ANALISIS
KONTAMINASI
DALAM
PENGGUNAAN BAHASA
ANALISIS
KONTAMINASI
DALAM
PENGGUNAAN BAHASA SEHARI-HARI
A.
Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi utama. Bahasa
merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia. Dalam melakukan tindak bahasa yakni
komunikasi diperlukan adanya keterlibatan
kedua belah pihak, yakni pihak komunikator dan pihak komunikan. Dalam komunikasi
lisan masing–masing adalah pembicara dan pendengar, sedangkan dalam komunikasi
tulis adalah penulis dan pembaca. Komunikasi terjalin lancar, apabila lawan
tutur paham atau mengerti yang dimaksudkan oleh petutur.
Dalam komunikasi bahasa terdapat sistem yang disebut
sistem bahasa. Sistem bahasa merupakan keseluruhan aturan atau pedoman yang
ditaati oleh para pemakai suatu bahasa. Agar bahasa yang terjalin baik antara
pihak komunikator dan pihak komunikan, maka perlu adanya pembelajaran bahasa. Pembelajaran
bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa. Dalam mempelajari bahasa
tentu tidak luput dari kesalahan.
Kesalahan
berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu,
kesalahan berbahasa yang sering dilakukan harus dikurangi dan bahkan
dihapuskan.
Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang
didasarkan pada analisis kesalahan seseorang yang sedang mempelajari sesuatu,
misalnya mempelajari bahasa. Kesalahan itu biasanya ditentukan berdasarkan
kaidah atau aturan yang berlaku dalam bahasa yang sedang dipelajari. Jika kata
atau kalimat yang digunakan seseorang atau
pembelajar tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka pembelajar bahasa
dikatakan membuat kesalahan.
Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh
kemampuan pemahaman orang atau pembelajar bahasa. Artinya, seseorang atau
pembelajar memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan
biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama
bila tidak diperbaiki. Jadi, kesalahan berbahasa merupakan bentuk penyimpangan
wujud bahasa dari sistem atau kebiasaan berbahasa umumnya pada suatu bahasa
sehingga menghambat kelancaran komunikasi berbahasa.
Kesalahan bahasa juga dapat terjadi karena adanya
gejala bahasa. Gejala bahasa ialah peristiwa yang
menyangkut bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala macam proses
pembentukannya. Gejala bahasa dalam bahasa Indonesia, salah satunya adalah
gejala kontaminasi.
Istilah kontaminasi dipungut dari
bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu
diterjemahkan dengan 'kerancuan'. Rancu artinya 'kacau' dan kerancuan artinya
'kekacauan'. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat,
seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah
disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan
frase yang kacau atau kalimat yang kacau. Kontaminasi terjadi karena salah
nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang
tumpang tindih,
Sepintas lalu
susunan itu tampak seperti susunan yang betul, tetapi bila diteliti secara
lebih seksama, akan ternyata bahwa bentukan atau susunan itu salah ( DR. J.S.
Badudu, 1981 ). Seperti, bentuk kata menundukkan kepala dengan membungkukkan
badan karena terjadi kekacauan maka terbentuklah menundukkan badan atau
membungkukkan kepala. Peristiwa semacam mi sering terjadi, walaupun
memang tidak mengganggu makna yang sebenarnya, namun hanya tidak sesuai dengan
diksi yang diperlukan dalam konteks tersebut.
Gejala kontaminasi timbul karena dua kemungkinan,
yaitu orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun
kalimat, frase atau dalam mempergunakan beberap imbuhan sekaligus untuk
membentuk kata. Dan kontaminasi terjadi tak dengan sengaja karena ketika
seseorang akan menuliskan atau mngucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua
bentukan yang sejajar timbul sekaligus dalam pikirannya sehingga yang
dilahirkannya itu sebagian diambilnya dari yang pertama, tetapi bagian yang
lain diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini
melahirkan susunan yang kacau ( DR. J.S. Badudu, 1981 ).
Penyebab kontaminsi yang sering terjadi yaitu
dikarenakan kerancuan susunan kata baik dalam frase
atau kalimat disebabkan oleh kesalahan orang memadu dua unsur yang berpasangan.
Misalkanlah bahwa unsur A selalu berpasangan dengan unsur B dan unsur C dengan
unsur D. Pasangan A dan B serta C dan D
selalu merupakan pasangan yang tepat. Tetapi, bila pasangan itu bertukar,
misalnya A dengan D dan C dengan B, maka pasangan itu dikatakan menjadi rancu.
Terjadinya kontaminasi bahasa
dapat digolongkan ke dalam kontaminasi bentuk kalimat, kontaminasi bentuk frase
dan kontaminasi bentuk kata. Kontaminasi
bentuk kalimat misalnya terjadi pada kalimat Murid-murid dilarang tidak boleh merokok (kontaminasi). Kalimat di tersebut terasa rancu. Hal ini
dikarenakan ada dua kalimat larangan yang digunakan sekaligus dalam satu
kalimat yang sebetulnya dapat berdiri sendiri-sendiri. Kalimat tersebut yang
betul susunan kalimatnya ,yakni Murid-murid dilarang merokok (benar)
dan Murid-murid tidak boleh merokok (benar).
Contoh kontaminasi bentuk frase terjadi pada ungkapan “berulang
kali”. Dilihat dari segi penggabungan kata,
ungkapan itu memperlihatkan bentuk rancu. Bentuk asalnya ialah “berulang-ulang”
dan “berkali-kali”. Sedangkan, kontaminasi bentuk kata misalnya terjadi pada
kata Mengenyampingkan (kontaminasi).
Me- + ke samping + kan menjadi mengesampingkan
karena hanya fonem /k/ pada awal kata ke samping yang luluh menjadi
bunyi sengau /ng/; /s/ pada samping tak perlu diluluhkan. Sehingga
data yang benar mengesampingkan (
benar ) dan menyampingkan ( benar ).
Gejala –gejala kontaminasi dapat diatasi dengan analisis.
Analisis kesalahan bahasa merupakan usaha untuk memperbaiki, baik dengan cara
penyuluhan ataupun pembinaan. Bila kesalahan kebahasaan itu dapat diatasi
melalui sistem bahasanya dan mempunyai dampak positif terhadap efektvitas
bahasanya, apa yang mulanya dinyatakan sebagai penyimpangan berbahasa, akan
diterima sebagai khasanah sistem bahasa yang bersangkutan. Itulah yang termasuk
analisis kesalahan bahasa. Analisis juga merupakan pemerian. Dalam kontaminasi,
hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah melakukan analisis
kontaminasi dengan mengembalikan bentuk yang rancu ke bentuk yang benar.
Dalam makalah ini, penulis tertarik untuk menganalisis
gejala kontaminasi karena kontaminasi terus saja muncul dalam penggunaan
bahasa. Makalah ini berisi tentang permasalahan kontaminasi dari bentuk kalimat,
frase, dan kata serta lengkap dengan analisisnya.
B.
Kajian Teori
Kontaminasi atau dengan istilah lain disebut kerancuan
tidak hanya terjadi pada susunan kalimat, melainkan terjadi juga pada susunan
kata dalam sebuah frase, atau susunan morfem-morfem dalam sebuah kata. Gejala
kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan
dengan kerancuan. Rancu artinya “kacau”. Jadi, kerancuan artinya “kekacauan”.
Yang dirancaukan adalah susunan, perserangkaian, dan penggabungan. Dua hal yang
masing – masing berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang
tidak berpasangan atau berpadanan. Hasilnya adalah kerancauan. Penempatan kata
yang tidak tepat tentu saja dapat menimbulkan kekacauan atau kerancauan.
