PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL=CONTEKSTUAL TEACHING & LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN TEKS PROSEDUR KOMPLEKS


PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL=CONTEKSTUAL TEACHING & LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN TEKS PROSEDUR KOMPLEKS

MAKALAH
A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Kegiatan utama pembelajaran di sekolah adalah adanya suatu proses, yang dinamakan proses belajar-mengajar. Mengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Menurut Bruner (dalam Nasution, 2011: 9) proses belajar dibedakan atas tiga fase, yakni (1) informasi, (2) transformasi, dan (3) evaluasi. Sedangkan sistem lingkungan yang memungkinkan proses belajar terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.
Setiap sistem lingkungan atau peristiwa belajar-mengajar mempunyai “profil” yang unik, yang mengakibatkan tercapainya tujuan belajar yang berbeda. Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiannya diusahakan secara eksplisit dengan tindakan instruksional tertentu dinamakan instruksional effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang merupakan hasil pengiring dinamakan nurturant effect, yang tercapainya karena siswa “menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu, seperti kemampuan berpikir kritis, bersikap terbuka, dan sebagainya.
Alat pendidikan yang paling utama ialah guru. Dalam pembelajaran di sekolah, guru memegang peranan sangat penting. Selain sebagai pengelola kelas, guru juga berperan sebagai pengemban pengetahuan dan sebagai model. Sebagai pengemban pengetahuan maksudnya bahwa guru berperan aktif dalam mengkomunikasikan pengetahuannya (komunikator), setiap guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang diajarkannya. Guru sebagai model maksudnya bahwa guru berperan sebagai sosok yang memberi contoh dan sosok yang dicontoh bagi/oleh siswa-siswanya. Maka dari itu, seorang guru diharuskan memiliki kompetensi pendukung pembelajaran, seperti kompetensi pedagogik, kepribadian, profesionalitas, dan kompetensi sosial.
Dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif terlibat pada pembelajaran, sehingga diharapkan proses belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan siswa lebih memahami materi yang diterimanya. Strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang akan dipakai oleh guru dalam menciptakan proses belajar-mengajar haruslah disesuaikan oleh karakter materi pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber daya belajar yang tersedia. Manajemen perencanaan pembelajaran yang tepat dan efektif oleh guru akan menghasilkan hasil yang baik pula dari peserta didik.
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, di samping itu juga bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang menentukan kelulusan siswa. Dalam kurikulum 2013, bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari mata pelajaran lain. Hal ini diperjelas dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai moto utama kurikulum 2013, yakni bahasa Indonesia penghela dan pembawa pengetahuan. Maka dari itu, untuk mengemban moto kurikulum 2013 ini seorang guru (khususnya guru bahasa Indonesia) haruslah bisa mengoptimalkan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga tercapailah tujuan kurikulum yang telah ditetapkan.
Melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, diharapkan siswa mampu berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Terdapat empat keterampilan berbahasa Indonesia yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di samping itu juga, siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulis maupun lisan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat atau lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian perlu adanya pendekatan pembelajaran yang efektif untuk mencapi keterampilan-keterampilan tersebut. Selain pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam kurikulum 2013, adapun pendekatan lain yang dapat dikaloborasikan yakni pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual atau yang sering disebut CTL (Contextual Teaching and Learning) ini merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang berbasis teks yang memungkinkan siswa untuk menguatkan dan menerapkan keterampilan yang mereka peroleh dari berbagai mata pelajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu juga, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi tertentu. Maka dari itu kaloborasi antara dua pendekatan ini akan menciptakan pembelajaran yang dipandang mampu untuk mensukseskan tujuan pembelajaran teks prosedur kompleks
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yakni:
a)      Apakah yang dimaksud pendekatan saintific dan perdekatan kontekstual (CTL)?
b)      Apakah ada hubungan antara kedua pendekatan tersebut?
c)      Bagaimanakah langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran teks prosedur kompleks dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut?
3.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dituliskan tujuan penulisan ini yakni:
a)      Dapat mengetahui hakikat pendekatan saintific dan pendekatan kontekstual.
b)      Dapat mengetahui hubungan kedekatan antara dua pendekatan dalam kaitannya dengan kurikulum 2013.
c)      Dapat menyusun langkah pembelajaran yang inovatif dengan menggabungkan dua pendekatan dalam pembelajaran teks prosedur kompleks.
4.      Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini yakni sebagai berikut.
a)      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada perkembangan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga tercipta berbagai variasi pembelajaran yang inovatif.
b)      Manfaat Praktis
Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan, menjadi sumbangan pemikiran dan pelengkap berbagai variasi pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Selain itu penulisan ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan penulis untuk melanjutkan ke jenjang pembahasan yang lebih sempurna, dengan harapan dapat dijadikan bahan praktek pembelajaran di kelas dan bahan skripsi di masa mendatang.



