Analisis Kontaminasi dalam Penggunaan Bahasa



ANALISIS KONTAMINASI
DALAM PENGGUNAAN BAHASA


ANALISIS KONTAMINASI
DALAM PENGGUNAAN BAHASA SEHARI-HARI


A.    Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi utama. Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia.  Dalam melakukan tindak bahasa yakni komunikasi  diperlukan adanya keterlibatan kedua belah pihak, yakni pihak komunikator dan pihak komunikan. Dalam komunikasi lisan masing–masing adalah pembicara dan pendengar, sedangkan dalam komunikasi tulis adalah penulis dan pembaca. Komunikasi terjalin lancar, apabila lawan tutur paham atau mengerti yang dimaksudkan oleh petutur.
Dalam komunikasi bahasa terdapat sistem yang disebut sistem bahasa. Sistem bahasa merupakan keseluruhan aturan atau pedoman yang ditaati oleh para pemakai suatu bahasa. Agar bahasa yang terjalin baik antara pihak komunikator dan pihak komunikan, maka perlu adanya pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa. Dalam mempelajari bahasa tentu tidak luput dari kesalahan.
Kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu, kesalahan berbahasa yang sering dilakukan harus dikurangi dan bahkan dihapuskan.
Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis kesalahan seseorang yang sedang mempelajari sesuatu, misalnya mempelajari bahasa. Kesalahan itu biasanya ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan yang berlaku dalam bahasa yang sedang dipelajari. Jika kata atau kalimat  yang digunakan seseorang atau pembelajar tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka pembelajar bahasa dikatakan membuat kesalahan.
Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan pemahaman orang atau pembelajar bahasa. Artinya, seseorang atau pembelajar memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Jadi, kesalahan berbahasa merupakan bentuk penyimpangan wujud bahasa dari sistem atau kebiasaan berbahasa umumnya pada suatu bahasa sehingga menghambat kelancaran komunikasi berbahasa.
Kesalahan bahasa juga dapat terjadi karena adanya gejala bahasa. Gejala bahasa ialah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala macam proses pembentukannya. Gejala bahasa dalam bahasa Indonesia, salah satunya adalah gejala kontaminasi.
Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan 'kerancuan'. Rancu artinya 'kacau' dan kerancuan artinya 'kekacauan'. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau. Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang tindih,
Sepintas lalu susunan itu tampak seperti susunan yang betul, tetapi bila diteliti secara lebih seksama, akan ternyata bahwa bentukan atau susunan itu salah ( DR. J.S. Badudu, 1981 ). Seperti, bentuk kata menundukkan kepala dengan membungkukkan badan karena terjadi kekacauan maka terbentuklah menundukkan badan atau membungkukkan kepala. Peristiwa semacam mi sering terjadi, walaupun memang tidak mengganggu makna yang sebenarnya, namun hanya tidak sesuai dengan diksi yang diperlukan dalam konteks tersebut.
Gejala kontaminasi timbul karena dua kemungkinan, yaitu orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun kalimat, frase atau dalam mempergunakan beberap imbuhan sekaligus untuk membentuk kata. Dan kontaminasi terjadi tak dengan sengaja karena ketika seseorang akan menuliskan atau mngucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentukan yang sejajar timbul sekaligus dalam pikirannya sehingga yang dilahirkannya itu sebagian diambilnya dari yang pertama, tetapi bagian yang lain diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan susunan yang kacau ( DR. J.S. Badudu, 1981 ).
Penyebab kontaminsi yang sering terjadi yaitu dikarenakan kerancuan susunan kata baik dalam frase atau kalimat disebabkan oleh kesalahan orang memadu dua unsur yang berpasangan. Misalkanlah bahwa unsur A selalu berpasangan dengan unsur B dan unsur C dengan unsur D.  Pasangan A dan B serta C dan D selalu merupakan pasangan yang tepat. Tetapi, bila pasangan itu bertukar, misalnya A dengan D dan C dengan B, maka pasangan itu dikatakan menjadi rancu.
Terjadinya kontaminasi bahasa dapat digolongkan ke dalam kontaminasi bentuk kalimat, kontaminasi bentuk frase dan kontaminasi bentuk kata.  Kontaminasi bentuk kalimat misalnya terjadi pada kalimat Murid-murid dilarang tidak boleh merokok (kontaminasi). Kalimat di tersebut terasa rancu. Hal ini dikarenakan ada dua kalimat larangan yang digunakan sekaligus dalam satu kalimat yang sebetulnya dapat berdiri sendiri-sendiri. Kalimat tersebut yang betul susunan kalimatnya ,yakni Murid-murid dilarang merokok (benar) dan Murid-murid tidak boleh merokok (benar).
Contoh kontaminasi bentuk frase terjadi pada ungkapan “berulang kali”. Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan bentuk rancu. Bentuk asalnya ialah “berulang-ulang” dan “berkali-kali”. Sedangkan, kontaminasi bentuk kata misalnya terjadi pada kata Mengenyampingkan (kontaminasi). Me- + ke samping + kan menjadi mengesampingkan karena hanya fonem /k/ pada awal kata ke samping yang luluh menjadi bunyi sengau /ng/; /s/ pada samping tak perlu diluluhkan. Sehingga data yang benar mengesampingkan ( benar ) dan menyampingkan ( benar ).
Gejala –gejala kontaminasi dapat diatasi dengan analisis. Analisis kesalahan bahasa merupakan usaha untuk memperbaiki, baik dengan cara penyuluhan ataupun pembinaan. Bila kesalahan kebahasaan itu dapat diatasi melalui sistem bahasanya dan mempunyai dampak positif terhadap efektvitas bahasanya, apa yang mulanya dinyatakan sebagai penyimpangan berbahasa, akan diterima sebagai khasanah sistem bahasa yang bersangkutan. Itulah yang termasuk analisis kesalahan bahasa. Analisis juga merupakan pemerian. Dalam kontaminasi, hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah melakukan analisis kontaminasi dengan mengembalikan bentuk yang rancu ke bentuk yang benar.
Dalam makalah ini, penulis tertarik untuk menganalisis gejala kontaminasi karena kontaminasi terus saja muncul dalam penggunaan bahasa. Makalah ini berisi tentang permasalahan kontaminasi dari bentuk kalimat, frase, dan kata serta lengkap dengan analisisnya.