Istilah kontaminasi ( dalam bahasa
Inggris : contamination ) dapat dipadankan dengan istilah kerancuan. Istilah
kerancaan berasal dari kata dasar “rancu” yang berarti “kacau”. Jadi,
kontaminasi atau kerancauan berarti kekacauan. Kontaminasi adalah percampuran
yang tidak disengaja. Kontaminasi dalam ungkapan adalah percampuran bagian
ungkapan yang satu dengan yang lain. Percampuran tersebut tentu saja tidak
dapat dibenarkan. Gejala kontaminasi dibedakan menjadi tiga, yaitu ;
1. Kontaminasi Kalimat
Gejala kerancauan kalimat timbul karena dua kemungkinan :
a. Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun frase ataupun dalam mempergunakan beberapa imbuhan untuk membentuk kata.
b. Terjadi tak disengaja, ketika orang menggabungkan dua pengertian dari dua bentuk yang berbeda ke dalam satu susunan kalimat.
Gejala kerancauan kalimat timbul karena dua kemungkinan :
a. Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun frase ataupun dalam mempergunakan beberapa imbuhan untuk membentuk kata.
b. Terjadi tak disengaja, ketika orang menggabungkan dua pengertian dari dua bentuk yang berbeda ke dalam satu susunan kalimat.
Contoh :
Melalui kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
keterampilan.
Bagian
pertama kalimat di atas (a) melalui kursus ini , bagian keduanya (b) diharapkan
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan. Hubungan bagian a dan b itu tidak
cocok. Inilah kalimat asal itu.
(a) Kursus ini diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan
(b) Melalui kursus ini diharapkan dapat
ditingkatkan keterampilan.
2. Kontaminasi bentuk frase
Kontaminasi
susunan kata adalah kekacauan yang terjadi di dalam penggunaan bahasa Indonesia
yang berupa kerancauan penyusunan kata.
Contoh:
(1) jangan boleh
(2) kadang kala
Pada contoh (1) frase tersebut
rancu. frase tersebut merupakan bentukan
dari dua frase yakni, jangan biarkan dan tidak boleh yang membentuk Jangan
boleh
(kontaminasi).
Sedangkan pada contoh (2),frase tersebut juga merupakan gabungan dua frase yang
membentuk kerancuan. Frase tersebut adalah kadang-kadang dan ada kala(nya).
3. Kontaminasi
bentuk kata
Tidak
jarang kita melihat bentukan kata dengan beberapa imbuhan ( afiks ) sekaligus
yang memperlihatkan gejala kerancuan. Kerancuan susunan kata baik dalam frase atau
kalimat disebabkan oleh kesalahan orang memadu dua unsur yang berpasangan.
Misalkanlah bahwa unsur A selalu berpasangan dengan unsur B dan unsur C dengan
unsur D. Pasangan A dan B serta C dan D
selalu merupakan pasangan yang tepat. Tetapi, bila pasangan itu bertukar,
misalnya A dengan D dan C dengan B, maka pasangan itu dikatakan menjadi rancu.
Contoh
:
(1) mengenyampingkan
(2) dipelajarkan
Pada data (1) bentuk itu bukanlah bentuk yang tepat. Bila
kita ubah bentuk itu menjadi bentuk yang biasa disebut bentuk pasif, maka
bentuk itu menjadi dikesampingkan. Dengan jelas bentuk kata dasar itu ialah
kesamping. Apabila bentuk dasar yang
berhuruf/berfonem awal /k/ diberi awalan meng-, maka huruf/fonem awal itu
luluh.
Misalnya:
Meng + kotor + kan -Ã
mengotorkan
Meng + kait + kan -Ã
mengaitkan
Yang mengalami peluluhan hanyalah
fonem/huruf aal bentuk dasar itu. Huruf atau fonem lain tidak berubah. Bentuk
rancu mengenyampingkan timbul karena dua bentuk yang tepat yaitu
mengesampingkan dan menyampingkan digabungkan menjadi mengenyampingkan (rancu).
Pada data (2) bentuk itu juga rancu.
Bentuk kata tersebut adalah bentuk yang dikacaukan dari dua bentuk, yakni
dipelajari dan diajarkan. Hasil kontaminasinya adalah dipelajarkan.
C.
Pembahasan
Kontaminasi
terus saja muncul dalam penggunaan
bahasa, baik dalam tuturan maupun dalam tulisan. Kontaminasi adalah suatu
gejala bahasa yang rancu atau kacau susunan, baik susunan kalimat, kata, atau bentukan
. Masalah tersebut dapat di atasi jika kalimat yang rancu tersebut dikembalikan
kepada dua kalimat asal yang betul strukturnya. Demikian juga dengan susunan
kata/frasa atau bentukan kata. Gejala bahasa ini dalam bahasa Indonesia
dinamakan kerancuaan atau disebut juga kekacauan. Yang dirancukan ialah
susunan, atau penggabungannya. Misalnya dua kata yang digabungkan dalam satu
gabungan baru yang tidak berpadanan. Gejala kontaminasi ini dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Kontaminasi Kalimat
Kalimat
rancu yang merupakan gejala kontaminasi. Yang dimaksud kalimat rancu ialah
kalimat yang kacau susunannya, tetapi memperlihatkan suatu ciri khas. Kekacuan
itu timbul karena kalimat yang disebut rancu itu sebenarnya berasal dari dua
buah kalimat yang benar susunannya. Artinya, kalimat rancu itu dapat kita
kembalikan kepada kedua kalimat asalnya
yang benar. Kesalahan yang timbul ialah karena kalimat yang disebut rancu ini
mengambil sebagian dari kalimat pertama yang benar itu dan sebagian lagi dari
kalimat kedua. Hasilnya ialah kalimat yang rancu.
Pada
umumnya, kalimat itu terdiri atas dua bagian yang tidak cocok hubungannya.
Mengapa tidak cocok? Jawabannya ialah karena kalimat kontaminasi itu adalah
hasil penggabungan bagian dua kalimat asal yang susunannya benar, sesuai.
Misalnya, kalimat I terdiri dari bagian a dan b. Kalimat II terdiri dari bagian
c dan d. Lalu, dari kalimat I dan kalimat II itu dibentuk kalimat baru dengan
gabungan a dan d atau c dan b. Sudah dikatakan di atas, pasangan a-b dan c-d.
Kalau pasangan itu menjadi a-d dan c-b, tentulah susunan itu menjadi rancu atau
kacau.
Adapun
data kontaminasi kalimat yang kami peroleh sebagai berikut;
(1) Pada acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
(2) Melalui pelatihan ini diharapkan
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.
(3) Di dalam kelas anak-anak dilarang tidak
boleh ramai.
(4) Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.
(5) Hermawan menduduki juara Indonesia
Terbuka.
(6) Dalam perayaan itu dihadiri oleh semua
guru.
(7) Dengan penataran ini dapat meningkatkan
kemampuan karyawan.
(8) Bagi pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah
besar.
(9)Di
zaman yang serba canggih ini memaksa orang berpacu dengan waktu.
(10)Dari hasil penelitian membuktikan
bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi
belajar antara para siswa.
(11) Menurut para pakar sejarah mengatakan bahwa Candi
Borobudur
dibangun pada masa Kerajaan Syailendra.
(12)
Meskipun perusahaan itu belum terkenal, tetapi produksinya banyak
dibutuhkan orang.
(13) Gambar ini
menunjukkan hampir menyerupai bulan.
(14) Bank Suminto
adalah merupakan salah satu bank terbesar di Jepang.
(15) Akibat banjir,
telah membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter.
(16) Di antara beberapa
negara Eropa Barat berupaya membuat heli
antitak
bersama untuk menekan biaya.
(17) Kenaikan tarif
listrik sebenarnya sudah lama dinaikkan.
(18) Upaya mencari
titik temu masalah harga ini sampai kini belum juga
terpecahkan.
(19) Membangun industri
baja diperlukan biaya yang besar.
(20) Dengan penghayatan
yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
memahami tugas yang diembannya, Dokter
Sucipto telah berhasil
mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
Contoh – contoh data di atas mari kita
bicarakan satu persatu.