B.     KAJIAN TEORI
1.      Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Adapun tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan(skill), dan pengetahuan (knowledge) yang harus termuat pada setiap proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘’mengapa’’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar, agar peserta didik tahu tentang ‘’bagaimana’’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar, agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Dari ketiga ranah tersebut hasil akhir yang diperoleh adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hardskills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensii sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific)
Dalam proses pembelajaran yang berbasis pendekatan ilmiah (scientific) ini meliputi 5M proses yakni proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan atau membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
1)      Mengamati. Dalam proses pembelajaran ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti menentukan objek apa yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas data apa yang perlu diobservasi baik primer maupun sekunder, menentukan letak objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar, menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.
2)      Menanya. Seorang guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat divergen (bercabang), bersifat validatif (penguatan), memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif dan merangsang proses interaksi.
3)      Menalar. Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif (Student Center). Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif (khusus ke umum) dan penalaran deduktif (umum ke khusus).
4)      Mencoba. Proses ini dilakukan atau dilaksanakan dengan dasar tujuan yakni untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata antara lain:
-          Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum.
-          Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan.
-          Mempelajari dasar teoretis yang relevan danhasil eksperimen sebelumnya.
-          Melakukan dan mengamati percobaan.
-          Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data.
-          Menarik simpulan atashasil percobaan.
-          Membuat laporan.
5)      Komunikasi atau mengkomunikasikan hasil percobaan. Pada proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan memiliki Standar Kompetensi Lulusan (SKL) seperti:
-          Sikap.
Terkait sikap adalah pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan perabannya.
-          Keterampilan.
Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkrit.
-          Pengetahuan.
Pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
Adapun kriteria pembelajaran (dalam Komara. 2013. http://endangkomarasblog.blogspot.com/2013/10/pendekatan-scientific-dalamkurikulum.html) ) yang menjadi syarat khusus pendekatan ilmiah , yakni:
a)      Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu,bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b)      Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c)      Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d)     Mendorong dan menginspirasi siswamampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan sama lain dari materi pembalajaran.
e)      Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f)       Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
g)      Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
2.      Pendekatan Kontekstual (CTL= Contextual Teaching and Learning)
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna serta suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran/pengajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang telah dipelajarinya yakni dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Landasan filosofi pengembangan CTL adalah kontruktivisme, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa siswa akan membangun/membentuk sendiri tentang pengetahuan dan lain-lain dalam dirinya, bukan menghafal. Penemuan makna adalah ciri utama dari CTL. Ciri fisik kelas yang menerapkan CTL adalah dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa serta kelas selalu ramai dan gembira dalam belajar (tidak sepi). Pembelajaran CTL memanfaatkan berbagai sumber belajar dan setting pembelajaran yang bervariasi (tidak selalu di kelas) dengan catatan yakni harus relevan. Motto pembelajaran CTL adalah “cara belajar terbaik adalah siswa mengontruksi sendiri secara aktif pemahamannya”.
Pada hakikatnya pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah knsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang akan diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran efektif dalam CTL, yakni: Kontruktivisme (constructivism), Bertanya (questioning), Menemukan (inquiry), Perenungan (refleksi), Masyarakat Belajar (learning community), Pemodelan (modeling), dan Penilaian Sebenarnya (authentic assesment). Berikut ini penjelasan mengenai komponen utama pembelajaran CTL.
1)      Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis) pendekatan CTL, yaitu suatu filsafat pengetahuan yang secara ringkas menjelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruuksi seseorang, atau pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas dalam konteks yang terbatas, kemudian berkembang. Manusia membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya.
Kaum konstruktivis menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkontruksikan arti (baik teks, dialog, maupun pengalaman fisik), atau proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang dimiliki siswa sehingga pengertiannya dikembangkan. Pembelajaran bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Ciri khas paradigma pembelajaran konstruktivisme adalah keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses upaya belajar sesuai dengan kemampuan, pengetahuan awal, dan gaya belajar tiap-tiap siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa apabila mereka mengalami kesulitan dalam upaya belajarnya.
Dari pandangan konstruktivis yang menganggap bahwa strategi memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara, yakni: (1) Menjadikan pengetahuan lebih bermakna dan relevan bagi siswa; (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam kegiatan belajarnya.
2)      Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dengan cara diarahkan bukanlah hasil dari mengingat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan inquiry merupakan siklus yang terdiri dari: merumuskan masalah, mengumpulkan data hasil observasi, menganalisis dan menyajikan hasil, dan mengkomunikasikan hasil. Kegiatan inquiry memberikan kesempatan kepada guru untuk memahami cara berpikir siswa.
3)      Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran kontekstual (CTL). Bertanya (questioning) merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya bagi siswa merupakan kegiatan menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang telah diketahui. Kegiatan bertanya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan siswa, maupun siswa dengan orang lain.
Pertanyaan dari guru bukan sebagai strategi mempertahankan perhatian siswa, akan tetapi sebagai tujuan sedukatif (memberi motivasi, membimbing penemuan data, dan mengetahui kemampuan siswa pada saat analisis data). Atau dengan kata lain, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru diarahkan untuk: (1) mengetahui apa yang telah diketahui siswa; (2) membangkitkan rasa ingin tahu; (3) memusatkan perhatian siswa pada suatu objek pembelajaran; (4) merangsang respons siswa; (5) memicu pertanyaan-pertanyaan selanjutnya; (6) menyegarkan kembali apa yang telah dipelajari; dan (7) mengetahui apakah siswa sudah memahami materi yang disajikan.
4)      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat Belajar (Learning Community) maksudnya adalah sekelompok orang yang terlibat dalam kegiatan belajar yang memahami pentingnya belajar, baik belajar secara individual maupun berkelompok agar mereka dapat belajar lebih mendalam. Komponen atau konsep ini ditandai dengan pengertian bahwa pembelajaran diperoleh dengan atau dari kerjasama. Kerjasama tersebut dilakukan antarsiswa selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Kegiatan ini digunakan untuk sharing antarsiswa.
Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya, dalam pembelajaran terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (olahragawan, dokter, petani, perajin, dan sebagainya), bekerja dengan kelas sederajatnya, bekerja kelompok dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.
5)      Pemodelan (Modeling)
Maksud pemodelan adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang ditiru. Guru bukan satu-satunya model yang harus ditiru, tidak menutup kemungkinan siswa tertentu bisa menjadi model untuk teman-temannya. Misalnya pada pembelajaran pembacaan puisi, jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi maka guru bisa menunjuknya untuk menunjukkan kemampuannya. Pemodelan (modeling) diartikan sebagai upaya pemberian model dalam proses belajar mengajar.
6)      Perenungan (Refleksi)
Perenungan (refleksi)  merupakan peninjauan kembali atau perenungan kembali atas hal-hal yang sudah dilakukan. Refleksi mengacu pada aktivitas berpikir yang dilakukan oleh siswa untuk merenungkan kembali dan merespon aktivitas belajar yang telah dilakukan. Kemusian hasil dari refleksi digunakan sebagai perbaikan terhadap masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru perlu menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: (1) pernyataan langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang diperoleh; (2) catatan atau jurnal di buku siswa; (3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini; (4) diskusi; dan (5) hasil karya.
7)      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian sebenarnya atau istilah lainnya penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus mengekspresikan pengetahuan dan keterampilan dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.
Penilaian autentik bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Melalui penilaian autentik ini diharapkan berbagai informasi yang benar dan akurat dapat terjaring kaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan. Authentic assessment adalah bagian dari pembelajaran kontekstual yang meliputi berbagai bentuk penilaian yang mencerminkan bagaimana siswa belajar, bagaimana prestasi belajarnya, bagaimana motivasi dan sikapnya dalam semua kegiatan pembelajaran di kelas.
Pendekatan CTL menekankan penilaian otentik yang difokuskan pada tujuan pembelajaran, keterkaitan bahan, dan kolaborasi untuk memungkinkan siswa berpikir lebih tinggi. Penilaian otentik membuat siswa menunjukkan penguasaan tujuan, kedalaman pemahaman, dan pada saat yang sama dapat meningkatkan pengetahuannya serta dapat menemukan cara untuk memperbaiki diri. Selain itu, penilaian semacam ini juga membuat siswa dapat menggunakan pengetahuan yang diperoleh di kelas sehingga mereka masuk dalam konteks dunia nyata.
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran dan pengajaran kontekstual, guru seharusnya:
-          Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa.
-          Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung satu sama lain.
-          Mempertimbangkan keragaman siswa.
-          Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri dengan tiga karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan).
-          Memperhatikan multi-intelegensi siswa.
-          Menggunakan teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
-          Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (contructivism).
-          Memfasilitasi kegiatan penemuan agar memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri, bukan hasil mengingat sejumlah kata.
-          Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan.
-          Menciptakan masyarakat belajar dengan membangun kerjasama antar siswa.
-          Memodelkan sesuatu agar siswa menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
-          Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajarinya.
-          Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
Berikut Diagram Sistem Dukungan untuk Pelaksanaan CTL
Dukungan Masyarakat
                  Dukungan Keorganisasian Sekolah
                                          Pengajaran
                                                                  Pembelajaran Siswa