B.     Kajian Teori
Kontaminasi atau dengan istilah lain disebut kerancuan tidak hanya terjadi pada susunan kalimat, melainkan terjadi juga pada susunan kata dalam sebuah frase, atau susunan morfem-morfem dalam sebuah kata. Gejala kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Rancu artinya “kacau”. Jadi, kerancuan artinya “kekacauan”. Yang dirancaukan adalah susunan, perserangkaian, dan penggabungan. Dua hal yang masing – masing berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang tidak berpasangan atau berpadanan. Hasilnya adalah kerancauan. Penempatan kata yang tidak tepat tentu saja dapat menimbulkan kekacauan atau kerancauan.
Istilah kontaminasi ( dalam bahasa Inggris : contamination ) dapat dipadankan dengan istilah kerancuan. Istilah kerancaan berasal dari kata dasar “rancu” yang berarti “kacau”. Jadi, kontaminasi atau kerancauan berarti kekacauan. Kontaminasi adalah percampuran yang tidak disengaja. Kontaminasi dalam ungkapan adalah percampuran bagian ungkapan yang satu dengan yang lain. Percampuran tersebut tentu saja tidak dapat dibenarkan. Gejala kontaminasi dibedakan menjadi tiga, yaitu ;
1.      Kontaminasi Kalimat
Gejala kerancauan kalimat timbul karena dua kemungkinan :
 a. Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun frase ataupun dalam mempergunakan beberapa imbuhan untuk membentuk kata.
b. Terjadi tak disengaja, ketika orang menggabungkan dua pengertian dari dua bentuk yang berbeda ke dalam satu susunan kalimat.
Contoh :  Melalui kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
                keterampilan.
Bagian pertama kalimat di atas (a) melalui kursus ini , bagian keduanya (b) diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan. Hubungan bagian a dan b itu tidak cocok.  Inilah kalimat asal itu.
(a)    Kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan
(b)   Melalui kursus ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan.
2.      Kontaminasi bentuk frase
Kontaminasi susunan kata adalah kekacauan yang terjadi di dalam penggunaan bahasa Indonesia yang berupa kerancauan penyusunan kata.
Contoh:
(1)   jangan boleh
(2)   kadang kala
Pada contoh (1) frase tersebut rancu.  frase tersebut merupakan bentukan dari dua frase yakni, jangan biarkan dan tidak boleh yang membentuk Jangan boleh
(kontaminasi). Sedangkan pada contoh (2),frase tersebut juga merupakan gabungan dua frase yang membentuk kerancuan. Frase tersebut adalah kadang-kadang dan ada kala(nya).
3.       Kontaminasi bentuk kata
Tidak jarang kita melihat bentukan kata dengan beberapa imbuhan ( afiks ) sekaligus yang memperlihatkan gejala kerancuan. Kerancuan susunan kata baik dalam frase atau kalimat disebabkan oleh kesalahan orang memadu dua unsur yang berpasangan. Misalkanlah bahwa unsur A selalu berpasangan dengan unsur B dan unsur C dengan unsur D.  Pasangan A dan B serta C dan D selalu merupakan pasangan yang tepat. Tetapi, bila pasangan itu bertukar, misalnya A dengan D dan C dengan B, maka pasangan itu dikatakan menjadi rancu.
Contoh :
(1)   mengenyampingkan
(2)   dipelajarkan

Pada data (1)  bentuk itu bukanlah bentuk yang tepat. Bila kita ubah bentuk itu menjadi bentuk yang biasa disebut bentuk pasif, maka bentuk itu menjadi dikesampingkan. Dengan jelas bentuk kata dasar itu ialah kesamping.  Apabila bentuk dasar yang berhuruf/berfonem awal /k/ diberi awalan meng-, maka huruf/fonem awal itu luluh.
Misalnya:
Meng + kotor + kan -à mengotorkan
Meng + kait + kan   -à mengaitkan

Yang mengalami peluluhan hanyalah fonem/huruf aal bentuk dasar itu. Huruf atau fonem lain tidak berubah. Bentuk rancu mengenyampingkan timbul karena dua bentuk yang tepat yaitu mengesampingkan dan menyampingkan digabungkan menjadi mengenyampingkan (rancu).
Pada data (2) bentuk itu juga rancu. Bentuk kata tersebut adalah bentuk yang dikacaukan dari dua bentuk, yakni dipelajari dan diajarkan. Hasil kontaminasinya adalah dipelajarkan.

C.    Pembahasan
Kontaminasi  terus saja muncul dalam penggunaan bahasa, baik dalam tuturan maupun dalam tulisan. Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang rancu atau kacau susunan, baik susunan kalimat, kata, atau bentukan . Masalah tersebut dapat di atasi jika kalimat yang rancu tersebut dikembalikan kepada dua kalimat asal yang betul strukturnya. Demikian juga dengan susunan kata/frasa atau bentukan kata. Gejala bahasa ini dalam bahasa Indonesia dinamakan kerancuaan atau disebut juga kekacauan. Yang dirancukan ialah susunan, atau penggabungannya. Misalnya dua kata yang digabungkan dalam satu gabungan baru yang tidak berpadanan. Gejala kontaminasi ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Kontaminasi Kalimat
Kalimat rancu yang merupakan gejala kontaminasi. Yang dimaksud kalimat rancu ialah kalimat yang kacau susunannya, tetapi memperlihatkan suatu ciri khas. Kekacuan itu timbul karena kalimat yang disebut rancu itu sebenarnya berasal dari dua buah kalimat yang benar susunannya. Artinya, kalimat rancu itu dapat kita kembalikan kepada kedua kalimat  asalnya yang benar. Kesalahan yang timbul ialah karena kalimat yang disebut rancu ini mengambil sebagian dari kalimat pertama yang benar itu dan sebagian lagi dari kalimat kedua. Hasilnya ialah kalimat yang rancu.
Pada umumnya, kalimat itu terdiri atas dua bagian yang tidak cocok hubungannya. Mengapa tidak cocok? Jawabannya ialah karena kalimat kontaminasi itu adalah hasil penggabungan bagian dua kalimat asal yang susunannya benar, sesuai. Misalnya, kalimat I terdiri dari bagian a dan b. Kalimat II terdiri dari bagian c dan d. Lalu, dari kalimat I dan kalimat II itu dibentuk kalimat baru dengan gabungan a dan d atau c dan b. Sudah dikatakan di atas, pasangan a-b dan c-d. Kalau pasangan itu menjadi a-d dan c-b, tentulah susunan itu menjadi rancu atau kacau.
Adapun data kontaminasi kalimat yang kami peroleh sebagai berikut;
(1)   Pada acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
(2)   Melalui pelatihan ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.
(3)   Di dalam kelas anak-anak dilarang tidak boleh ramai.
(4)   Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.
(5)   Hermawan menduduki juara Indonesia Terbuka.
(6)   Dalam perayaan itu dihadiri oleh semua guru.
(7)   Dengan penataran ini dapat meningkatkan kemampuan karyawan.
(8)   Bagi pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah besar.
(9)Di zaman yang serba canggih ini memaksa orang berpacu dengan waktu.
(10)Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi  
       belajar antara para siswa.
(11) Menurut  para pakar sejarah mengatakan bahwa Candi Borobudur
       dibangun pada masa Kerajaan Syailendra.
(12) Meskipun perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak
       dibutuhkan orang.
(13) Gambar ini menunjukkan hampir menyerupai bulan.
(14) Bank Suminto adalah merupakan salah satu bank terbesar di Jepang.
(15) Akibat banjir, telah membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter.
(16) Di antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli  antitak
       bersama untuk menekan biaya.
(17) Kenaikan tarif listrik sebenarnya sudah lama dinaikkan.
(18) Upaya mencari titik temu masalah harga ini sampai kini belum juga
       terpecahkan.
(19) Membangun industri baja diperlukan biaya yang besar.
(20) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
       memahami tugas yang diembannya, Dokter Sucipto telah berhasil
       mengakhiri masa jabatannya dengan baik.

     Contoh – contoh data di atas mari kita bicarakan satu persatu.

(1)   Pada acara itu dihadiri oleh para sastrawan.