(1) Pada acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
Kalimat
tersebut tidak ada subjeknya. Kita betanya, “Apa yang dihadiri oleh para
sastrawan?” Jawabannya tidak mungkin “pada acara itu”. Kita tahu bahwa yang
dihadiri oleh para sastrawan ialah acara itu. Di sini terlihat bahwa penggunaan
kata depan pada awal kalimat itu tidak tepat. Di depan subjek kalimat
diletakkan kata depan sehingga fungsi subjek itu berubah menjadi keterangan,
dalam hal ini keterangan waktu. Kalimat itu mejadi betul bila kata pada
di depan kalimat itu dihilangkan “Acara itu dihadiri oleh para sastrawan”.
Atau bila kita menggunakan kata pada
di depan kata acara, maka
predikat kalimat itu bukanlah dihadiri, melainkan hadir dan kata oleh kita hilangkan
saja. Kalimat itu menjadi “ Pada acara itu hadir para sastrawan”. Jika kalimat
itu kita ubah susunannya mejadi kalimat dengan susunan biasa (mendahulukan
subjek), urutannya menjadi
(1a) Acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
(1b) Pada acara itu hadir para sastrawan.
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat
rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagiandiambil dari
bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari
bagian kedua kalimat satu.
(2) Melalui pelatihan ini diharapkan
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.
Bagian pertama kalimat di atas (a)
melalui pelatihan ini , bagian keduanya (b) diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan. Hubungan bagian a dan b itu tidak cocok. Kalau kita bertanya, “Apa yang diharapkan
bermanfaat untuk meningkatkan
keterampilan?” Jawabnya bukan “melalui pelatihan ini.” Jawabnya yang tepat
ialah “pelatihan ini.” Kalau bagian a
itu ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian b harus diubah menjadi “
diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan.”
Coba
kita kembalikan tersebut kepada dua buah kalimat asalnya yang benar. Perhatikan
kalimat asalnya.
(2a)
Pelatihan ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan
(2b)
Melalui pelatihan ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan
Setelah kita kembalikan kalimat tersebut
pada asalnya, akan tampak bahwa kesalaha kalimat itu terjadi karena penempatan
kata depan melalui di depan kalimat
tersebut. Pelatihan itu merupakan
subjek kalimat tersebut. Predikatnya diharapkan
bermanfaat untuk dapat meningkatkan keterampilan. Jadi, kalimat itu menjadi
salah karena di depan subjeknya ditempatkan kata
depan.
(3) Di dalam kelas anak-anak dilarang tidak
boleh ramai.
Perhatikan kalimat ketiga. Kalimat
tersebut jelas terlihat rancu karena ada dua kata larangan yang berdiri
berdampingan. Makna yang terkandung dalam kalimat (3) di atas berlawanan dengan
yang dimaksud. “ anak-anak dilarang tidak boleh ramai.”, kalau begitu anak-anak boleh ramai. Yang jelas
bukan begitu maksudnya. Maksudnya, anak-anak itu tidak boleh ramai.
Jika kita hilangkan salah satu kalimat
larangannya, misalnya kata “dilarang” maka kalimat itu menjadi “Di dalam kelas
anak-anak tidak boleh ramai” atau dapat pula kita kembalikan kalimat (3)
tersebut kepada bentuk asalnya yang benar susunannya, karena kedua kalimat
larangan tersebut sebenarnya dapat berdiri sendiri.
Perhatikan susunannya berikut ini;
(3a)
Di dalam kelas anak-anak dilarang ramai.
(3b) Di dalam kelas anak-anak tidak boleh ramai
(3b) Di dalam kelas anak-anak tidak boleh ramai
(4) Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.
Mari kita lihat kalimat (4) secara
cermat. Jika kita bertanya “ Apa yang dihadiri oleh para pejabat setempat?”
jawabannya tidak mungkin dalam rapat itu.
Jawaban yang tepat untuk pertanyaan “Apa
yang dihadiri oleh para pejabat setempat?” ialah rapat itu. Jawaban ini merupakan subjek kalimat itu.
Di sini terlihat bahwa penggunaan kata
depan pada awal kalimat itu tidak tepat. Di depan subjek kalimat diletakkan
kata depan sehingga fungsi subjek itu berubah menjadi keterangan, dalam hal ini
keterangan waktu. Kalimat itu mejadi betul bila kata dalam di depan kalimat itu dihilangkan “Rapat itu dihadiri oleh
para pejabat setempat.”
Atau bila kita menggunakan kata dalam di depan kata rapat, maka predikat kalimat itu
bukanlah dihadiri, melainkan hadir dan kata oleh kita hilangkan saja. Kalimat
itu menjadi “ Dalam rapat itu hadir para pejabat setempat”. Jika kalimat itu
kita ubah susunannya mejadi kalimat dengan susunan biasa (mendahulukan subjek),
urutannya menjadi
(4a) Rapat itu dihadiri oleh para pejabat
setempat.
(4b) Dalam rapat itu hadir para pejabat setempat.
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat
rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari
bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari
bagian kedua kalimat satu.
(5) Hermawan menduduki juara Indonesia
Terbuka.
Perhatikan kalimat di atas. Pada kalimat
(5) mungkin terlihat tidak ada yang salah, tetapi jika dicermati kalimat
tersebut terkesan rancu. “Hermawan menduduki
juara Indonesia Terbuka”, perhatikanungkapan yang dicetak miring. Ungkapan meduduki
juara terkesan rancu, karena tidak ada .juara yang diduduki. Biasanya yang
diduduki itu kursi.
Kalimat (5) yang rancu itu dapat kita
kembalikan kepada bentuk asalnya yang betul susunannya.
(5a)
Hermawan meraih gelar juara Indoesia Terbuka
(5b)
Hermawan menduduki peringkat pertama
Kedua kalimat tersebut dijadikan orang
satu kalimat baru dengan Hermawan
menduduki diambil dari kalimat kedua dan
juara Indoesia Terbuka diambil dari kalimat pertama. Jadilah kontaminasi
kalimat seperti data (5).
(6)
Dalam
perayaan itu dihadiri oleh semua guru.
Mari kita lihat kalimat (6) secara
cermat. Jika kita bertanya “ Apa yang dihadiri oleh semua guru?” Jawabannya
tidak mungkin dalam perayaan itu.
Jawaban yang tepat untuk pertanyaan “Apa
yang dihadiri oleh semua guru ?” ialah perayaan
itu. Jawaban ini merupakan subjek kalimat itu.
Di sini terlihat bahwa penggunaan kata
depan pada awal kalimat itu tidak tepat. Di depan subjek kalimat diletakkan
kata depan sehingga fungsi subjek itu berubah menjadi keterangan, dalam hal ini
keterangan waktu. Kalimat itu mejadi betul bila kata dalam di depan kalimat itu dihilangkan “Perayaan itu dihadiri oleh semua
guru.”
Atau bila kita menggunakan kata dalam di depan kata peryaan, maka predikat kalimat itu
bukanlah dihadiri, melainkan hadir dan kata oleh kita hilangkan saja. Kalimat
itu menjadi “ Dalam perayaan itu hadir semua guru”. Jika kalimat itu kita ubah
susunannya mejadi kalimat dengan susunan biasa (mendahulukan subjek), urutannya
menjadi
(6a) Perayaan itu dihadiri oleh semua
guru.
(6b) Dalam perayaan itu hadiri semua guru.
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat
rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari
bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari
bagian kedua kalimat satu.
(7) Dengan
penataran ini dapat meningkatkan kemampuan karyawan.
Bagian pertama kalimat di atas (a) dengan
penataran ini, bagian keduanya (b) dapat meningkatkan kemampuan karyawan.
Hubungan bagian a dan b itu tidak cocok.
Kalau kita bertanya, “Apa yang dapat meningkatkan kemampuan karyawan?”