èDiagram di atas tersebut menunjukkan bahwa tujuan akhir pelaksaan CTL adalah mendukung pembelajaran yang berkualitas bagi siswa, karena melibatkan segala aspek dukungan.
3.      Teks Prosedur Kompleks
Prosedur Kompleks adalah jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah itu biasanya tidak dapat bolak-balik, karena akan menyebabkan tujuan akhir tidak tercapai. Struktur teks prosedur kompleks yakni judul, pendahuluan, bahan/alat, tujuan, dan langkah-langkah. Bahan/alat digunakan untuk menunjang langkah-langkah, dengan catatan yakni jika diperlukan. Langkah-langkah digunakan untuk mencapai tujuan atau judul yang diharapkan.
Adapun ciri kebahasaan teks prosedur kompleks yakni: (1) menggunakan kalimat imperatif, deklaratif, dan interogatif; (2) adanya partisipan manusia; (3) menggunakan verba material dan tingkah laku; (4) menggunakan konjungsi temporal.
-          Kalimat imperatif adalah kalimat yang isinya mengandung perintah.
Contoh: “Kenali si petugas”, “Aduk adonan hingga tercampur merata”, dsb.
-          Kalimat deklaratif adalah kalimat yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada pembaca.
Contoh : “Pengendara memahami kesalahannya”, “Goreng adonan hingga matang atau menguning”, dsb.
-          Kalimat interogatif adalah kalimat yang berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu.
Contoh : “Apakah Anda memahami kesalahan Anda?”, dsb.
-          Partisipan manusia adalah semua manusia yang ikut serta dalam suatu kegiatan prosedural.
Contoh: “Jika pengendara melakukan pelanggaran, tentu pihak yang berwajib menilangnya.”, dsb.
-          Verba material adalah verba yang mengacu pada tindakan fisik.
Misal: “memukul”, “melakukan”, “menilang”, “mengaduk”, dsb.
-          Verba tingkah laku adalah verba yang mengacu pada sikap yang dinyatakan pada ungkapan verbal (bukan sikap mental yang tak tampak).
Misal: “menerima”, “menolak”, dsb.
-          Konjungsi temporal adallah sesuatu yang mengacu pada urutan waktu.
Contoh: “Pertama, gunakan jas lab. Kedua, lakukan percobaan. Ketiga, simpulkan hasil percobaan”, dsb.