Kalimat  tersebut tidak ada subjeknya. Kita betanya, “Apa yang dihadiri oleh para sastrawan?” Jawabannya tidak mungkin “pada acara itu”. Kita tahu bahwa yang dihadiri oleh para sastrawan ialah acara itu. Di sini terlihat bahwa penggunaan kata depan pada awal kalimat itu tidak tepat. Di depan subjek kalimat diletakkan kata depan sehingga fungsi subjek itu berubah menjadi keterangan, dalam hal ini keterangan waktu. Kalimat itu mejadi betul bila kata pada  di depan kalimat itu dihilangkan “Acara itu dihadiri oleh para sastrawan”.
Atau bila kita menggunakan kata pada  di depan kata acara, maka predikat kalimat itu bukanlah dihadiri, melainkan hadir dan kata oleh kita hilangkan saja. Kalimat itu menjadi “ Pada acara itu hadir para sastrawan”. Jika kalimat itu kita ubah susunannya mejadi kalimat dengan susunan biasa (mendahulukan subjek), urutannya menjadi
(1a) Acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
(1b) Pada acara itu hadir para sastrawan.
           
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagiandiambil dari bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari  bagian kedua kalimat satu.

(2)   Melalui pelatihan ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.

Bagian pertama kalimat di atas (a) melalui pelatihan ini , bagian keduanya (b) diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan. Hubungan bagian a dan b itu tidak cocok.  Kalau kita bertanya, “Apa yang diharapkan bermanfaat  untuk meningkatkan keterampilan?” Jawabnya bukan “melalui pelatihan ini.” Jawabnya yang tepat ialah “pelatihan ini.”  Kalau bagian a itu ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian b harus diubah menjadi “ diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan.”
Coba kita kembalikan tersebut kepada dua buah kalimat asalnya yang benar. Perhatikan kalimat asalnya.

(2a) Pelatihan ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan
(2b) Melalui pelatihan ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan

Setelah kita kembalikan kalimat tersebut pada asalnya, akan tampak bahwa kesalaha kalimat itu terjadi karena penempatan kata depan melalui di depan kalimat tersebut. Pelatihan itu merupakan subjek kalimat tersebut. Predikatnya diharapkan bermanfaat untuk dapat meningkatkan keterampilan. Jadi, kalimat itu menjadi salah karena di depan subjeknya ditempatkan kata depan.

(3)   Di dalam kelas anak-anak dilarang tidak boleh ramai.

Perhatikan kalimat ketiga. Kalimat tersebut jelas terlihat rancu karena ada dua kata larangan yang berdiri berdampingan. Makna yang terkandung dalam kalimat (3) di atas berlawanan dengan yang dimaksud. “ anak-anak dilarang tidak boleh ramai.”, kalau begitu anak-anak boleh ramai. Yang jelas bukan begitu maksudnya. Maksudnya, anak-anak itu tidak boleh ramai.
Jika kita hilangkan salah satu kalimat larangannya, misalnya kata “dilarang” maka kalimat itu menjadi “Di dalam kelas anak-anak tidak boleh ramai” atau dapat pula kita kembalikan kalimat (3) tersebut kepada bentuk asalnya yang benar susunannya, karena kedua kalimat larangan tersebut sebenarnya dapat berdiri sendiri.
Perhatikan susunannya berikut ini;

(3a) Di dalam kelas anak-anak dilarang ramai.
(3b) Di dalam kelas anak-anak tidak boleh ramai


(4)   Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.

Mari kita lihat kalimat (4) secara cermat. Jika kita bertanya “ Apa yang dihadiri oleh para pejabat setempat?” jawabannya tidak mungkin dalam rapat itu. Jawaban yang tepat  untuk pertanyaan “Apa yang dihadiri oleh para pejabat setempat?” ialah rapat itu. Jawaban ini merupakan subjek kalimat itu.
Di sini terlihat bahwa penggunaan kata depan pada awal kalimat itu tidak tepat. Di depan subjek kalimat diletakkan kata depan sehingga fungsi subjek itu berubah menjadi keterangan, dalam hal ini keterangan waktu. Kalimat itu mejadi betul bila kata dalam di depan kalimat itu dihilangkan “Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.”
Atau bila kita menggunakan kata dalam di depan kata rapat, maka predikat kalimat itu bukanlah dihadiri, melainkan hadir dan kata oleh kita hilangkan saja. Kalimat itu menjadi “ Dalam rapat itu hadir para pejabat setempat”. Jika kalimat itu kita ubah susunannya mejadi kalimat dengan susunan biasa (mendahulukan subjek), urutannya menjadi

(4a) Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.
(4b) Dalam rapat itu hadir para pejabat setempat.
           
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari  bagian kedua kalimat satu.



(5)   Hermawan menduduki juara Indonesia Terbuka.

Perhatikan kalimat di atas. Pada kalimat (5) mungkin terlihat tidak ada yang salah, tetapi jika dicermati kalimat tersebut terkesan rancu. “Hermawan menduduki juara Indonesia Terbuka”, perhatikanungkapan yang dicetak miring.  Ungkapan meduduki juara terkesan rancu, karena tidak ada .juara yang diduduki. Biasanya yang diduduki itu kursi.
Kalimat (5) yang rancu itu dapat kita kembalikan kepada bentuk asalnya yang betul susunannya.

(5a) Hermawan meraih gelar juara Indoesia Terbuka
(5b) Hermawan menduduki peringkat pertama

Kedua kalimat tersebut dijadikan orang satu kalimat baru dengan  Hermawan menduduki diambil dari kalimat kedua dan  juara Indoesia Terbuka diambil dari kalimat pertama. Jadilah kontaminasi kalimat seperti data (5).

(6)                Dalam perayaan itu dihadiri oleh semua guru.

Mari kita lihat kalimat (6) secara cermat. Jika kita bertanya “ Apa yang dihadiri oleh semua guru?” Jawabannya tidak mungkin dalam perayaan itu. Jawaban yang tepat  untuk pertanyaan “Apa yang dihadiri oleh semua guru ?” ialah perayaan itu. Jawaban ini merupakan subjek kalimat itu.
Di sini terlihat bahwa penggunaan kata depan pada awal kalimat itu tidak tepat. Di depan subjek kalimat diletakkan kata depan sehingga fungsi subjek itu berubah menjadi keterangan, dalam hal ini keterangan waktu. Kalimat itu mejadi betul bila kata dalam di depan kalimat itu dihilangkan “Perayaan itu dihadiri oleh semua guru.”
Atau bila kita menggunakan kata dalam di depan kata peryaan, maka predikat kalimat itu bukanlah dihadiri, melainkan hadir dan kata oleh kita hilangkan saja. Kalimat itu menjadi “ Dalam perayaan itu hadir semua guru”. Jika kalimat itu kita ubah susunannya mejadi kalimat dengan susunan biasa (mendahulukan subjek), urutannya menjadi

(6a) Perayaan itu dihadiri oleh semua guru.
(6b) Dalam perayaan itu hadiri semua guru.
           
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari  bagian kedua kalimat satu.

(7)  Dengan penataran ini dapat meningkatkan kemampuan karyawan.