Jawabnya bukan “dengan pentaran ini.” Jawabnya yang tepat ialah “penataran
ini.” Kalau bagian b itu ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian a harus diubah menjadi “ kemampuan
karyawan dapat menigkat ”
Coba
kita kembalikan tersebut kepada dua buah kalimat asalnya yang benar. Perhatikan
kalimat asalnya.
(7a)
Dengan penataran ini kemampuan karyawan dapat meningkat.
(7b)
Penataran ini dapat menigkatkan kemampuan karyawan.
Selanjutnya analisis data (8)
(8) Bagi pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah
besar.
Bagian pertama kalimat di atas (a) bagi
pemenang, bagian keduanya (b) dapat akan mendapatkan sebuah haiah besar
Hubungan bagian a dan b itu tidak cocok.
Kalau kita bertanya, “Siapa yang akan mendapatkan hadiah besar?”
Jawabnya bukan “bagi pemenang.” Jawabnya yang tepat ialah “pemenang.” Kalau bagian b itu ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian a harus diubah menjadi “disediakan
sebuah hadiah besar”
Coba
kita kembalikan tersebut kepada dua buah kalimat asalnya yang benar. Perhatikan
kalimat asalnya.
(8a) Bagi pemenang disediakan sebuah hadiah
besar.
(8b) Pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah
besar.
(9) Di
zaman yang serba canggih ini memaksa orang berpacu dengan waktu.
Kalimat (9) terkesan rancu. Coba kita
bertanya, “Apa yang memaksa orang berpacu dengan waktu?” Jawaban yang pasti
tidak mungkin di zaman yang serba canggih.
Jawaban yang tepat adalah zaman yang
serba canggih dan itu merupakan subjeknya. Mari kita kembalikan tersebut
kepada dua buah kalimat asalnya yang benar.
(9a)
Zaman yang serba canggih ini memaksa orang berpacu dengan waktu.
(9b)
Di zaman ini orang berpacu dengan waktu.
Kesimpulannya
dapat kita lihat. Kalimat rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini
sebagian diambil dari bagian awal kalimat dua dan sebagian lagi dari bagian kedua kalimat satu.
(10)
Dari
hasil penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan
prestasi belajar antara para siswa.
Kalimat (10) jika rasa
janggal/rancu. Jika kita bertanya, “Apakah yang membuktikan bahwa ada perbedaan
kenaikan prestasi belajar antara para siswa?” Jawabannya tidak mungkin “Dari
hasil penelitian”, sebab kata depan dari
menunjuk kepada keterangan tempat/waktu. Pertanyaan untuk jawaban itu haruslah dari mana.
Misalnya;
Dari
mana Anda berasal? Jawabannya : Dari Purbalingga
Jawaban yang tepat untuk pertanyaan
“Apakah yang membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara
para siswa?” ialah “hasil penelitian”. Jawaban ini merupakan subjek kalimat itu
dan “membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara para
siswa” adalah predikatnya.
Kalimat contoh tadi jelas sebuah
kalimat asalnya yang betul maka susunannya sebagai berikut;
(10a)
Penelitian membuktikan bahwa ada perbedaan kenaikan prestasi
belajar antara para siswa
(10b)
Dari hasil penelitian, ada perbedaan kenaikan prestasi belajar antara
para siswa.
Kesimpulan, kalimat yang rancu
dapat dikembalikan kepada bentuknya yag betul, yaitu dengan mengembalikan
kepada kedua kalimat asalnya seperti kalimat (10a) dan (10b) di atas.
(11)
Menurut para sejarah
mengatakan bahwa Candi Borobudur pada masa
Kerajaan Syailendra.
Kalimat di atas termasuk kalimat yang
rancu karena susunannya terdiri atas dua struktur kalimat.struktur yang pertama
dimulai dengan kata menurut ,
sedangkan yang kedua dimulai dengan subjek “pelaku” (para pakar sejarah) yang diikuti
dengan predikat mengatakan. Karena
berasal dari dua struktur , kalimat rancu itu dapat dikembalikan pada struktur
semula , yaitu (11a) dan (11b) beriku;
(11a)
Menurut para pakar sejarah, Candi Borobudur dibangun pada masa Kerajaan
Syailendra.
(11b)
Para pakar sejarah mengatakan bahwa Candi Borobudur.dibangun pada
masa Kerajaan Syailendra.
Jadi kalimat (11) harus diperbaiki agar
strukturnya menjadi benar.Perbaikan tersebut dapat dilakukan seperti kalimat di
atas.
(12) Meskipun perusahaan itu belum
terkenal, tetapi produksinya banyak
dibutuhkan orang.
Kerancuan kalimat itu juga disebabkan
oleh penggabungan dua kalimat menjadi satu. Kalimat pertama yang menggunakan
kata penghubung meskipun, berupa kalimat majemuk bertingkat, sedangkan kalimat
kedua, yang menggunakan kata penghubung tetapi, berupa anak kalimat dalam
kalimat majemuk setara. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kerancuan
kalimat (12) itu disebabkan oleh
penggabungan kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk setara ke dalam
satu kalimat. Karena berasal dari dua kalimat yang digabungkan menjadi satu,
perbaikan kalimat itu pun dapat dilakukan
dengan mengembalikan kalimat itu dalam struktur kalmat asalnya, seperti
pada (12a) dan (12b) berikut;
(12a)
Meskipun perusahaan itu belum terkenal\, produksinya banyak dibutuhkan
orang.
(12b) Perusahaan itu belum terkenal, tetapi
produksinya banyak
dibutuhkan orang.
Dari
perbaikan kalimat tersebut dapat diketahui bahwa kerancuan yag disebabkan oleh
penggunaan kata penghubung meskipun atau walaupun yang diikuti kata penghubung
tetapi, perbaikannya pun dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu dari
dua kata penghubung tersebut.
(13) Gambar ini menunjukkan hampir
menyerupai bulan.
Pada kalimat (13), kita melihat bahwa
penggunaan kata menunjukkan
“merusakkan” isi kalimat itu. Kalimat tersebut menjadi rancu. Tidak mungkin menunjukkan hampir menyerupai. Kata menunjukkan seharusnya diikuti oleh kata
benda yaitu sesuatu. Hampir meyerupai tidak dapat ditunjukkan.
Mari kita perbaiki kalimat tersebut,
kita kembalikan ke bentuk asalnya yang tidak rancu.
(13a) Gambar ini bentuknya hampir
menyerupai bulan.
(13b) Gambar ini menunjukkan bentuk yang
hampir menyerupai bulan.
Kerancuan itu dapat diperbaiki, jika
kata menujukkan itu dihilangkan atau
jika ingin dipertahankan maka di belakang kata menujukkan diikuti oleh kata benda sesuatu, misalnya kata bentuk
seperti pada perbaikan kalimat di atas.
(14) Bank Suminto adalah merupakan salah
satu bank terbesar di Jepang
Mari kita perhatikan data berikutnya
yakni data (14). Kata adalah dan merupakan berfungsi sama sebagai kata
kerja gabung, karena itu tidak perlu kedua-duanya dipakai sekaligus, cukup
salah satu saja. Bila kedua-duanya dipakai bersamaan akan menimbulkan
kerancuan, karena kata adalah dan merupakan dapat berdiri sendiri-sendiri.
Selain rancu, penggunaan dua kata kerja gabung sekaligus .menyebabkan salah satu
kata itu mubazir, karena kedudukannya sama. Jika dianalisis kalimat (14) dapat
dijadikan dua kalimat.
Kalimat yang benar dari data (14), yakni
(14a) Bank Suminto adalah salah satu
bank terbesar di Jepang.
(14b) Bank Suminto merupakan salah satu
bank terbesar di Jepang.
Setelah diperbaiki, maka dari hal
tersebut kita tahu bahwa orang telah menggabungkan kedua kalimat tersebut
menjadi satu kalimat dengan menggabungkan kedua kata kerja gabung adalah dan merupakan.