C.    PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan penulis uraikan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran, yang terdiri dari satuan pendidikan yang ditempuh pada pelaksanaan, tema, jenis teks, alokasi waktu dan jumlah pertemuan, KI & KD, indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, materi dan metode yang digunakan, kegiatan pembelajaran (yang berupa langkah-langkah, alokasi waktu, dan metode yang digunakan), media pembelajaran, dan wujud evaluasi pembelajaran. Berikut pembahasannya:


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan         : SMA
Kelas / Semester             : X / 1
Mata Pelajaran               : Bahasa Indonesia
Tema                              : Proses Menjadi Warga yang Baik
Jenis Teks                       : Teks Prosedur Kompleks
Pertemuan                      : 2 x Pertemuan
Alokasi Waktu               : 4 x 45 menit

Kompetensi Inti:
1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran,damai) santun, responsif dan pro-aktif  dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.      Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar:
1.3  Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks prosedur kompleks.
2.3 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan disiplin dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menunjukkan tahapan dan langkah yang telah ditentukan.
3.1    Memahami struktur dan kaidah teks prosedur kompleks, baik melalui lisan maupun tulisan.
4.1  Menginterpretasi makna teks prosedur kompleks, baik secara lisan maupun tulisan.
4.2  Memproduksi teks prosedur kompleks yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat, baik secara lisan maupun tulisan.
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1.      Dapat mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks prosedur kompleks.
2.      Dapat menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan disiplin menggunakan bahasa Indonesia untuk menunjukkan tahapan dan langkah yang telah ditentukan.
3.      Dapat memahami struktur dan kaidah teks prosedur kompleks, baik melalui lisan maupun tulisan.
4.      Dapat menginterpretasi makna teks prosedur kompleks, baik lisan maupun tulisan.
5.      Dapat memproduksi teks prosedur kompleks yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang dibuat, baik secara lisan maupun tulisan.