Bagian pertama kalimat di atas (a) dengan penataran ini, bagian keduanya (b) dapat meningkatkan kemampuan karyawan. Hubungan bagian a dan b itu tidak cocok.  Kalau kita bertanya, “Apa yang dapat meningkatkan kemampuan karyawan?” Jawabnya bukan “dengan pentaran ini.” Jawabnya yang tepat ialah “penataran ini.”  Kalau bagian b itu ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian a harus diubah menjadi “ kemampuan karyawan dapat menigkat ”
Coba kita kembalikan tersebut kepada dua buah kalimat asalnya yang benar. Perhatikan kalimat asalnya.

(7a) Dengan penataran ini kemampuan karyawan dapat meningkat.
(7b) Penataran ini dapat menigkatkan kemampuan karyawan.

Selanjutnya analisis data (8)
(8) Bagi pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah besar.

Bagian pertama kalimat di atas (a) bagi pemenang, bagian keduanya (b) dapat akan mendapatkan sebuah haiah besar Hubungan bagian a dan b itu tidak cocok.  Kalau kita bertanya, “Siapa yang akan mendapatkan hadiah besar?” Jawabnya bukan “bagi pemenang.” Jawabnya yang tepat ialah “pemenang.”  Kalau bagian b itu ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian a harus diubah menjadi “disediakan sebuah hadiah besar”
Coba kita kembalikan tersebut kepada dua buah kalimat asalnya yang benar. Perhatikan kalimat asalnya.
 (8a) Bagi pemenang disediakan sebuah hadiah besar.
 (8b) Pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah besar.


(9)  Di zaman yang serba canggih ini memaksa orang berpacu dengan waktu.

Kalimat (9) terkesan rancu. Coba kita bertanya, “Apa yang memaksa orang berpacu dengan waktu?” Jawaban yang pasti tidak mungkin di zaman yang serba canggih. Jawaban yang tepat adalah zaman yang serba canggih dan itu merupakan subjeknya. Mari kita kembalikan tersebut kepada dua buah kalimat asalnya yang benar.

(9a) Zaman yang serba canggih ini memaksa orang berpacu dengan waktu.
(9b) Di zaman ini orang berpacu dengan waktu.

Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari  bagian kedua kalimat satu. 

(10)            Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan
            prestasi   belajar antara para siswa.

Kalimat (10) jika rasa janggal/rancu. Jika kita bertanya, “Apakah yang membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara para siswa?” Jawabannya tidak mungkin “Dari hasil penelitian”, sebab kata depan dari menunjuk kepada keterangan tempat/waktu. Pertanyaan untuk jawaban itu haruslah dari mana.
Misalnya;
Dari mana Anda berasal? Jawabannya : Dari Purbalingga

Jawaban yang tepat untuk pertanyaan “Apakah yang membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara para siswa?” ialah “hasil penelitian”. Jawaban ini merupakan subjek kalimat itu dan “membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara para siswa” adalah predikatnya.
Kalimat contoh tadi jelas sebuah kalimat asalnya yang betul maka susunannya sebagai berikut;

(10a) Penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan  prestasi  
          belajar antara para siswa
(10b) Dari hasil penelitian, ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara
          para siswa.

Kesimpulan, kalimat yang rancu dapat dikembalikan kepada bentuknya yag betul, yaitu dengan mengembalikan kepada kedua kalimat asalnya seperti kalimat (10a) dan (10b) di atas.

(11) Menurut  para   sejarah mengatakan bahwa Candi Borobudur pada masa
       Kerajaan Syailendra.

Kalimat di atas termasuk kalimat yang rancu karena susunannya terdiri atas dua struktur kalimat.struktur yang pertama dimulai dengan kata menurut , sedangkan yang kedua dimulai dengan subjek “pelaku” (para pakar sejarah) yang diikuti dengan predikat mengatakan. Karena berasal dari dua struktur , kalimat rancu itu dapat dikembalikan pada struktur semula , yaitu (11a) dan (11b) beriku;

(11a) Menurut para pakar sejarah, Candi Borobudur dibangun pada masa Kerajaan
         Syailendra.
(11b) Para pakar sejarah mengatakan bahwa Candi Borobudur.dibangun pada
        masa Kerajaan Syailendra.

Jadi kalimat (11) harus diperbaiki agar strukturnya menjadi benar.Perbaikan tersebut dapat dilakukan seperti kalimat di atas.

(12) Meskipun perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak
 dibutuhkan orang.

Kerancuan kalimat itu juga disebabkan oleh penggabungan dua kalimat menjadi satu. Kalimat pertama yang menggunakan kata penghubung meskipun, berupa kalimat majemuk bertingkat, sedangkan kalimat kedua, yang menggunakan kata penghubung tetapi, berupa anak kalimat dalam kalimat majemuk setara. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kerancuan kalimat (12)  itu disebabkan oleh penggabungan kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk setara ke dalam satu kalimat. Karena berasal dari dua kalimat yang digabungkan menjadi satu, perbaikan kalimat itu pun dapat dilakukan  dengan mengembalikan kalimat itu dalam struktur kalmat asalnya, seperti pada (12a) dan (12b) berikut;

(12a) Meskipun perusahaan itu belum terkenal\, produksinya banyak dibutuhkan
         orang.
(12b) Perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak
 dibutuhkan orang.

Dari perbaikan kalimat tersebut dapat diketahui bahwa kerancuan yag disebabkan oleh penggunaan kata penghubung meskipun atau walaupun yang diikuti kata penghubung tetapi, perbaikannya pun dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu dari dua kata penghubung tersebut.

(13) Gambar ini menunjukkan hampir menyerupai bulan.

Pada kalimat (13), kita melihat bahwa penggunaan kata menunjukkan “merusakkan” isi kalimat itu. Kalimat tersebut menjadi rancu. Tidak mungkin menunjukkan hampir menyerupai. Kata menunjukkan seharusnya diikuti oleh kata benda yaitu sesuatu. Hampir meyerupai tidak dapat ditunjukkan.  Mari kita perbaiki kalimat tersebut, kita kembalikan ke bentuk asalnya yang tidak rancu.

(13a) Gambar ini bentuknya hampir menyerupai bulan.
(13b) Gambar ini menunjukkan bentuk yang hampir menyerupai bulan.

Kerancuan itu dapat diperbaiki, jika kata menujukkan itu dihilangkan atau jika ingin dipertahankan maka di belakang kata menujukkan diikuti oleh kata benda sesuatu, misalnya  kata bentuk seperti pada perbaikan kalimat di atas.

(14) Bank Suminto adalah merupakan salah satu bank terbesar di Jepang
Mari kita perhatikan data berikutnya yakni data (14). Kata adalah dan merupakan berfungsi sama sebagai kata kerja gabung, karena itu tidak perlu kedua-duanya dipakai sekaligus, cukup salah satu saja. Bila kedua-duanya dipakai bersamaan akan menimbulkan kerancuan, karena kata adalah dan merupakan dapat berdiri sendiri-sendiri. Selain rancu, penggunaan dua kata kerja gabung sekaligus .menyebabkan salah satu kata itu mubazir, karena kedudukannya sama. Jika dianalisis kalimat (14) dapat dijadikan dua kalimat.
Kalimat yang benar dari data (14), yakni

(14a) Bank Suminto adalah salah satu bank terbesar di Jepang.
(14b) Bank Suminto merupakan salah satu bank terbesar di Jepang.