(15) Akibat banjir, telah membobolkan tanggul
yang panjangnya 300 meter.
Kalimat
tersebut tidak ada subjeknya. Kita betanya, “Apa yang telah membobolkan
tanggul yang panjangnya 300 meter?” Jawabannya tidak mungkin “akibat banjir”. Jawaban tersebut tidak sesuai dengan
pertanyaan. Pertanyaan dengan menggunakan kata tanya ”Apa ?”, itu seharusnya
merujuk pada keterangan benda/sesuatu. Jadi, pertanyaan “Apa yang telah
membobolkan tanggul yang panjangnya 300 meter?” jawaban yang sesuai adalah banjir. Jawaban itu menjadi subjek kalimat di atas.
Sehingga , kalimat yang rancu di atas
dapat kita perbaiki sebagai berikut;
(15a) Banjir telah membobolkan tanggul
yang panjangnya 300 meter.
(15b) Tanggul yang panjangnya 300 meter
bobol akibat banjir.
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat
rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari
bagian akhir kalimat dua dan sebagian lagi dari
bagian kedua kalimat satu.
(16) Di antara beberapa
negara Eropa Barat berupaya membuat heli
antitank
bersama untuk menekan biaya.
Sekilas kita lihat tidak ada yang salah
pada kalimat (16). Kata depan di antara
membuat rancu susunan kalimat tersebut. Coba kita uji denga pertanyaan, “Siapa
yang berupaya membuat heli antitank?”
Jawaban yang pasti ialah beberapa negara
Eropa Barat bukan Di antara beberapa
negara Eropa Barat. Berarti jawaban yang benar tersebut merupakan subjek
kalimat (16). Kata depan di antara
dihilangkan. Jika kata tersebut ingin dipertahankan maka kata di antara diganti
antar.
Berikut perbaikan dari kalimat rancu di atas;
(16a) Beberapa negara
Eropa Barat berupaya membuat heli
antitank
bersama untuk menekan biaya.
(16b) Antarnegara Eropa
Barat berupaya membuat heli antitank
bersama untuk menekan biaya.
(17) Kenaikan tarif listrik sebenarnya
sudah lama dinaikkan.
Subjek kalimat itu ialah kenaika tarif
listrik dan predikatnya sudah lama dinaikkan. Kalau kita bertanya , “Apa yang
sudah lama dinaikkan ?” jawabannya tentu tak mungkin “kenaikan tarif listrik”
sebab yang naik itu bukan kenaikannya, melainkan tarif listrik. Sebab itu
kalimat di atas merupakan kalimat yang rancu. kalimat di atas dapat diubah ke
bentuk asalnya yang betul yakni;
(17a) Tarif listrik sebenarnya sudah
lama dinaikkan.
(17b) Kenaikan tarif listrik sebenarnya
sudah lama diberlakukan.
Mari kita menganalisis data selanjutnya
yakni data (18)
(18) Upaya mencari titik temu
masalah harga ini sampai kini belum juga
terpecahkan.
Pertanyaan yang segera muncul jika
membaca kalimat (18) adalah apakah suatu
upaya dapat dipecahkan? Jawabannya tentu tidak karena yang dapat dipecahkan
biasanya berupa masalah. Hal ini membuktikan bahwa kalimat (18) tidak tepat,
atau bisa dikatakan kalimat tersebut rancu.
Mari kita kembalikan kalimat (18) ke
bentuk asalnya yang betul;
(18a)
Upaya mencari titik temu masalah harga ini sampai kini belum juga
berhasil.
(18b) Masalah penetuan harga ini sampai
sekarang belum juga terpecahkan.
Kesimpulannya dapat kita lihat. Kalimat
rancu yang dicontohkan tersebut pada awal uraian ini sebagian diambil dari
bagian awal kalimat dan sebagian lagi dari bagian kedua kalimat.
(19) Membangun industri
baja diperlukan biaya yang besar.
Kita dapat membuat pertanyaan seperti
berikut jika menjumpai kalimat rancu semacam ini; Biaya besar diperlukan untuk apa ? Jawabannya adalah untuk membangun industri baja. Dengan
memperhatikan jawaban itu kita dapat menyusun kalimat tersebut mejadi betul,
yakni
(19a) Untuk membangun
industri baja diperlukan biaya yang besar.
(19b) Membangun
industri baja memerlukan biaya yang besar.
Kesimpulannya, jika kita ingin
mempertahankan kalimat awal dengan kata mempertahankan
maka kata diperlukan diubah menjadi
kata memerlukan. Selanjutnya, jika
kalimat tersebut ingin dipertahankan utuh maka pada awal kalimat diberi kata
“untuk”, agar kalimat itu jelas maksudnya dan tidak rancu, seperti perbaikan
pada (19a) dan (19b).
(20) Dengan penghayatan
yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
memahami tugas yang diembannya, Dokter
Sucipto telah berhasil
mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
Tampak pada kalimat (20) kerancuan
karena kata dalam kalimat ada yang tidak sejajar. Kalimat tersebut dapat
dijadikan dua kalimat yang dapat berdiri sendiri . caranya jika kata memahami
dipertahakan maka kata penghayatan
diubah menjadi menghayati dan
sebalikya, jika kata penghayatan dipertahankan
maka kata memahami diubah menjadi pemahaman.
Mari kita kembalikan kalimat rancu yang
tidak sejajar tersebut ke bentuk asalnya;
(20a) Dengan
penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
pemahaman tugas yang diembannya, Dokter
Sucipto telah berhasil
mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
(20b) Dengan menghayatii
yang sungguh-sungguh terhadap profesinya serta
memahami tugas yang diembannya, Dokter
Sucipto telah berhasil
mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
Kerancuan tersebut terjadi karena
penggabungan antara kalimat (20a) dan
(20b) yang tidak sejajar, tetapi disejajarkan.
2. Kontaminasi bentuk frase
Di dalam pemakaiaan bahasa sehari-hari,
kita sering menjumpai bentukan kata seperti: ’barang kali’ dan ’sering kali’.
Bentukan kata ‘barang kali’ tersebut kalau dikembalikan kepada asalnya terjadi
dari kata-kata ’berulang-ulang’ dan ’berkali-kali’. Demikian pula bentukan
’sering kali’ kontaminasi dari sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap
kali. Selain dari kontaminasi, tampak pula bentukan sering kali berupa gejala
’pleonasme’, karena sering artinya banyak kali.
Kata-kata seperti di belakang kali seperti yang sering terdengar,seharusnya di kemudiaan hari. Mungkin itu dirancukan dengan pengaruh kata lain kali.
Kata-kata seperti di belakang kali seperti yang sering terdengar,seharusnya di kemudiaan hari. Mungkin itu dirancukan dengan pengaruh kata lain kali.
Data
kontamiasi bentuk frase yang diperoleh
untuk dianalisis yaitu;
(1) di kemudian kali
(2) jangan boleh
(3) belum usah
(4) semakin hari
(5) menyempatkan waktu
(6) menyembuhkan penyakit
(7) dan lain sebagainya
(8) menundukkan
badan
(9) menceritakan tentang hal-ihwalnya
(10)
membahayakan bagi keamanan
(11) berulang
kali
Mari kita bahas satu persatu contoh di atas.
(1) di kemudian kali
Contoh ungkapan (1), merupakan ungkapan
yang sering kita jumpai, bahkan kita sendiri sering memakai ungkapan tersebut.
Secara sekilas ungkapan tersebut benar, tetapi jika kita amati atau perhatikan
baik-baik, ungkapan tersebut terasa kacau/rancu.
Dilihat dari segi penggabungan kata,
ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah di kemudian hari atau lain kali. Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu
ungkapan baru dengan kata di kemudian dari ungkapan pertama dan kali dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi
itu.
