PENGAJARAN SASTRA PADA BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS
VII KURIKULUM 2013
Oleh : Dodit Setiawan Santoso
A.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini sebagian besar generasi muda bangsa
kurang mendapatkan asupan pengetahuan pembentukan karakter di dunia pendidikan
yang diperolehnya, baik itu dari lembaga pendidikan, dari keluarga, maupun dari
lingkungan masyarakatnya. Jenis pendidikan atau pengajaran yang terpusat pada
teori-teori tertentu saja tanpa adanya keterkaitan mempraktikkannya,
menyebabkan siswa atau peserta didik menjadi kurang bisa memaknai keadaan,
situasi, dan perubahan lingkungannya sehingga kurangnya kepekaan rasa dan
pengetahuan budaya pada diri siswa tersebut. Hal ini tentu saja, berdampak
besar pada solidaritas antarbangsa dan rasa bangga mereka atas suatu budaya
yang melatarbelakangi mereka.
Adanya permasalahan yang dihadapi ini, kiranya
harus ada sebuah mata pelajaran khusus yang dapat mencakup segala aspek
kehidupan, tidak lain adalah pengajaran sastra. Pengajaran sastra mencakup
segala aspek kehidupan manusia yakni aspek religius (kepercayaan manusia
tentang agama), aspek sosial (moral, tingkah laku, dan hubungan dalam
masyarakat), dan aspek personal (menjelajahi pribadi dan mengubah alam
kesadaran manusia lain).
Segala aspek-aspek ini diharapkan siswa atau
peserta didik mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dunia nyata mereka,
sehingga mereka dapat mencapai suatu kesejahteraan dan kemajuan individu dan
sosialnya. Jadi, suatu pengajaran yang mempergunakan media sastra dalam proses pembelajaran,
hal ini dipandang mampu untuk menambah pengetahuan peserta didik (sebagai
pembaca atau penikmat), baik sebagai cerminan hidup, sebagai pedoman bertingkah
laku dan pemecahan masalah, serta sebagai pedoman mereka untuk memaknai
kehidupan (dalam hal ini keadaan, situasi, dan perubahan lingkungannya dari
masa ke masa). Semua aspek itu akan berjalan dengan baik tergantung pada
penulis/sastrawan dan juga tergantung pada guru dalam memilih bahan ajar sastra
sebagai bahan pembelajarannya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
dirumuskan berbagai masalah, yakni:
a) Sebutkanlah beberapa
materi pelajaran bahasa Indonesia kelas VII yang berkaitan dengan pengajaran
sastra dalam buku “Bahasa Indonesia:
Wahana Pengetahuan Kelas VII?
b) Bagaimanakah cara
mengajarkan pengajaran sastra untuk kelas VII?
c) Berapakah prosentase
pengajaran bermuatan sastra dalam buku “Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan
Kelas VII?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas
dapat dirumuskan beberapa tujuan penulisan ini, yakni:
a) Dapat
mengetahui dan membedakan materi pelajaran yang mengandung nilai sastra dengan
materi yang non-sastra pada buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VII.
b) Dapat
mengetahui proses dan penerapan pengajaran sastra pada belajar mengajar.
c) Dapat mengetahui
prosentase pengajaran sastra dalam buku “Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan Kelas VII.
B.
PEMBAHASAN
Prinsip penting dalam pengajaran (sastra, dan sebagainya) adalah memilih
bahan pengajaran yang tepat. Maksud kata “tepat” ini adalah bahwa bahan atau
materi pelajaran haruslah disesuaikan dengan kemampuan para siswa yang menjadi
objek dari proses pembelajaran. Belajar (Rahmanto, 1988: 26) merupakan upaya
yang memakan waktu cukup lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari yang
sederhana sampai yang rumit; pendeknya memerlukan suatu pentahapan. Karya
sastra dalam pengajaran sastra yang akan disajikan hendaknya diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kesukarannya dan kriteria tertentu yang lain, yang mana
sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa yang diajarkannya. Tanpa adanya
kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan, maka pelajaran yang
disampaikan akan gagal.