Setelah diperbaiki, maka dari hal tersebut kita tahu bahwa orang telah menggabungkan kedua kalimat tersebut menjadi satu kalimat dengan menggabungkan kedua kata kerja gabung adalah dan merupakan.

(15) Akibat banjir, telah membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter.

Kalimat  tersebut tidak ada subjeknya. Kita betanya, “Apa yang telah membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter?” Jawabannya tidak mungkin “akibat banjir”.  Jawaban tersebut tidak sesuai dengan pertanyaan. Pertanyaan dengan menggunakan kata tanya ”Apa ?”, itu seharusnya merujuk pada keterangan benda/sesuatu. Jadi, pertanyaan “Apa yang telah membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter?” jawaban  yang sesuai adalah banjir. Jawaban itu menjadi subjek kalimat di atas.
Sehingga , kalimat yang rancu di atas dapat kita perbaiki sebagai berikut;

(15a) Banjir telah membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter.
(15b) Tanggul yang panjangnya 300 meter bobol akibat banjir.

Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari bagian akhir kalimat dua dan sebagian lagi dari  bagian kedua kalimat satu.

(16) Di antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli  antitank
       bersama untuk menekan biaya.
Sekilas kita lihat tidak ada yang salah pada kalimat (16).  Kata depan di antara membuat rancu susunan kalimat tersebut. Coba kita uji denga pertanyaan, “Siapa yang berupaya membuat heli  antitank?” Jawaban yang pasti ialah beberapa negara Eropa Barat bukan Di antara beberapa negara Eropa Barat. Berarti jawaban yang benar tersebut merupakan subjek kalimat (16). Kata depan di antara dihilangkan. Jika kata tersebut ingin dipertahankan maka kata di antara diganti antar.
Berikut perbaikan dari kalimat rancu di atas;

(16a) Beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli  antitank
         bersama untuk menekan biaya.
(16b) Antarnegara Eropa Barat berupaya membuat heli  antitank
        bersama untuk menekan biaya.

(17) Kenaikan tarif listrik sebenarnya sudah lama dinaikkan.

Subjek kalimat itu ialah kenaika tarif listrik dan predikatnya sudah lama dinaikkan. Kalau kita bertanya , “Apa yang sudah lama dinaikkan ?” jawabannya tentu tak mungkin “kenaikan tarif listrik” sebab yang naik itu bukan kenaikannya, melainkan tarif listrik. Sebab itu kalimat di atas merupakan kalimat yang rancu. kalimat di atas dapat diubah ke bentuk asalnya yang betul yakni;

(17a) Tarif listrik sebenarnya sudah lama dinaikkan.
(17b) Kenaikan tarif listrik sebenarnya sudah lama diberlakukan.

Mari kita menganalisis data selanjutnya yakni data (18)

(18) Upaya mencari titik temu masalah harga ini sampai kini belum juga
                               terpecahkan.

Pertanyaan yang segera muncul jika membaca kalimat (18) adalah apakah suatu upaya dapat dipecahkan? Jawabannya tentu tidak karena yang dapat dipecahkan biasanya berupa masalah. Hal ini membuktikan bahwa kalimat (18) tidak tepat, atau bisa dikatakan kalimat tersebut rancu.
Mari kita kembalikan kalimat (18) ke bentuk asalnya yang betul;

(18a) Upaya mencari titik temu masalah harga ini sampai kini belum juga
        berhasil.
(18b) Masalah penetuan harga ini sampai sekarang belum juga  terpecahkan.

Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari bagian awal kalimat dan sebagian lagi dari bagian kedua kalimat.

(19) Membangun industri baja diperlukan biaya yang besar.

Kita dapat membuat pertanyaan seperti berikut jika menjumpai kalimat rancu semacam ini; Biaya besar diperlukan untuk apa ? Jawabannya adalah untuk membangun industri baja. Dengan memperhatikan jawaban itu kita dapat menyusun kalimat tersebut mejadi betul, yakni

(19a) Untuk membangun industri baja diperlukan biaya yang besar.
(19b) Membangun industri baja memerlukan biaya yang besar.

Kesimpulannya, jika kita ingin mempertahankan kalimat awal dengan kata mempertahankan maka kata diperlukan diubah menjadi kata memerlukan. Selanjutnya, jika kalimat tersebut ingin dipertahankan utuh maka pada awal kalimat diberi kata “untuk”, agar kalimat itu jelas maksudnya dan tidak rancu, seperti perbaikan pada (19a) dan (19b).


(20) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
       memahami tugas yang diembannya, Dokter Sucipto telah berhasil
       mengakhiri masa jabatannya dengan baik.

Tampak pada kalimat (20) kerancuan karena kata dalam kalimat ada yang tidak sejajar. Kalimat tersebut dapat dijadikan dua kalimat yang dapat berdiri sendiri . caranya jika kata memahami dipertahakan maka kata penghayatan diubah menjadi menghayati dan sebalikya, jika kata penghayatan dipertahankan maka kata memahami diubah menjadi pemahaman.
Mari kita kembalikan kalimat rancu yang tidak sejajar tersebut ke bentuk asalnya;

(20a) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
       pemahaman tugas yang diembannya, Dokter Sucipto telah berhasil
       mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
(20b) Dengan menghayatii yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
       memahami tugas yang diembannya, Dokter Sucipto telah berhasil
       mengakhiri masa jabatannya dengan baik.

Kerancuan tersebut terjadi karena penggabungan  antara kalimat (20a) dan (20b) yang tidak sejajar, tetapi disejajarkan.

2.      Kontaminasi bentuk frase
Di dalam pemakaiaan bahasa sehari-hari, kita sering menjumpai bentukan kata seperti: ’barang kali’ dan ’sering kali’. Bentukan kata ‘barang kali’ tersebut kalau dikembalikan kepada asalnya terjadi dari kata-kata ’berulang-ulang’ dan ’berkali-kali’. Demikian pula bentukan ’sering kali’ kontaminasi dari sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap kali. Selain dari kontaminasi, tampak pula bentukan sering kali berupa gejala ’pleonasme’, karena sering artinya banyak kali.
Kata-kata seperti di belakang kali seperti yang sering terdengar,seharusnya di kemudiaan hari. Mungkin itu dirancukan
dengan pengaruh kata lain kali.

Data kontamiasi bentuk frase  yang diperoleh untuk dianalisis yaitu;
(1)   di kemudian kali
(2)   jangan boleh
(3)   belum usah
(4)   semakin hari
(5)   menyempatkan waktu
(6)   menyembuhkan penyakit
(7)   dan lain sebagainya
(8)   menundukkan badan
(9)   menceritakan tentang hal-ihwalnya
(10) membahayakan bagi keamanan
(11) berulang kali

Mari kita bahas satu  persatu contoh di atas.

(1)   di kemudian kali

Contoh ungkapan (1), merupakan ungkapan yang sering kita jumpai, bahkan kita sendiri sering memakai ungkapan tersebut. Secara sekilas ungkapan tersebut benar, tetapi jika kita amati atau perhatikan baik-baik, ungkapan tersebut terasa kacau/rancu.
Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah di kemudian hari atau lain kali.  Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata di kemudian  dari ungkapan pertama dan kali dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.