(2) jangan boleh
Kemudian pada contoh (2) ungkapan
tersebut sering kita dengar sesentingan saat orang mengusir seseorang, bahkan
tidak menutup kemungkinan kita sendiri ikut mengungkapannya ketika kita kesal.
Kalau kita perhatikan secara saksama, ungkapan tersebut begitu rancu/kacau.
Ungkapan tersebut seperti terdiri dari dua ungkapan yang digabungkan. Kata jangan dan kata boleh sebenarnya dapat berdiri sendiri.
Mari
kita kembalikan ke bentuk asalnya. Ungkapan jangan
boleh, ternyata terdiri dari
(2a) jangan biarkan
(2b) tidak boleh
Kedua
ungkapan tersebut dijadikan satu ungkapan baru dengan kata jangan dari ungkapan pertama dan kata boleh dari ungkapan kedua, sehingga membentuk kontaminasi jangan boleh.
(3) Belum usah
Sekarang perhatikan ungkapan (3). Ungkapan tersebut terkadang kita dengar pada
percakapan santai atau bahkan dalam percakapan formal kita tidak sengaja
mengucapkannya. Misal ada yang bertanya “Apakah hal ini sudah waktunya
diceritakan padanya?” Jawabannya yang pasti bukan belum usah. Jawaban yang tepat cukup kata belum atau tidak usah.
Mari kita cermati. Ungkapan belum usah,
ternyata merupakan bentuk gabungan dua ungkapan dengan bentuk asalnya yaitu belum boleh dan tidak usah. Jadi ungkakapan tersebut gabungan dari kata belum dari ungkapan pertama dan kata usah dari ungkapan kedua, sehingga
membentuk ungkapan baru belum usah
(kontaminasi).
(4) Semakin hari
Kita tentu sering mendengar ungkapan semakin hari semakin....., atau mungkin
kita secara tidak sengaja sering menggunakannya. Dilihat dari segi penggabungan
kata, ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah hari demi hari atau dan
semakin lama
Kata
semakin atau makin diikuti kata sifat atau adjektiva. Contohya, semakin tebal dan makin panjang. Namun, tidak
pernah kata-kata itu diikuti oleh kata benda. Tidak ada semakin kursi atau
makin gelas.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu
ungkapan baru dengan kata semakin
dari ungkapan kedua dan hari dari
ungkapan pertama, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.
(5) Menyempatkan waktu
Pada data (5) terdapat ungkapan
menyempatkan waktu. Apa artinya? Waktu tidak dapat disempatkan. Waktu itu benda
mati, bagaimana waktu disempatkan? Maksudnya diberi kesempatan? Yang mungkin
digunakan ialah menyempatkan diri.
Jadi, jelas bahwa ungkapan menyempatkan
waktu adalah ungkapan yang rancu dari bentuk yang benar yaitu menyempatkan diri dan menyediakan waktu.
Gabungan
dari kedua ungkapan tersebut menimbulkan kontaminasi, yakni menyempatkan waktu.
(6) Menyembuhkan penyakit
Pada ungkapan (6), terdapat kerancuan karena
yang akan disembuhkan adalah penyakit pasien, dan penyakit harus dibasmi.
Susunan menyembuhkan penyakit dalam frase di atas tidak tepat, atau rancu.
Kita kembalikan bentuk
frase itu ke bentul yang betul;
(6a) menyembuhkan
pasien
(6b) membasmi penyakit .
Mari kita coba buktikan pada konteks
kalimat sebagai berikut;
(6a) Dokter itu selalu
berusaha keras menyembuhkan pasien(nya).
(6b) Dokter itu selalu
berusaha keras membasmi penyakit pasiennya.
(7) dan lain sebagainya
Kita tentu sering mendengar ungkapan dan
lain sebagainya, atau mungkin kita secara tidak sengaja sering menggunakannya.
Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan banyak yang
rancu. Bentuk asalnya ialah dan lain-lain
atau dan sebagainya.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu
ungkapan baru dengan kata dan lain
dari ungkapan pertama dan sebagainya dari
ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.
(8) Menundukkan badan
Perhatikan ungkapan pada contoh data di
atas. Pada ungkapan (8), dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan
bentuk yang rancu. Bentuk aslinya ialah menundukkan kepala dan membungkukkan badan.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu
ungkapan baru dengan kata menundukkan dari
ungkapan pertama dan badan dari
ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan ungkapan menundukkan badan yang bentuknya rancu (kontaminasi).
(9) menceritakan tentang hal-ihwalnya
Secara sekilas ungkapan tersebut benar,
tetapi jika kita amati atau perhatikan baik-baik, ungkapan tersebut terasa
kacau/rancu. Dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan
banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah menceritakan
hal-ihwalnya atau bercerita tentang hal-ihwalnya. Kata menceritakan tidak sesuai jika diikuti
kata tentang , karena biasanya setelah kata yang memiliki awalan/imbuhan MeN-
langsung diikuti objeknya. Contoh jika bertanya, ”saya hendak menceritakan
sesuatu”, kemudian lawan tutur pastinya akan langsung menuju pada objek dan
menjawab “menceritakan apa?”
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu
ungkapan baru dengan kata berulang
dari ungkapan pertama dan kali dari
ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi itu.
(10)membahayakan bagi keamanan
Perhatikan ungkapan pada contoh data di
atas. Pada ungkapan (10), dilihat dari segi penggabungan kata, ungkapan itu memperlihatkan
bentuk yang rancu. Bentuk aslinya ialah membahayakan
keamanan dan berbahaya
bagi keamanan. Ungkapan membahayakan tidak sesuai jika diikuti
kata bagi, karena kata membahayakan
biasanya lagsung diikuti kata benda/mengarah pada sesuatu. Jadi, ungkapan membahayakan langsung diikuti oleh kata keamanan.
Kedua ungkapan itu dijadikan orang satu
ungkapan baru dengan kata membahyakan dari
ungkapan pertama dan bagi keamanan dari
ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan ungkapan membahayakan bagi keamanan yang bentuknya rancu tersebut.
(11). berulang
kali
Contoh ungkapan (11), merupakan ungkapan
yang sering kita jumpai, bahkan kita sendiri sering memakai ungkapan tersebut.
Secara sekilas ungkapan tersebut benar, tetapi jika kita amati atau perhatikan
baik-baik, ungkapan tersebut terasa kacau/rancu.
Dilihat dari segi penggabungan kata,
ungkapan itu memperlihatkan banyak yang rancu. Bentuk asalnya ialah berulang-ulang atau berkali-kali. Kedua ungkapan
itu dijadikan orang satu ungkapan baru dengan kata berulang dari ungkapan pertama dan kali dari ungkapan kedua, sehingga lahirlah gabungan kontamiasi
itu.
3. Kontaminasi kata
Kerancuan susunan
katabaik dalam frase atau kalimat disebabkan oleh kesalahan orang memadu dua
unsur yang berpasangan.
Contoh data kontaminasi
bentuk kata yang kami peroleh, sebagai berikut;
(1) diperbesarkan
(2) tergambarkan
(3) mempersulitkan
(4) membentukan
(5) bernamakan
(6) memperjelaskan
(7) memperburuk
(8) mempermudahkan
(9) mempercayakan
(10)
mempertegaskan
Dari
data di atas, mari kita bahas satu
persatu.
(1) diperbesarkan
Bentuk ini merupakan bentuk rancu
(kacau). Yang dirancukan adalah dua bentukan yang benar yaitu diperbesar dan dibesarkan. Kedua bentukan itu mempunyai makna dasar yang sama
yaitu “dibuat menjadi besar”, tetapi ada perbedaannya. Diperbesar berarti
“dibuat menjadi besar (sesuatu yang
memang tadinya sudah besar)”, sedangkan dibesarkan berarti “dibuat menjadi
besar (sesuatu yang tadinya kecil)”.
Jadi bila bentuk itu dijadikan satu
menjadikan diperbesarkan, makna yangsesungguhnya tidak lagi jelas, apakah
membuat menjadi besar sesuatu yang kecil atau sesuatu yang memang sudah besar.