Tujuan Pembelajaran:
Selama dan setelah pembelajaran selesai siswa diharapkan dapat mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya untuk menyusun teks prosedur kompleks sesuai dengan kaidah dan konteks sarana komunikasi untuk menunjukkan tahapan dan langkah yang telah ditentukan.

Materi Pembelajaran:
1.      Pengenalan hakikat dan ciri bahasa teks prosedur kompleks.
2.      Pengenalan struktur teks prosedur kompleks.
3.      Pengenalan unsur kebahasan teks proseur kompleks.

Metode Pembelajaran:
1.      Pendekatan: pendekatan Scientific (ilmiah) dan pendekatan kontekstual
2.      Metode : Diskusi, inkuiri, penugasan.

Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Metode
Pendahuluan
1.      Peserta didik merespon salam dari guru.
2.      Peserta didik mendengarkan penjelasan guru terkait materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam topik “Proses Menjadi Warga Negara yang Baik” teks prosedur kompleks.
3.      Guru mengarahkan siswa untuk mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia sebagai landasan berkomunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks prosedur kompleks.
4.      Guru memotivasi siswa berkaitan dengan proses menjadi warga negara yang baik.
5.      Guru menyuruh siswa membaca teks prosedur kompleks tentang “Terkena Tilang”
15 menit
Diskusi, inkuiri, penugasan.
Inti
Mengamati
1.      Siswa mengamati teks prosedur kompleks tentang “Terkena Tilang” yang diperintah oleh guru.
Menanya
1.      Guru menanyakan kepada siswa terkait dasar topik yang akan dipelajari. Misalnya: Apa kepanjangan dari tilang?, dsb. è (termasuk komponen Bertanya dalam pendekatan Kontekstual)
2.      Lalu guru menanyakan terkait sebab-akibat terkena tilang. Misalnya: Mengapa hal tersebut (terkena tilang) dapat terjadi?, dsb. è (termasuk komponen Bertanya dalam pendekatan Kontekstual)
3.      Tahap selanjutnya, mempersilahkan siswa untuk bertanya kepada guru terkait topik tersebut. è (termasuk komponen Bertanya dalam pendekatan Kontekstual)
Menalar
1.      Para siswa diberi waktu untuk mengonstruksi dan membangun pengetahuan sendiri  tentang pertanyaan dikaitkan dengan materi pelajaran (pengetian, ciri, struktur, dan unsur kebahasaan teks prosedur kompleks). è (langkah ini termasuk komponen “Mengonstruksi dn Membangun Pengetahuan Sendiri /Kontruktivisme” dalam pendekatan Kontekstual)
Mencoba
1.      Para siswa mencoba menjawab pertanyaan terkait langkah-langkah, unsur kebahasaan, dan struktur teks prosedur kompleks yang ada di buku masing-masing, baik itu sendiri maupun berkelompok bersama siswa lain untuk menjawabnya. è (langkah ini termasuk komponen “Menemukan Pengetahuan Sendiri/ Inquiry” dan komponen “Masyarakat Belajar” dalam pendekatan kontekstual)
Mengkomunikasikan
1.      Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil jawabannya. è (langkah ini termasuk komponen “Masyarakat Belajar” dalam pendekatan Kontekstual)
2.      Siswa lain disuruh memperhatikan, dan bersama-sama menentukan benar salahnya jawaban tersebut. è (langkah ini termasuk komponen “Masyarakat Belajar” dalam pendekatan Kontekstual)

65 menit

Kegiatan Penutup
1.      Guru memberikan apresiasi kepada para siswanya.
2.      Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
3.      Guru mempersilahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil yakni 3 orang, lalu memberikan tugas kepada siswa.
4.      Guru menutup pembelajaran dengan salam, siswa menjawab salam.
10 menit