Berdasarkan kajian kami yakni mengenai bahan ajar bahasa Indonesia kelas
VII, kami berpendapat bahwa semua materi yang berbau sastra pada bahan ajar
yang ada di buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan siswa SMP kelas VII sudah
sesuai dengan kemampuan para siswa atau peserta didik. Di dalam buku bahan ajar
kelas VII tersebut ada dua bidang pengajaran sastra yaitu pengajaran puisi dan
pengajaran prosa (cerita pendek). Adapun materi bahan ajar tersebut yakni:
1) Pengajaran puisi
Adapun beberapa materi bahan ajar pada buku
Bahasa Indonesia kelas VII yang mengandung pengajaran puisi, yakni:
v Bab I. Cinta Lingkungan
Hidup (di halaman 3)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Strominng
dan metode demontrasi):
-
Guru meminta siswa membaca puisi “Tanah Kelahiran” pada buku tersebut
dan menyuruh memahaminya.
-
Guru menanyakan perihal pemaknaan siswa terhadap puisi tersebut.
-
Guru menayangkan film yang bertema cinta lingkungan hidup kepada siswa,
dimaksudkan agar memperkuat keyakinan siswa agar turut menjaga lingkungan
sekitarnya.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran tentang cinta lingkungan hidup,
serta memberikan amanat guna memotivasi siswa.
v Bab III. Remaja dan
Pendidikan Karakter (di halaman 77)
Cara mengajar
(menggunakan metode debat dan metode Braint Stroming):
-
Guru meminta salah satu siswanya untuk membacakan puisi “Dengan Puisi
Aku” pada buku tersebut di depan kelas. Sedangkan siswa yang lain di suruh
menyimak.
-
Guru menyuruh siswa untuk menjawab segala pertanyaan yang terkait puisi
pada buku itu tergantung pemaknaan yang masing-masing siswa.
-
Guru menyuruh siswanya untuk mengemukakan jawabannya dan merevisi
bersama-sama.
-
Guru mencontohkan segala perilaku baik yang bisa siswa terapkan dalam
perilakunya sehari-hari.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran serta memberikan apresiasi
kepada siswanya.
-
Guru menugasi siswa untuk membaca puisi “Do’a” dan “Senja di Pelabuhan
Kecil” karya Chairil Anwar dan menugasi menjawab dengan permasalahan atau
pertanyaan yang sama pada pertanyaan sebelumnya pada puisi “Dengan Puisi Aku”
karya Taufiq Ismail.
v Bab V. Peristiwa Alam (di
halaman 113)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming
dan metode simulasi):
-
Guru meminta siswa membaca puisi “Pemandangan” pada buku tersebut dan
menyuruh memahaminya.
-
Guru menanyakan perihal pemaknaan siswa terhadap puisi tersebut.
-
Guru menayangkan film yang bertema peristiwa alam kepada siswa,
dimaksudkan agar siswa sadar bahwa segala sesuatu tindakan manusia yang
merugikan alam pada akhirnya alam itu akan bertindak juga merugikan manusia
dengan segala peristiwa alam.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran tentang cinta lingkungan hidup,
serta memberikan amanat guna memotivasi siswa agar cinta kepada lingkungan
hidupnya.
v Bab V. Peristiwa Alam (di
halaman 127)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming):
-
Guru meminta siswa membaca puisi “Dalam Gelombang” pada buku tersebut
dan menyuruh memahaminya.
-
Guru menyuruh siswa menjawab pertanyaan perihal pemahaman dan pemaknaan
siswa terhadap puisi tersebut.
-
Guru menyimpulkan pembelajaran serta menugasi siswa membuat puisi yang
bertemakan tentang peristiwa-peristiwa alam yang pernah terjadi.
v Bab VIII. Analisis,
Ringkasan, dan Revisi Teks (di halaman 190)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming
dan metode demonstrasi):
-
Guru meminta siswa membaca teks “Chairil Anwar” dan menyuruh siswa
menjawab pertanyaan tersebut.
-
Guru menayangkan film yang memilii tema tentang sosok Chairil Anwar,
sehingga dengan harapan siswa akan lebih mengenal sosok tersebut.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
2) Pengajaran prosa (cerita pendek)
Adapun beberapa materi bahan ajar pada buku
Bahasa Indonesia kelas VII yang mengandung pengajaran prosa (cerita pendek),
yakni:
v Bab I. Cinta Lingkungan
Hidup (di halaman 17)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming
dan metode demonstrasi):
-
Guru meminta siswa membaca teks cerita “Dewi Sri: Dewi Kesuburan” dan
meminta siswa menjawab pertanyaan yang ada.