Karena itu, awalan per- dan akhiran –kan jangan digunakan sekaligus pada kata-kata
bentukan yang sebenarnya terdiri dari dua unsur. Hal ini
menyebabkan terjadinya kontaminasi (kacau).
(2) tergambarkan
Selanjutnya, kita teliti kerancuan yang
terjadi dalam pembetukan kata. Contoh bentuk kata (2) di atas adalah rancu.
Bentuk itu kita uji dalam deretan bentuk dengan kata dasar gambar.
Kata dasar gambar terdapat dalam bentuk-bentuk :
bergambar
menggambar
gambar-menggambar
menggambari
menggambarkan
tergambar
tergambar
gambaran
penggambar
penggambar
Setelah kita deretkan ternyata tidak ada
bentuk tergambarkan. Jika kita
perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk tergambarkan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal,
yaitu tergambar dan menggambarkan. Dari bentuk awal diambil ter dan dari bentuk kedua diambil -gambarkan. Hasilnya ialah kata tergambarkan yang rancu (kontaminasi).
(3) Mempersulitkan
Mari kita teliti kerancuan yang terjadi
dalam pembetukan kata. Contoh bentuk kata (3) di atas adalah rancu. Bagaimana
mungkin ada bentuk mempersulitkan. Bentuk itu kita uji dalam deretan bentuk
dengan kata dasar sulit.
Kata dasar sulit terdapat dalam bentuk-bentuk :
menyulitkan
mempersulit
penyulit
kesulitan
Setelah kita deretkan ternyata tidak ada
bentuk mempersulitkan. Jika kita
perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk mempersulitkan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal,
yaitu menyulitkan dan mempersulit.
(4) membentukan
Berikut ini adalah bentuk yang
dikacaukan dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata membentuk dan bentukan.
Dari bentuk pertama diambil mem dan
dari bentuk kedua diambil bentukan.
Hasilnya ialah kata membentukan yang
rancu tadi
(5) bernamakan
Contoh bentuk kata (5) di atas adalah
rancu. Bagaimana mungkin ada bentuk bernamakan.
Bentuk itu kita uji dalam deretan bentuk dengan kata dasar nama.
Kata dasar nama terdapat dalam bentuk-bentuk :
bernama
menamai
menamakan
teranama
kenamaan
Setelah kita deretkan ternyata tidak ada
bentuk bernamakan. Jika kita
perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk bernamakan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal, yaitu
beranama dan menamakan.
(6) memperjelaskan
Kata (6) adalah bentuk yang dikacaukan
dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata menjelaskan
dan memperjelas. Dari bentuk pertama
diambil memper- dan dari bentuk kedua
diambil jelaskan. Hasilnya ialah kata
memperjelaskan yang rancu tersebut.
(7) memperburuk
Contoh
bentuk kata (7) ini pun rancu. Mari kita tinjau bagaimana bentuk dasarnya. Bentuk dasar kata memperburuk adalah buruk.
meN
+ buruk =memburuk
Hal
ini karena fonem /N/ pada morfem meN
atau peN berubah menjadi fonem /m/
apabila bertemu bentuk dasar yang berawal dengan /p,b,f/.
Per
+ buruk = perburuk
Jadi, kata memperburuk yang rancu
tersebut merupakan gabungan dari dua kata yang asalnya dari kata memburuk dan perburuk. Dari bentuk
pertama diambil mem-- dan dari bentuk
kedua diambil perburuk. Hasilnya
ialah kata memperburuk yang rancu tersebut.
(8) mempermudahkan
Kata (8) adalah bentuk yang dikacaukan
dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata memudahkan
dan mempermudah. Dari bentuk kedua
diambil memper- dan dari bentuk awal
diambil -mudahkan. Hasilnya ialah
kata mempermudahkan yang rancu (kontaminasi).
(9) mempercayakan
Contoh bentuk kata (9) di atas adalah
rancu. Bagaimana mungkin ada bentuk mempercayakan.
Bahkan frekuensi penggunaannya marak dan sering. Secara sadar atau tidak sadar
kita juga dapat dianggap sebagai pelaku penggunaan kata rancu tersebut yaitu mempercayakan. Contohnya pada kalimat
“Saya mempercayakan harta ini untuk kamu kelola.” Kata mempercayakan merupakan bentuk rancu. Bentuk itu kita uji dalam
deretan bentuk dengan kata dasar percaya.
Kata dasar percaya terdapat dalam bentuk-bentuk :
mempercayai
memercayakan
terpercaya
kepercayaan
Setelah kita deretkan ternyata tidak ada
bentuk mempercayakan. Jika kita
perhatikan baik-baik, akan terungkapkan bahwa bentuk mempercayakan merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal,
yaitu memercayakan dan mempercayai.
(10) mempertegaskan
Selanjutnya, kata (10) adalah bentuk
yang dikacaukan dari dua bentuk yang tepat, yakni dari kata menegaskan dan mempertegas. Kedua kata tersebut oleh orang digabungkan menjadi
satu kata. Hasilnya ialah kata mempertegaskan
yang rancu tersebut.
Dari pembahasan yang telah dilakukan di
atas, maka diperoleh data yang sudah betul. Berikut ini adalah sajian data yang
betul;
1. Sajian data kontaminasi bentuk kalimat
yang benar.
Data
rancu
|
Data
betul
|
(1) Pada acara itu dihadiri oleh para sastrawan.
|
(1a) Acara itu dihadiri oleh para
sastrawan.
(1b) Pada acara itu hadir para sastrawan.
|
(2) Melalui pelatihan ini diharapkan
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan
|
(2a) Pelatihan ini diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan
keterampilan
(2b) Melalui pelatihan ini
diharapkan dapat
ditingkatkan.
|
(3) Di dalam kelas anak-anak dilarang
tidak boleh ramai.
|
(3a) Di dalam kelas anak-anak
dilarang
ramai.
(3b) Di dalam kelas anak-anak tidak boleh
ramai
|
(4) Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.
|
(4a) Rapat itu dihadiri oleh para
pejabat
setempat.
(4b) Dalam rapat itu hadir para
pejabat
setempat.
|
(5) Hermawan menduduki juara Indonesia
Terbuka.
|
(5a) Hermawan meraih gelar juara
Indoesia
Terbuka
(5b) Hermawan menduduki peringkat
pertama
|
(6) Dalam perayaan itu dihadiri oleh semua
guru.
|
(6a) Perayaan itu dihadiri oleh
semua guru.
(6b) Dalam perayaan itu hadiri
semua guru.
|
(7) Dengan penataran ini dapat
meningkatkan kemampuan karyawan
|
(7a) Dengan penataran ini
kemampuan
karyawan dapat meningkat.
(7b) Penataran ini dapat
menigkatkan
kemampuan karyawan
|
(8)
Bagi
pemenang akan mendapatkan sebuah hadiah besar.
|
(8a) Bagi pemenang disediakan
sebuah hadiah
besar.
(8b) Pemenang akan mendapatkan sebuah
hadiah besar.
|
(9) Di zaman yang serba canggih ini
memaksa orang berpacu dengan waktu.
|
(9a) Zaman yang serba canggih ini memaksa
orang berpacu dengan waktu
(9b) Di zaman ini orang berpacu
dengan waktu
|
(10) Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ada
perbedaan kenaikan prestasi belajar antara para siswa.
|
(10a)
Penelitian membuktikan bahwa ada
perbedaan kenaikan prestasi
belajar
antara para siswa.
(10b)
Dari hasil penelitian, ada perbedaan
kenaikan prestasi belajar antara para
siswa.
|
(11) Menurut para pakar sejarah mengatakan bahwa Candi
Borobudur dibangun pada masa Kerajaan Syailendra
|
(11a) Menurut para pakar sejarah,
Candi
Borobudur dibangun pada masa
Kerajaan
Syailendra.