Pertemuan Kedua
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Metode
Pendahuluan
1.      Peserta didik merespon salam.
2.      Guru menanyakan pelajaran minggu lalu.
3.      Guru menanyakan tugas minggu lalu.
4.      Guru menjelaskan proses belajar yang akan dilakukan.
5.      Guru mempersilahkan kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi terkait teks prosedur kompleks. è (langkah ini termasuk komponen “Memodelkan/Modeling” dalam pendekatan Kontekstual)
15 menit
Diskusi, inkuiri, penugasan.
Inti
Mengamati
1.      Guru bersama siswa yang lain mengamati dan mendengarkan proses presentasi.
Menanya
1.      Guru mempersilahkan para siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap kelompok siswa yang presentasi di depan. è (langkah ini termasuk komponen “Bertanya” dalam pendekatan Kontekstual)
2.      Setelah siswa tidak ada yang bertanya lagi, guru berganti bertanya seputar topik yang mereka utarakan dalam presentasinya. è (langkah ini termasuk komponen “Bertanya” dalam pendekatan Kontekstual)
Menalar
1.      Semua siswa termasuk yang presentasi mencari jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. è (langkah ini termasuk komponen “Kontruktivisme” dalam pendekatan Kontekstual)
Mencoba dan Mengkomunikasikan
1.      Kelompok siswa yang presentasi mencoba menjawab pertanyaan yang telah diajukan. è (langkah ini termasuk komponen “Inquiry” dalam pendekatan Kontekstual)
2.      Guru mempersilahkan siswa lain untuk menyanggah ataupun menambahkan jawaban.
3.      Pada tahap berikutnya guru berperan meluruskan semua jawaban yang telah muncul. è (langkah ini termasuk komponen “Merefleksi” dalam pendekatan Kontekstual)
65 menit

Kegiatan Penutup
1.      Guru memberikan apresiasi kepada siswa.
2.      Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
3.      Guru melakukan evaluasi pembelajaran hari ini untuk ke tahap materi selanjutnya. è (langkah ini termasuk komponen “Penilaian Otentik” dalam pendekatan Kontekstual)
4.      Guru memberikan menyuruh siswa membaca materi berikutnya.
5.      Guru menutup pembelajaran.
10 menit


Media dan Sumber Pembelajaran:
1.      Media: Laptop dan model teks prosedur kompleks.
2.      Sumber pembelajaran:
Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kemendikbud.
3.      Buku penunjang









Lembar Evaluasi Pembelajaran
Lembar Penialaian Proses (Sikap)

Nama          :………………………………………
Kelas / NIS :………………………………………
Tanggal       :………………………………………
No.
Aspek yang Dinilai
Tingkat
Skor
Teknik Penilaian
Instrumen
1
KESESUAIAN ISI
·         Mengerjakan tugas dengan amat baik, pembahasan amat baik, informasi relevan dan tepat, interpretasi sangat kuat dan mendukung.
·         Mampu mengerjakan tugas dengan baik, pembahasan mampu, informasi umumnya relevan dan tepat, interpretasi umumnya mendukung.
·         Kurang mampu mengerjakan tugas, pembahasan dapat diterima tapi kadang tidang konsisten, informasi kadang tidak relevan/tidak tepat, interpretasi kadang tidak konsisten dengan fakta.
·         Tidak bisa mengerjakan tugas, pembahasan tidak lengkap dan tidak konsisten, informasi sering tidak relevan/tidak bisa diterima.

Baik Sekali




Baik



Sedang





Kurang




81-100




61-80



41-60





21-40





Observasi

Lembar Tes
2
KESESUAIAN LANGKAH
·         Komunikasi efektif, ungkapan tertata rapi, hubungan antar bagian teks jelas.
·         Komunikasi cukup efektif, organisasi dan urutan ungkapan umumnya tertata dengan baik dan tertaur, hubungan antar bagian teks umumnya jelas.
·         Komunikasi kadang cukup efektif, penataan ungkapan kadang sulit diikuti, hubungan antar bagian teks kadang tak jelas.
·         Komunikasi tidak efektif, maksud tak jelas, penataan dan urutan ungkapan membingungkan, hubungan antar bagian teks tidak jelas.

Baik Sekali


Baik



Sedang



Kurang


81-100


61-80



41-60



21-40


Observasi

Lembar Tes
3
PENGGUNAAN KOSAKATA
·         Penguasaan kosakata canggih, pilihan kata dan ungkapan afektif, menguasai pembentukan kata, penggunaan register tepat
·         Penguasaan kosakata memadai, pilihan, bentuk, dan penggunaan kosakata / ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak mengganggu
·         Penguasaan kata terbatas, sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan dan penggunaan kosakata / ungkapan, makna membingungkan atau tidak jelas
·         Pengetahuan tentang kosakata, uangkapan, dan pembentukan kata rendah, tidak layak dinilai

Baik Sekali




Baik



Sedang





Kurang


81-100




61-80



41-60





21-40


Observasi

Lembar Tes
4
PENGGUNAAN KALIMAT
·         Konstruksi kompleks dan afektif, terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi)
·         Kostruksi sederhana tetapi efektif, terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan pada penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi) tetapi makna cukup jelas
·         Terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat  tunggal / kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutan / fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan) makna  membingungkan  atau kabur
·         Tidak menguasai tata kalimat, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak dinilai

