku III)
b.      Apokop
President (halaman 148 buku III)

2.      Kesalahan karena diftong
Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal menjadi dua bunyi vokal :au, ai, oi
Anggauta halaman 26 buku II)
Route (halaman 154 buku III)
Group (halaman 154 buku III)

3.      Kesalahan karena fonem
a.       Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/. atau sebaliknya
Pebuari (halaman 81 buku V)
Positip (halaman 149 buku IV)
Aktip (halaman 70 buku IV)
Pakultas (halaman 161 buku II)
Edukatip (halaman 161 buku II)
Fihak (halaman 61 buku II)
Difahami  (halaman 85 buku I)
Difikirkan (halaman 85 buku I)

b.      Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
Sébar (halaman 25 buku II)
Péka (halaman 25 buku II)

c.       Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
Unipersitas (halaman 161 buku II)

d.      Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/. atau sebaliknya
Azas (halaman 27 buku IV)
Ijasah (halaman 61 buku II)

e.       Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/ atau sebaliknya
Jaman (halaman 81 buku V)
Ijin (halaman 27 buku IV)
Jiarah (halaman 25 buku II)

f.       Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
Korsi (halaman 27 buku II)
Mengobah (halaman 61 buku II)
Perobahan (halaman 56 buku I)
Joang (halaman 56 buku I)
Lobang (halaman 56 buku I)
Merobah (halaman 56 buku I)

g.      Fonem /c/ diucapkan menjadi /s/ atau sebaliknya
Feces (halaman 132 buku III)
Decibel (halaman 132 buku III)

h.      Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/ atau sebaliknya
Takua        (halaman 75 buku V)
Jadual (halaman 71 buku IV)

i.        Fonem /p/ diucapkan/dituliskan menjadi /b/ atau sebaliknya
Lembab (halaman 81 buku V)     
j.        Fonem /t/ diucapkan/dituliskan menjadi /d/ atau sebaliknya
Baud (halaman 19 buku V)

4.      Kesalahan karena penambahan fonem (anaptiksis)
a.       Protesis yaitu proses penambahan bunyi pada awal kata.
Dari data di atas ditemukan:
Hutang (halaman 25 buku II)
b.      Epentesis yaitu penambahan bunyi pada tengah kata
c.       Paragog yaitu penambahan bunyi pada akhir kata.
Dari data di atas ditemukan:
Rapih (halaman 25 buku II)

5.      Kesalahan karena pemenggalan
A-u-la  (halaman 82 buku III)
Am-bo-i (halaman 82 buku III)
Sa-u-da-ra (halaman 82 buku III)




Identifikasi dari kesalahan yang ditemukan
1.      Kesalahan  karena proses zeronisasi
a.       Afersis
Tetua (halaman 128 buku III)  seharusnya ditulis dengan kata “tua”
Fonem “te” hilang pada awal kata. Kata “tua” lebih lazim atau sering dipergunakan daripada kata “tetua”.
b.      Apokop
President (halaman 148 buku III) seharusnya ditulis dengan kata “presiden”
Fonem “t” hilang pada akhir kata. Kata “presiden” yang seharusnya ditulis jika dalam bahasa Indonesia.

2.      Kesalahan karena diftong
Anggauta halaman 26 buku II) seharusnya ditulis “anggota”.
Dalam hal ini ada proses perubahan diftong menjadi bunyi tunggal yaitu fonem “au” menjadi “o”.
Route (halaman 154 buku III) seharusnya ditulis “rute”. Dalam hal ini kesalahan terjadi karena fonem “ou” tetap digunakan yang seharusnya berubah menjadi” u”.
Group (halaman 154 buku III) seharusnya ditulis “grup”. Dalam hal ini kesalahan terjadi karena fonem “ou” tetap digunakan yang seharusnya berubah menjadi “u”.

3.      Kesalahan karena fonem
a.       Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/. atau sebaliknya
Pebuari (halaman 81 buku V)       --------à Febuari
Positip (halaman 149 buku IV)     --------à Positif
Aktip (halaman 70 buku IV)         --------à Aktif
Pakultas (halaman 161 buku II)    --------à Fakultas
Edukatip (halaman 161 buku II)   --------à Edukatif
Fihak (halaman 61 buku II)          --------à Pihak
Difahami  (halaman 85 buku I)     --------à Dipahami
Difikirkan (halaman 85 buku I)    --------à Dipikirkan

b.      Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
Sébar (halaman 25 buku II)          --------à Sebar
Péka (halaman 25 buku II)            --------à Peka

c.       Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
Unipersitas (halaman 161 buku II)           --------à Universitas

d.      Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/. atau sebaliknya
Azas (halaman 27 buku IV)          --------à Asas
Ijasah (halaman 61 buku II)          --------à Ijazah
     
e.       Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/ atau sebaliknya
Jaman (halaman 81 buku V)         --------à Zaman
Ijin (halaman 27 buku IV)                        --------à Izin
Jiarah (halaman 25 buku II           --------à Ziarah

f.       Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
Korsi (halaman 27 buku II)           --------à Kursi
Mengobah (halaman 61 buku II)  --------à Mengubah
Perobahan (halaman 56 buku I)    --------à Perubahan
Joang (halaman 56 buku I)            --------à Juang
Lobang (halaman 56 buku I)         --------à Lubang
Merobah (halaman 56 buku I)       --------à Merubah

g.      Fonem /c/ diucapkan menjadi /s/ atau sebaliknya
Feces (halaman 132 buku III)       --------à Feses
Decibel (halaman 132 buku III)    --------à Desibel

h.      Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/ atau sebaliknya
Takua        (halaman 75 buku V)  --------à Takwa
Jadual (halaman 71 buku IV)        --------à Jadwal

i.        Fonem /p/ diucapkan/dituliskan menjadi /b/ atau sebaliknya
Lembab (halaman 81 buku V)      --------à Lembap
           
j.        Fonem /t/ diucapkan/dituliskan menjadi /d/ atau sebaliknya
Baud (halaman 19 buku V)           --------à Baut

4.      Kesalahan karena penambahan fonem (anaptiksis)
a.       Protesis yaitu proses penambahan bunyi pada awal kata.
Dari data di atas ditemukan:
Hutang (halaman 25 buku II)       --------à Utang
b.      Epentesis yaitu penambahan bunyi pada tengah kata
c.       Paragog yaitu penambahan bunyi pada akhir kata.
Dari data di atas ditemukan:
Rapih (halaman 25 buku II)          --------à  Rapi


5.      Kesalahan karena pemenggalan
A-u-la  (halaman 82 buku III)             --------à Au-la
Am-bo-i (halaman 82 buku III)          --------à Am-boi
Sa-u-da-ra (halaman 82 buku III)       --------à Sau-da-ra

Keterangan: Huruf diftong ai. au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.

F.     Kesimpulan
Dalam analisis kesalahan bahasa pada tataran fonologi yang telah dilakukan pada lima buku, dipengaruhi oleh perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.









DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S.1986.Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar.Jakarta:PT Gramedia.
Badudu, J.S.1989.Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II.Jakarta:PT Gramedia.
Ramlan,M.1992.Bahasa Indonesia Yang Salah Dan Yang Benar.Yogyakarta:Andi Offset
Sugono,Dendy dkk.2011.Buku Praktis Bahasa Indonesia I.Jakarta.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugono,Dendy dkk.2011.Buku Praktis Bahasa Indonesia II.Jakarta.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Analisis Kesalahan Bahasa Tataran Fonologi"