(2)   jangan boleh

Kemudian pada contoh (2) ungkapan tersebut sering kita dengar sesentingan saat orang mengusir seseorang, bahkan tidak menutup kemungkinan kita sendiri ikut mengungkapannya ketika kita kesal. Kalau kita perhatikan secara saksama, ungkapan tersebut begitu rancu/kacau. Ungkapan tersebut seperti terdiri dari dua ungkapan yang digabungkan. Kata jangan dan kata boleh sebenarnya dapat berdiri sendiri.
Mari kita kembalikan ke bentuk asalnya. Ungkapan jangan boleh, ternyata terdiri dari

(2a) jangan biarkan
(2b) tidak boleh

Kedua ungkapan tersebut dijadikan satu ungkapan baru dengan kata jangan dari ungkapan pertama dan kata boleh dari ungkapan kedua, sehingga membentuk kontaminasi jangan boleh.


(3)   Belum usah

Sekarang perhatikan ungkapan (3).  Ungkapan tersebut terkadang kita dengar pada percakapan santai atau bahkan dalam percakapan formal kita tidak sengaja mengucapkannya. Misal ada yang bertanya “Apakah hal ini sudah waktunya diceritakan padanya?” Jawabannya yang pasti bukan belum usah. Jawaban yang tepat cukup kata belum atau tidak usah.
Mari kita cermati. Ungkapan belum usah, ternyata merupakan bentuk gabungan dua ungkapan dengan bentuk asalnya yaitu belum boleh dan tidak usah. Jadi ungkakapan tersebut gabungan dari kata belum dari ungkapan pertama dan kata usah dari ungkapan kedua, sehingga membentuk ungkapan baru belum usah (kontaminasi).

(4)   Semakin hari

Kita tentu sering mendengar ungkapan semakin hari semakin....., atau mungkin kita secara tidak sengaja sering menggunakannya. Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah hari demi hari  atau dan semakin lama
Kata semakin atau makin diikuti kata sifat atau adjektiva. Contohya, semakin tebal dan makin panjang.  Namun, tidak pernah kata-kata itu diikuti oleh kata benda. Tidak ada semakin kursi atau makin gelas.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata semakin dari ungkapan kedua dan hari dari ungkapan pertama, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.

(5)   Menyempatkan waktu

Pada data (5) terdapat ungkapan menyempatkan waktu. Apa artinya? Waktu tidak dapat disempatkan. Waktu itu benda mati, bagaimana waktu disempatkan? Maksudnya diberi kesempatan? Yang mungkin digunakan ialah menyempatkan diri. Jadi, jelas bahwa ungkapan menyempatkan waktu adalah ungkapan yang rancu dari bentuk yang benar yaitu menyempatkan diri dan menyediakan waktu.
Gabungan dari kedua ungkapan tersebut menimbulkan kontaminasi, yakni menyempatkan waktu.

(6)   Menyembuhkan penyakit

Pada ungkapan (6), terdapat kerancuan karena yang akan disembuhkan adalah penyakit pasien, dan penyakit harus dibasmi. Susunan menyembuhkan penyakit dalam frase di atas tidak tepat, atau rancu.
Kita kembalikan bentuk frase itu ke bentul yang betul;

(6a) menyembuhkan pasien
(6b) membasmi penyakit .

Mari kita coba buktikan pada konteks kalimat sebagai berikut;

(6a) Dokter itu selalu berusaha keras menyembuhkan pasien(nya).
(6b) Dokter itu selalu berusaha keras membasmi penyakit pasiennya.

(7)   dan lain sebagainya

Kita tentu sering mendengar ungkapan dan lain sebagainya, atau mungkin kita secara tidak sengaja sering menggunakannya. Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah dan lain-lain atau dan sebagainya.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata dan lain dari ungkapan pertama dan sebagainya dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.

(8)   Menundukkan badan

Perhatikan ungkapan pada contoh data di atas. Pada ungkapan (8), dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan bentuk yang rancu. Bentuk aslinya ialah menundukkan kepala dan membungkukkan badan.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata menundukkan dari ungkapan pertama dan badan dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan ungkapan menundukkan badan yang bentuknya rancu (kontaminasi).

(9)   menceritakan tentang hal-ihwalnya

Secara sekilas ungkapan tersebut benar, tetapi jika kita amati atau perhatikan baik-baik, ungkapan tersebut terasa kacau/rancu. Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah menceritakan hal-ihwalnya  atau bercerita tentang hal-ihwalnya.  Kata menceritakan tidak sesuai jika diikuti kata tentang , karena biasanya setelah kata yang memiliki awalan/imbuhan MeN- langsung diikuti objeknya. Contoh jika bertanya, ”saya hendak menceritakan sesuatu”, kemudian lawan tutur pastinya akan langsung menuju pada objek dan menjawab “menceritakan apa?”
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata berulang dari ungkapan pertama dan kali dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.

(10)membahayakan bagi keamanan

Perhatikan ungkapan pada contoh data di atas. Pada ungkapan (10), dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan bentuk yang rancu. Bentuk aslinya ialah membahayakan keamanan dan berbahaya bagi keamanan. Ungkapan  membahayakan tidak sesuai jika diikuti kata bagi, karena kata membahayakan biasanya lagsung diikuti kata benda/mengarah pada sesuatu. Jadi, ungkapan membahayakan langsung diikuti oleh kata keamanan.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata membahyakan dari ungkapan pertama dan bagi keamanan dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan ungkapan membahayakan bagi keamanan yang bentuknya rancu tersebut.



(11). berulang kali

Contoh ungkapan (11), merupakan ungkapan yang sering kita jumpai, bahkan kita sendiri sering memakai ungkapan tersebut. Secara sekilas ungkapan tersebut benar, tetapi jika kita amati atau perhatikan baik-baik, ungkapan tersebut terasa kacau/rancu.
Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah berulang-ulang atau berkali-kali.  Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata berulang dari ungkapan pertama dan kali dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.

3.      Kontaminasi kata
Kerancuan susunan katabaik dalam frase atau kalimat disebabkan oleh kesalahan orang memadu dua unsur yang berpasangan.
Contoh data kontaminasi bentuk kata yang kami peroleh, sebagai berikut;
(1)   diperbesarkan
(2)   tergambarkan
(3)   mempersulitkan
(4)   membentukan
(5)   bernamakan
(6)   memperjelaskan
(7)   memperburuk
(8)   mempermudahkan
(9)   mempercayakan
(10) mempertegaskan

Dari data di atas,  mari kita bahas satu persatu.
(1)   diperbesarkan

Bentuk ini merupakan bentuk rancu (kacau). Yang dirancukan adalah dua bentukan yang benar yaitu diperbesar dan dibesarkan. Kedua bentukan itu mempunyai makna dasar yang sama yaitu “dibuat menjadi besar”, tetapi ada perbedaannya. Diperbesar berarti “dibuat menjadi besar  (sesuatu yang memang tadinya sudah besar)”, sedangkan dibesarkan berarti “dibuat menjadi besar  (sesuatu yang  tadinya kecil)”.
Jadi bila bentuk itu dijadikan satu menjadikan diperbesarkan, makna yangsesungguhnya tidak lagi jelas, apakah membuat menjadi besar sesuatu yang kecil atau sesuatu yang memang sudah besar. Karena itu, awalan per- dan akhiran –kan jangan digunakan sekaligus pada kata-kata bentukan  yang  sebenarnya terdiri dari dua unsur. Hal ini menyebabkan terjadinya kontaminasi (kacau).