Baik Sekali




Baik



Sedang





Kurang



81-100




61-80



41-60





21-40


Observasi

Lembar Tes

1.      Penilaian Proses (Sikap)
a.       Aspek yang Dinilai  : Religius, tanggung jawab, proaktif, peduli, dan disiplin
b.      Teknik Penilaian       : Pengamatan selama proses pembelajaran
c.       Instrumen Penilaian: Lembar pengamatan
Lembar Penilaian Proses (Sikap)
Bubuhkan tanda √ pada kolom sesuai hasil pengamatan!
No
Nama Siswa
Religius
Tanggung Jawab
Proaktif
Peduli
Disiplin


BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MT
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK




1
























2
























3
























4























5
























Keterangan:
MK : Membudaya
MB : Mulai berkembang
MT : Mulai tampak
BT  : Belum tampak

2.      Penilaian Presentasi

Lembar Penilaian Presentasi
Nama          :………………………………………
Kelas / NIS :………………………………………
Tanggal       :………………………………………

No

Aspek Penilaian
Skor

Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
4
3
2
1
1
Persiapan




2
Penyampaian




3
Penampilan




4
Komunikasi Nonverbal




5
Komunikasi Verbal




6
Pemanfaatan Piranti Bahasa




7
Alat Bantu Visual




8
Tanggapan terhadap Pertanyaan




9
Isi




Jumlah












Lembar Materi
1.      Lembar Memotivasi  Siswa
Sebagai warga yang baik, kalian perlu hidup berdampingan dengan sesama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal itu, kalian perlu memiliki perilaku sehari-hari yang mencerminkan kesadaran hukum, yaitu kesadaran akan nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada atau kesadaran akan adanya perilaku yang diatur dengan hukum. Pada konteks bermasyarakat dan bernegara itu, setiap warga negara Indonesia wajib mematuhi hukum. Dengan kata lain, setiap orang Indonesia hendaknya berperilaku sesuai dengan ketentuan hukum. Pada konteks bermasyarakat secara global pun, setiap orang merupakan warga dunia yang hendaknya dapat beradaptasi dengan tata peraturan pergaulan internasional.
Kesadaran hukum yang dimiliki setiap orang tercermin pada berbagai aspek kehidupan. Berikut ini adalah contoh kesadaran hukum. Penduduk Indonesia yang sadar hukum tentu harus mempunyai kartu tanda penduduk (KTP) bagi yangberumur 17 tahun ke atas; pengendara kendaraan bermotor harus mempunyai surat izin mengemudi (SIM); dan orang yang bepergian ke negara lain harus mempunyai paspor dan visa.
Dalam kaitan dengan aspek warga yang baik untuk mengikuti tahapan dalam suatu proses, kalian akan mengeksplorasi teks prosedur kompleks. Kalian akan mengetahui ketahui bahwa teks prosedur kompleks berisi langkah-langkah atau tahap yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Banyak kegiatan di sekitar kita yang harus dilakukan menurut prosedur. Jika kalian tidak mengikuti prosedur itu, tujuan yang diharapkan tidak tercapai dan kalian dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mengetahui aturan.
Contoh prosedur yang baru-baru ini kalian tempuh adalah proses pada saat kalian mendaftar ke SMA, MA, atau SMK tempat kalian belajar ini. Apakah kalian ingat apa yang harus dilakukan saat itu? Persyaratan tertentu apa yang harus kalian penuhi dan langkah-langkah apa yang harus kalian tempuh? Apabila pada saat itu syarat tidak kalian penuhi dan langkah-langkah yang diminta tidak kalian tempuh, tujuan kalian untuk masuk ke sekolah ini tidak akan tercapai. Hal yang kalian lakukan pada saat mendaftar itu tidak lain adalah prosedur. Apabila semuanya kalian tulis atau ceritakan secara lisan, teks yang tercipta tergolong ke dalam teks prosedur kompleks.
Selama pelajaran ini berlangsung, kalian diminta untuk melaksanakan tugas tambahan membaca buku. Carilah buku yang berisi tata cara penggunaan dan perawatan sarana teknologi. Bacalah buku itu dan tuliskanlah hasil baca buku kalian.
Pada kegiatan ini teks prosedur kompleks yang kalian pelajari berkenaan dengan langkah-langkah yang ditempuh ketika seseorang terkena sanksi pelanggaran lalu lintas dan cara mengambil uang melalui anjungan tunai mandiri (ATM). Ada kalanya, denda pelanggaran (seperti tilang) harus dibayar melalui ATM. Kalian diharapkan dapat mengenali dan membuat teks prosedur kompleks, baik secara tertulis maupun lisan. Untuk itu, berikut ini beberapa tugas telah disiapkan untuk kalian.