-
Guru menayangkan film terkait mitos Dewi Sri, dengan harapan siswa dapat
memahami bahwa mitos tersebut ada dan hidup pada masyarakat tertentu.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
v Bab II. Pengenalan Budaya
Indonesia (di halaman 48)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Strominng
dan metode demonstrasi):
-
Guru meminta siswa membaca teks cerita “Boneka Sigale-Gale” dan menyuruh
siswa menjawab pertanyaan terkait unsur-unsur kebahasaan yang membangun teks
cerita tersebut.
-
Guru menayangkan gambar terkait boneka sigale-gale yang sudah
dipersiapkan sebelumnya, sehingga siswa mengetahui bentuk dan rupa boneka yang
menjadi mitos tersebut.
-
Guru bersama siswa merevisi jawaban dan bersama-sama pula menyimpulkan
pembelajaran.
-
Guru membagikan teks tertentu pada siswa yang kemudian dijadikan tugas
rumah siswa untuk mencari unsur kebahasaan yang ada pada teks tersebut.
v Bab V. Peristiwa Alam (di
halaman 125)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming):
-
Guna untuk memahami teks eksplanasi, guru menyuruh siswa untuk membaca
teks “Laskar Pelangi: Novel Bernuansa Alam” dan menyuruh menjawab pertanyaan
yang ada.
-
Guru bersama siswa merevisi jawaban.
-
Guru menyuruh siswa untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari novel
“Laskar Pelangi” dan menugasi siswa untuk menjawab pertanyaan di lembar isian
yang telah ada tersebut dengan cara membagi kelompok 2-3 orang per-kelompok.
v Bab VI. Cerita Pendek
Indonesia (di halaman 144)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming):
-
Guru meminta siswa membaca cerpen “Kupu-Kupu Ibu”.
-
Guru meminta siswanya untuk mengulang kembali cerita yang sudah dibaca
dengan kata-kata sendiri.
-
Guru menanyakan kepada siswa tentang unsur instrinsik dan ekstrinsik
cerpen tersebut.
-
Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
v Bab VI. Cerita Pendek
Indonesia (di halaman 153)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming dan metode
demonstrasi):
-
Guru meminta siswa membaca teks cerita dongeng “Bawang Merah dan Bawang
Putih” dan meminta siswa menjawab pertanyaan yang ada pada tugas 2.
-
Guru meluruskan jawaban.
-
Guru menayangkan film terkait cerita dongeng “Bawang Merah dan Bawang
Putih”, dengan harapan agar pembelajaran dan amanat yang terkandung dapat
mengena langsung ke siswa.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
v Bab VI. Cerita Pendek Indonesia
(di halaman 156)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming):
-
Guru meminta siswa membaca teks cerita dongeng “Kisah Seekor Keledai”
dan meminta siswa menjawab pertanyaan yang ada.
-
Guru meluruskan jawaban.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran
v Bab VI. Cerita Pendek
Indonesia (di halaman 158)
Cara mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming
dan metode laboratorium):
-
Guru meminta siswa membaca teks cerita dongeng “Bayangan Diri” dan
meminta siswa menjawab pertanyaan yang ada..
-
Guru memperkaitkan cerita tersebut dengan cerita sebelumnya “Kisah
Seekor Keledai” dan menyuruh siswa untuk mencari kedekatan unsur yang sama yang
membangun dua buah cerita tersebut.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran dan
menugasi siswa mencari cerita lain.
v Bab VI. Cerita Pendek
Indonesia (di halaman 161)
Cara Mengajar
(menggunakan metode Braint Stroming
dan metode demonstrasi):
-
Guru meminta siswa membaca teks cerita “Candi Prambanan” dan meminta
siswa menjawab pertanyaan yang ada.
-
Guru meluruskan jawaban.
-
Guru menayangkan film terkait asal-usul candi Prambanan, dengan harapan
siswa dapat memahami bahwa mitos tersebut ada dan hidup pada masyarakat
tertentu.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
v Bab VII.
Pengenalan, Pencermatan, dan Pemahaman Berbagai Jenis Teks (di halaman 183)
Cara
mengajar (menggunakan metode Braint
Stroming):
-
Guru meminta siswa untuk membaca teks “Lebai Malang” dan menyuruh siswa
menentukan jenis teks tersebut.
-
Guru meminta siswa untuk mengungkap makna pada teks tersebut.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberikan amanat kepada
siswa terkait teks tersebut.
v Bab VII.
Pengenalan, Pencermatan, dan Pemahaman Berbagai Jenis Teks (di halaman 192)
Cara
mengajar (menggunakan metode Braint
Stroming dan metode demonstrasi)
:
-
Guru meminta siswa membaca teks ‘’Kisah Semut
dan Lalat’’ dan menyuruh siswa menentukan jenis teks pada teks tersebut.