(2)   tergambarkan

Selanjutnya, kita teliti kerancuan yang terjadi dalam pembetukan kata. Contoh bentuk kata (2) di atas adalah rancu. Bentuk itu kita uji dalam deretan bentuk dengan kata dasar gambar.
Kata dasar gambar terdapat dalam bentuk-bentuk :
bergambar
menggambar
gambar-menggambar
menggambari
menggambarkan
tergambar
gambaran
penggambar

Setelah kita deretkan ternyata tidak ada bentuk tergambarkan. Jika kita perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk tergambarkan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal, yaitu tergambar dan menggambarkan. Dari bentuk awal diambil ter dan dari bentuk kedua diambil -gambarkan. Hasilnya ialah kata tergambarkan yang rancu (kontaminasi).

(3)   Mempersulitkan
Mari kita teliti kerancuan yang terjadi dalam pembetukan kata. Contoh bentuk kata (3) di atas adalah rancu. Bagaimana mungkin ada bentuk mempersulitkan. Bentuk itu kita uji dalam deretan bentuk dengan kata dasar sulit.
Kata dasar sulit terdapat dalam bentuk-bentuk :
menyulitkan               
mempersulit
penyulit
kesulitan

Setelah kita deretkan ternyata tidak ada bentuk mempersulitkan. Jika kita perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk mempersulitkan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal, yaitu menyulitkan dan mempersulit.

(4)   membentukan

Berikut ini adalah bentuk yang dikacaukan dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata membentuk dan bentukan. Dari bentuk pertama diambil mem dan dari bentuk kedua diambil bentukan. Hasilnya ialah kata membentukan yang rancu tadi

(5)   bernamakan

Contoh bentuk kata (5) di atas adalah rancu. Bagaimana mungkin ada bentuk bernamakan. Bentuk itu kita uji dalam deretan bentuk dengan kata dasar nama.

Kata dasar nama terdapat dalam bentuk-bentuk :
bernama          
menamai         
menamakan
teranama
kenamaan

Setelah kita deretkan ternyata tidak ada bentuk bernamakan. Jika kita perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk bernamakan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal, yaitu beranama dan menamakan.




(6)   memperjelaskan

Kata (6) adalah bentuk yang dikacaukan dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata menjelaskan dan memperjelas. Dari bentuk pertama diambil memper- dan dari bentuk kedua diambil jelaskan. Hasilnya ialah kata memperjelaskan yang rancu tersebut.


(7)   memperburuk

Contoh bentuk kata (7) ini pun rancu. Mari kita tinjau bagaimana bentuk dasarnya.  Bentuk dasar kata memperburuk adalah buruk.

meN + buruk =memburuk
Hal ini karena fonem /N/ pada morfem meN atau peN berubah menjadi fonem /m/ apabila bertemu bentuk dasar yang berawal dengan /p,b,f/.
Per + buruk =  perburuk

Jadi, kata memperburuk yang rancu tersebut merupakan gabungan dari dua kata yang asalnya dari kata memburuk dan perburuk.  Dari bentuk pertama diambil mem-- dan dari bentuk kedua diambil perburuk. Hasilnya ialah kata memperburuk yang rancu tersebut.

(8)   mempermudahkan

Kata (8) adalah bentuk yang dikacaukan dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata memudahkan dan mempermudah. Dari bentuk kedua diambil memper- dan dari bentuk awal diambil -mudahkan. Hasilnya ialah kata mempermudahkan yang rancu (kontaminasi).

(9)   mempercayakan

Contoh bentuk kata (9) di atas adalah rancu. Bagaimana mungkin ada bentuk mempercayakan. Bahkan frekuensi penggunaannya marak dan sering. Secara sadar atau tidak sadar kita juga dapat dianggap sebagai pelaku penggunaan kata rancu tersebut yaitu mempercayakan. Contohnya pada kalimat “Saya mempercayakan harta ini untuk kamu kelola.” Kata mempercayakan merupakan bentuk rancu. Bentuk itu kita uji dalam deretan bentuk dengan kata dasar percaya.

Kata dasar percaya terdapat dalam bentuk-bentuk :
mempercayai  
memercayakan
terpercaya
kepercayaan

Setelah kita deretkan ternyata tidak ada bentuk mempercayakan. Jika kita perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk mempercayakan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal, yaitu memercayakan dan mempercayai.

(10) mempertegaskan

Selanjutnya, kata (10) adalah bentuk yang dikacaukan dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata menegaskan dan mempertegas. Kedua kata tersebut oleh orang digabungkan menjadi satu kata. Hasilnya ialah kata mempertegaskan yang rancu tersebut.


Dari pembahasan yang telah dilakukan di atas, maka diperoleh data yang sudah betul. Berikut ini adalah sajian data yang betul;

1.      Sajian data kontaminasi bentuk kalimat yang benar.
Data rancu
Data  betul
(1)   Pada acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
(1a) Acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
(1b) Pada acara itu hadir para sastrawan.

(2)   Melalui pelatihan ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan

(2a) Pelatihan ini diharapkan bermanfaat untuk
        meningkatkan keterampilan
(2b) Melalui pelatihan ini diharapkan dapat
       ditingkatkan.
(3)   Di dalam kelas anak-anak dilarang tidak boleh ramai.

(3a) Di dalam kelas anak-anak dilarang
       ramai.
(3b) Di dalam kelas anak-anak tidak boleh
       ramai
(4)   Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.


(4a) Rapat itu dihadiri oleh para pejabat
       setempat.
(4b) Dalam rapat itu hadir para pejabat
       setempat.
(5)   Hermawan menduduki juara Indonesia Terbuka.

(5a) Hermawan meraih gelar juara Indoesia
       Terbuka
(5b) Hermawan menduduki peringkat pertama
(6)   Dalam perayaan itu dihadiri oleh semua guru.
(6a) Perayaan itu dihadiri oleh semua guru.
(6b) Dalam perayaan itu hadiri semua guru.
(7)   Dengan penataran ini dapat meningkatkan kemampuan karyawan
(7a) Dengan penataran ini kemampuan
       karyawan dapat meningkat.
(7b) Penataran ini dapat menigkatkan
       kemampuan karyawan

(8)   Bagi pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah besar.

(8a) Bagi pemenang disediakan sebuah hadiah
       besar.
 (8b) Pemenang akan mendapatkan sebuah
        hadiah besar.
(9)   Di zaman yang serba canggih ini memaksa orang berpacu dengan waktu.

(9a) Zaman yang serba canggih ini memaksa
        orang berpacu dengan waktu
(9b) Di zaman ini orang berpacu dengan waktu
(10)     Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara para siswa.