2.      Materi Utama

Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Ditilang?
1.      Di Indonesia banyak pengendara kendaraan bermotor. Jika pengendara melakukan pelanggaran, tentu pihak berwajib akan menilangnya.
2.      Pertama, kenali si petugas. Cobalah mengenali nama dan pangkat polisi yang tercantum di pakaian seragamnya. Mereka mempunyai kewajiban menunjukkan tanda pengenal. Nama dan pangkat polisi menjadi penting apabila polisi bertindak di luar prosedur. Jangan hentikan kendaraan Anda jika ada orang berpakaian preman mengaku sebagai polisi lalu lintas (polantas)!
3.      Kedua, pahami kesalahan Anda. Tanyakanlah apa kesalahan Anda, pasal berapa yang dilanggar, dan berapa dendanya. Sebagai pembimbing masyarakat, polisi harus menjelaskan kesalahan pengendara agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Alasan pelanggaran dan besarnya denda juga harus berdasarkan hukum yang berlaku.
4.      Ketiga, pastikan tuduhan pelanggaran. Pengendara sudah selayaknya mengecek tuduhan pelanggaran polisi tersebut, benar atau tidak. Jika polisi menyatakan Anda dilarang belok ke kiri karena ada tanda dilarang belok kiri, Anda harus yakin bahwa tanda tersebut benar-benar ada.
5.      Keempat, jangan serahkan kendaraan atau STNK (surat tanda nomor kendaraan) begitu saja. Polisi tidak berhak menyita kendaraan bermotor atau STNK, kecuali kendaraan bermotor itu diduga hasil tindak pidana, pelanggaran itu mengakibatkan kematian, pengemudi tidak dapat menunjukkan STNK, atau pengemudi tidak dapat menunjukkan SIM. Jadi, utamakanlah SIM (surat izin mengemudi) sebagai surat yang ditahan oleh polantas!
6.      Kelima, terima atau tolak tuduhan. Setiap pengemudi mempunyai dua alternatif terhadap tuduhan pelanggaran yang diajukan polantas, yaitu menerima atau menolak tuduhan tersebut. Apabila menerima tuduhan, Anda harus bersedia membayar denda ke bank. Anda akan diberi surat tilang berwarna biru. Tanda tanganilah surat bukti pelanggaran berlalu lintas itu. Di baliknya terdapat bukti penyerahan surat atau kendaraan yang dititipkan. Surat atau kendaraan yang ditahan dapat diambil jika Anda dapat menunjukkan bukti pembayaran denda. Jika menolak tuduhan, katakan keberatan Anda dengan sopan. Anda akan diberi surat bukti pelanggaran berlalu lintas berwarna merah sebagai undangan untuk mengikuti sidang. Penentuan hari sidang memerlukan waktu 5—12 hari. Barang sitaan baru dapat dikembalikan kepada pelanggar setelah ada keputusan hakim.

(Diadaptasi dari sumber samsat/kepolisian)

3.      Tugas-Tugas untuk Siswa
Carilah teks prosedur kompleks tentang cara mengerjakan sesuatu, cara mengoperasikan alat, atau cara membuat atau menyelesaikan pekerjaan!















D.    PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari strategi pembelajaran ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengaktifkan siswa untuk belajar secara aktif. CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Perencanaan pembelajaran berguna untuk menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisulisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.
Dengan bekerja sama, para siswa terbatu dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari pemecahan masalah. Bekerja sama akan membantu mereka mengetahui bahwa saling mendengar akan menuntun pada keberhasilan. CTL membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akdemik dengan konteks kehidupan keseharian. Mereka membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, menghargai orang lain, mencapai standar tinggi, dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik/otentik, sehingga tercapai tujuan pembelajaran teks prosedur kompleks sesuai dengan tujuan kurikulum.

2.      Saran
Para guru harus mengamati setiap anak di dalam kelas agar memahami keadaan emosi anak tersebut, gaya belajarnya, kemampuan berbahasa, konteks budaya dan latar belakangnya, dan situasi keuangan keluarganya guna mempererat hubungan antara siswa dan guru, sehingga dengan harapan memperlancar proses pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Hasibuan, J.J & Moedjiono. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.
Komara, Endang. 2013. “Pendekatan Scientific dalam Kurikulum”. Diambil dari  http://endangkomarasblog.blogspot.com/2013/10/pendekatan-scientific-dalamkurikulum.html pada 3 Januari 2015.
Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL=CONTEKSTUAL TEACHING & LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN TEKS PROSEDUR KOMPLEKS"