-
Guru meminta siswa mengungkapkan makna dan amanat yang terkandung pada
teks tersebut.
-
Guru menjelaskan amanat yang tersebut secara terperinci.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
v Bab VII.
Pengenalan, Pencermatan, dan Pemahaman Berbagai Jenis Teks (di halaman 194)
Cara
mengajar (menggunakan metode Braint
Stroming dan metode ceramah):
-
Guru meminta siswa membaca teks Rumah Kecil Di
Bukit Sunyi da menyuruh siswa menentukan jenis teks pada teks tersebut.
-
Guru meminta siswa mengungkapkan makna dan amanat yang terkandung pada
teks tersebut.
-
Guru menjelaskan amanat yang tersebut secara terperinci.
-
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
3) Persentase Pengajaran Sastra
Dari satu sumber yang kami temukan terkait buku
tematik bahasa Indonesia kelas VII ini, adapun jumlah persentase pengajaran
sastra yang terdapat pada buku tematik bahasa Indonesia tersebut, yakni:
Jumlah pengajaran non sastra = 21 teks
Jumlah pengajaran sastra = 16 teks
Total teks (yg mengandung pengajaran sastra dan
non-sastra) = 37 teks
รจ Persentase pengajaran sastra
21
X
100 % = 56,75 %
37
Artinya bahwa
jumlah pengajaran sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII ini
lebih banyak dibanding dengan pengajara non-sastra. Dengan ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengajaran sastra pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII
sudah mulai diterapkan sebagai pembentuk kepribadian bagi pendewasaan pribadi
dan wawasan pengetahuan para siswa. Hal ini terbukti pada jumlah persentase
materi pengajaran sastra yang telah mencapai separuh persen dari semua materi
pembelajaran yang terdapat pada buku tematik bahasa Indonesia kelas VII.
C.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Belajar merupakan upaya untuk memperoleh
kepandaian dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa.
Belajar merupakan bagian dari pembelajaran, karena pembelajaran adalah proses
untuk menjadikan orang belajar. Proses pembelajaran tidak akan terlepas dari
materi bahan ajar, maka dari itu pula tidak akan lepas dari mengajar. Mengajar merupakan bagian dari
pengajaran, karena pengajaran adalah proses atau cara atau perbuatan mengajar.
Maka dari itu unsur terpenting dalam pengajaran adalah adanya guru/pendidik
sebagai pengajar, peserta didik sebagai objek pengajaran, dan materi sebagai
bahan ajar serta tujuan sebagai titik tolak terciptanya pengajaran. Diadakan
materi pengajaran oleh guru ini didasarkan pada kemampuan peserta didik
sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Di dalam bahasa kita mengenal ada
dua pengajaran yakni pengajaran bahasa dan pengajaran sastra. Pengajaran sastra
merupakan pengajaran khusus yang berbeda dengan pengajaran lainnya. Pada buku
bahasa Indonesia kelas VII ada dua jenis atau bentuk pengajaran sastra yakni
pengajaran puisi dan pengajaran prosa. Dalam proses pengajaran akan lebih
bagus, jika guru dalam pengajaran sastra ini mempergunakan media film guna
memperkuat pemahaman dan penguatan amanat yang disampaikan pada karya sastra
yang diajarkan.
2.
Saran
Guru atau pendidik hendaknya memilih
bahan berdasarkan tingkat kemampuan siswa-siswanya, dan hendaknya selalu ingat
bahwa tidak ada unsur-unsur magis yang melekat pada nama-nama penyair terkenal
atau mempunyai reputasi yang mantap. Jelas, nama-nama penyair terkenal itu
tidak selalu dapat menjamin ketepatan karya sastranya bagi siswa. Sebenarnya
banyak buku kumpulan puisi yang cocok untuk siswa sekolah menengah yang tela
diterbitkan. Akan tetapi guru diharapkan memiliki koleksi karya sastra (baik
puisi, prosa, dan sebagainya) yang terbukti sukses jika diterapkan pada
pengajaran siswa-siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Kemdikbud. 2013. “Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan Kelas
VII”. Kemdikbud: Jakarta.
Rahmanto, Bernadus. 1988. “Metode
Pengajaran Sastra”. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Belum ada tanggapan untuk "PENGAJARAN SASTRA PADA BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII KURIKULUM 2013"
Post a Comment