(10a) Penelitian membuktikan bahwa ada   
          perbedaan kenaikan  prestasi belajar   
          antara para siswa.
(10b) Dari hasil penelitian, ada perbedaan
          kenaikan prestasi belajar antara para
          siswa.
(11)  Menurut  para pakar sejarah mengatakan bahwa Candi Borobudur dibangun pada masa Kerajaan Syailendra

(11a) Menurut para pakar sejarah, Candi
         Borobudur dibangun pada masa Kerajaan
         Syailendra.
(11b) Para pakar sejarah mengatakan bahwa
         Candi Borobudur dibangun pada masa
         Kerajaan Syailendra.
(12)    Meskipun perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak dibutuhkan orang
(12a) Meskipun perusahaan itu belum terkenal
         produksinya banyak dibutuhkan orang.
(12b) Perusahaan itu belum terkenal, tetapi
         produksinya banyak dibutuhkan orang.
(13)    Gambar ini menunjukkan hampir menyerupai bulan.

(13a)Gambar ini bentuknya hampir menyerupai
        bulan.
(13b) Gambar ini menunjukkan bentuk yang
         hampir menyerupai bulan.                          
(14)    Bank Suminto adalah merupakan salah satu bank terbesar di Jepang
(14a) Bank Suminto adalah salah satu bank
         terbesar di Jepang.
(14b) Bank Suminto merupakan salah satu bank
         terbesar di Jepang.
(15)      Akibat banjir, telah membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter.

(15a) Banjir telah membobolkan tanggul yang
         panjangnya 300 meter.
(15b) Tanggul yang panjangnya 300 meter
         bobol akibat banjir.
(16)  Di antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli  antitak bersama untuk menekan biaya.
(16a) Beberapa negara Eropa Barat berupaya
         membuat heli  antitank bersama untuk
         menekan biaya.
(16b) Antarnegara Eropa Barat berupaya
         membuat heli  antitank bersama untuk
         menekan biaya.
(17)    Kenaikan tarif listrik sebenarnya sudah lama dinaikkan.

(17a) Tarif listrik sebenarnya sudah lama
         dinaikkan.
(17b) Kenaikan tarif listrik sebenarnya sudah
         lama diberlakukan.
(18)    Upaya mencari titik temu masalah harga ini sampai kini belum juga terpecahkan.

(18a) Upaya mencari titik temu masalah harga
         ini sampai kini belum juga berhasil.
(18b) Masalah penetuan harga ini sampai
         sekarang belum juga  terpecahkan.
(19)     Membangun industri baja diperlukan biaya yang besar.

(19a) Untuk membangun industri baja
        diperlukan biaya yang besar.
(19b) Membangun industri baja memerlukan
         biaya yang besar.

(20)      Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta memahami tugas yang diembannya, Dokter Sucipto telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik.

(20a) Dengan penghayatan yang sungguh-
         sungguh terhadap profesinya serta
         pemahaman tugas yang diembannya,
         Dokter Sucipto telah berhasil mengakhiri
         masa jabatannya dengan baik.
(20b) Dengan menghayati yang sungguh-
         sungguh terhadap profesinya serta
         memahami tugas yang diembannya,
         Dokter Sucipto telah berhasil mengakhiri
          masa jabatannya dengan baik.


2.      Sajian data kontaminasi bentuk frase yang betul

Data rancu
Data betul
(1)   di kemudian kali
Bentuk asalnya ialah di kemudian hari atau lain kali.
(2)   jangan boleh
Bentuk asalnya ialah jangan biarkan dan  tidak boleh
(3)   belum usah
Bentuk asalnya ialah belum boleh dan tidak usah.
(4)   semakin hari
Bentuk asalnya ialah hari demi hari  atau dan semakin lama
(5)   menyempatkan waktu
Bentuk asalnya ialah menyempatkan diri dan menyediakan waktu.
(6)   menyembuhkan penyakit
Bentuk asalnya ialah menyembuhkan pasien dan membasmi penyakit
(7)   dan lain sebagainya
Bentuk asalnya ialah dan lain-lain atau dan sebagainya.
(8)   menundukkan badan
Bentuk aslinya ialah menundukkan kepala dan membungkukkan badan.

(9)   Menceritakan tentang hal-ihwalnya
Bentuk asalnya ialah menceritakan hal-ihwalnya  atau bercerita tentang hal-ihwalnya.  
(10)  Membahayakan bagi keamanan
Bentuk aslinya ialah membahayakan keamanan dan berbahaya bagi keamanan.
    (11) berulang kali

Bentuk asalnya ialah berulang-ulang atau berkali-kali.

3.      Sajian data kontaminasi bentuk kata yang betul
Data rancu
Data betul
(1)   Diperbesarkan
Bentukan yang benar kata yaitu diperbesar dan dibesarkan.
(2)   Tergambarkan
Bentuk yang benar yaitu kata tergambar dan menggambarkan
(3)   Mempersulitkan
Bentuk yang benar yaitu menyulitkan dan mempersulit.
(4)   membentukan

Bentuk yang benar yaitu dari kata membentuk dan bentukan.
(5)   bernamakan

Bentuk yang benar yaitu beranama dan menamakan.
(6)   memperjelaskan

Bentuk yang benar yaitu kata menjelaskan dan memperjelas
(7)   memperburuk

Bentuk yang benar yaitu kata memburuk dan perburuk
(8)   mempermudahkan

Bentuk yang benar yaitu kata memudahkan dan mempermudah.
(9)   Mempercayakan
Bentuk yang benar yaitu kata memercayakan dan mempercayai.
(10)   Mempertegaskan
Bentuk yang benar yaitu kata menegaskan dan mempertegas.



D.    Kesimpulan
Dari paparan pembahasan di atas, kita mengetahui bahwa kontaminasi merupakan istilah yang dipungut dari bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan 'kerancuan'. Rancu artinya 'kacau' dan kerancuan artinya 'kekacauan'. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau.
Penyebab kontaminasi itu sendiri adalah kesalahan orang memadu dua unsur yang berpasangan. Dua hal yang masing – masing berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang tidak berpasangan atau berpadanan. Hasilnya adalah kerancauan. Penempatan kata yang tidak tepat tentu saja dapat menimbulkan kekacauan atau kerancauan. Misalkanlah bahwa unsur A selalu berpasangan dengan unsur B dan unsur C dengan unsur D.  Pasangan A dan B serta C dan D selalu merupakan pasangan yang tepat. Tetapi, bila pasangan itu bertukar, misalnya A dengan D dan C dengan B, maka pasangan itu dikatakan menjadi rancu.
Kontaminasi digolongkan menjadi tiga bentuk yaitu kontaminasi bentuk kalimat, kontaminasi bentuk frase, dan kontaminasi bentuk kata. Bentuk kalimat, frase ataupun kata yang mengalami kontaminasi dapat diperbaiki yaitu dengan mengembalikan bentuk yang rancu ke bentuk asalnya atau bentuk yang benar.





DAFTAR PUSTAKA
            Badudu, J.S. 1990. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia
            Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: PT Gramedia
http://pembelajaran-mas-dewantara.blogspot.com/2012/05/gejala-bahasa.html diunduh tanggal 15 November 2014. pkl. 13.05 wib
https://ryuliana111.wordpress.com/2012/02/09/analisis-gejala-kontaminasi-penggunaan-bahasa-asing-dalam-iklan-unik-di-surat-kabar-solopos/ diunduh tanggal 15 November 2014. pkl. 13.08 wib
http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/kesalahan-berbahasa.html diunduh tanggal 15 November 2014. pkl. 13.08 wib



           

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Analisis Kontaminasi dalam Penggunaan Bahasa"