(11b) Para pakar sejarah mengatakan
bahwa
Candi Borobudur dibangun pada masa
Kerajaan Syailendra.
|
(12) Meskipun perusahaan itu belum
terkenal, tetapi produksinya banyak dibutuhkan orang
|
(12a) Meskipun perusahaan itu
belum terkenal
produksinya banyak dibutuhkan orang.
(12b) Perusahaan itu belum
terkenal, tetapi
produksinya banyak dibutuhkan orang.
|
(13) Gambar ini menunjukkan hampir
menyerupai bulan.
|
(13a)Gambar ini bentuknya hampir
menyerupai
bulan.
(13b) Gambar ini menunjukkan
bentuk yang
hampir menyerupai bulan.
|
(14) Bank Suminto adalah merupakan salah
satu bank terbesar di Jepang
|
(14a) Bank Suminto adalah salah
satu bank
terbesar di Jepang.
(14b) Bank Suminto merupakan
salah satu bank
terbesar di Jepang.
|
(15) Akibat banjir, telah membobolkan
tanggul yang panjangnya 300 meter.
|
(15a) Banjir telah membobolkan
tanggul yang
panjangnya 300 meter.
(15b) Tanggul yang panjangnya 300
meter
bobol akibat banjir.
|
(16) Di antara beberapa negara Eropa Barat
berupaya membuat heli antitak bersama
untuk menekan biaya.
|
(16a) Beberapa negara Eropa Barat
berupaya
membuat heli antitank bersama untuk
menekan biaya.
(16b) Antarnegara Eropa Barat
berupaya
membuat heli antitank bersama untuk
menekan biaya.
|
(17) Kenaikan tarif listrik sebenarnya
sudah lama dinaikkan.
|
(17a) Tarif listrik sebenarnya
sudah lama
dinaikkan.
(17b) Kenaikan tarif listrik
sebenarnya sudah
lama diberlakukan.
|
(18) Upaya mencari titik temu masalah harga
ini sampai kini belum juga terpecahkan.
|
(18a) Upaya mencari titik temu
masalah harga
ini sampai kini belum juga berhasil.
(18b) Masalah penetuan harga ini
sampai
sekarang belum juga terpecahkan.
|
(19) Membangun industri baja diperlukan biaya
yang besar.
|
(19a) Untuk membangun industri
baja
diperlukan biaya yang besar.
(19b) Membangun industri baja
memerlukan
biaya yang besar.
|
(20) Dengan penghayatan yang
sungguh-sungguh terhadap profesinya serta memahami tugas yang diembannya,
Dokter Sucipto telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
|
(20a) Dengan penghayatan yang
sungguh-
sungguh terhadap profesinya serta
pemahaman tugas yang diembannya,
Dokter Sucipto telah berhasil mengakhiri
masa jabatannya dengan baik.
(20b) Dengan menghayati yang
sungguh-
sungguh terhadap profesinya serta
memahami tugas yang diembannya,
Dokter Sucipto telah berhasil mengakhiri
masa
jabatannya dengan baik.
|
2. Sajian data kontaminasi bentuk frase
yang betul
Data rancu
|
Data betul
|
(1) di kemudian kali
|
Bentuk
asalnya ialah di kemudian hari atau
lain kali.
|
(2) jangan boleh
|
Bentuk asalnya ialah jangan biarkan dan tidak
boleh
|
(3)
belum usah
|
Bentuk
asalnya ialah belum boleh dan tidak usah.
|
(4) semakin hari
|
Bentuk asalnya ialah hari demi hari atau dan
semakin lama
|
(5) menyempatkan waktu
|
Bentuk asalnya ialah menyempatkan diri dan menyediakan waktu.
|
(6) menyembuhkan penyakit
|
Bentuk asalnya ialah menyembuhkan pasien dan membasmi penyakit
|
(7) dan lain sebagainya
|
Bentuk asalnya ialah dan lain-lain atau dan sebagainya.
|
(8) menundukkan
badan
|
Bentuk aslinya ialah menundukkan kepala dan membungkukkan badan.
|
(9)
Menceritakan
tentang hal-ihwalnya
|
Bentuk
asalnya ialah menceritakan hal-ihwalnya
atau bercerita tentang hal-ihwalnya.
|
(10) Membahayakan bagi keamanan
|
Bentuk
aslinya ialah membahayakan keamanan
dan berbahaya
bagi keamanan.
|
(11) berulang
kali
|
Bentuk asalnya
ialah berulang-ulang atau berkali-kali.
|
3. Sajian data kontaminasi bentuk kata yang
betul
Data rancu
|
Data betul
|
(1)
Diperbesarkan
|
Bentukan
yang benar kata yaitu diperbesar
dan dibesarkan.
|
(2)
Tergambarkan
|
Bentuk
yang benar yaitu kata tergambar dan
menggambarkan
|
(3) Mempersulitkan
|
Bentuk yang benar yaitu menyulitkan dan mempersulit.
|
(4)
membentukan
|
Bentuk
yang benar yaitu dari kata membentuk
dan bentukan.
|
(5)
bernamakan
|
Bentuk
yang benar yaitu beranama dan menamakan.
|
(6)
memperjelaskan
|
Bentuk
yang benar yaitu kata menjelaskan
dan memperjelas
|
(7)
memperburuk
|
Bentuk
yang benar yaitu kata memburuk dan perburuk
|
(8)
mempermudahkan
|
Bentuk
yang benar yaitu kata memudahkan
dan mempermudah.
|
(9) Mempercayakan
|
Bentuk yang benar yaitu kata memercayakan dan mempercayai.
|
(10) Mempertegaskan
|
Bentuk
yang benar yaitu kata menegaskan
dan mempertegas.
|
D.
Kesimpulan
Dari
paparan pembahasan di atas, kita mengetahui bahwa kontaminasi merupakan istilah yang dipungut dari
bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu
diterjemahkan dengan 'kerancuan'. Rancu artinya 'kacau' dan kerancuan artinya
'kekacauan'. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat,
seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah
disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan
frase yang kacau atau kalimat yang kacau.
Penyebab kontaminasi itu sendiri adalah kesalahan
orang memadu dua unsur yang berpasangan. Dua hal yang
masing – masing berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang
tidak berpasangan atau berpadanan. Hasilnya adalah kerancauan. Penempatan kata
yang tidak tepat tentu saja dapat menimbulkan kekacauan atau kerancauan. Misalkanlah
bahwa unsur A selalu berpasangan dengan unsur B dan unsur C dengan unsur
D. Pasangan A dan B serta C dan D selalu
merupakan pasangan yang tepat. Tetapi, bila pasangan itu bertukar, misalnya A
dengan D dan C dengan B, maka pasangan itu dikatakan menjadi rancu.
Kontaminasi digolongkan menjadi tiga
bentuk yaitu kontaminasi bentuk kalimat, kontaminasi bentuk frase, dan kontaminasi
bentuk kata. Bentuk kalimat, frase ataupun kata yang mengalami kontaminasi
dapat diperbaiki yaitu dengan mengembalikan bentuk yang rancu ke bentuk asalnya
atau bentuk yang benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Badudu, J.S. 1990. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.
Jakarta: PT Gramedia
Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II.
Jakarta: PT Gramedia
http://pembelajaran-mas-dewantara.blogspot.com/2012/05/gejala-bahasa.html diunduh tanggal 15 November 2014. pkl. 13.05
wib
https://ryuliana111.wordpress.com/2012/02/09/analisis-gejala-kontaminasi-penggunaan-bahasa-asing-dalam-iklan-unik-di-surat-kabar-solopos/
diunduh tanggal 15 November 2014. pkl. 13.08 wib
http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/kesalahan-berbahasa.html
diunduh tanggal 15 November 2014. pkl. 13.08 wib
Belum ada tanggapan untuk "Analisis Kontaminasi dalam Penggunaan Bahasa"
Post a Comment