JANGAN NODAI JANJI SUCI! (Serial Bimbingan Pernikahan)


JANGAN NODAI JANJI SUCI!
(Serial Bimbingan Pernikahan)



Sebelum membaca artikel di bawah ini, saya share KUMPULAN BACAAN AL-QUR'AN LENGKAP. Semoga bermanfaat.


Agama Islam adalah agama yang sempurna. Seluruh sisi kehidupan manusia diatur dalam Islam; mulai dari pokok-pokok keyakinan sampai pada urusan buang hajat. Aturan dan syariat Islam tersebut datang dari Allah swt, Dzat yang menciptakan alam semesta. Sehingga, Dia-lah yang paling mengetahui segala kemaslahatan ciptaan-Nya.
Tidak ada satu aturan maupun syariat yang Allah tetapkan, melainkan akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Maka dari itu, carilah kebahagiaan dengan mengikuti syariat Allah swt. Janganlah Anda mencari kebahagiaan dengan melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Yakinlah! Anda tidak akan mendapatkan kebahagiaan hakiki dengan melanggar perintah-Nya. Kalaupun ternyata Anda merasa bahagia, maka sadarlah bahwa kebahagiaan tersebut hanyalah semu. Kelak, cepat atau lambat, kebahagiaan yang sedang Anda rasakan itu akan berubah menjadi penyesalan.
Renungkanlah firman Allah swt berikut.
Artinya: “Hendaklah orang-orang yang melanggar perintah-Nya takut ditimpa bencana atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63)
Fenomena Anak Muda
Semboyan “muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga” agaknya telah membudaya di kalangan anak muda. Tentu anak muda yang jauh dari ilmu agama.
Faktanya, foya-foya itu justru menghabiskan harta, bukan membuat kaya, dan ujung-ujungnya dijauhkan dari surga. Naudzubillahi min dzalik.
Kalau mau jujur, semboyan di atas hanyalah sebagai bentuk legalisasi untuk melanggar berbagai aturan. Alhasil, masa mudanya habis untuk sia-sia. Rambu-rambu syariat dilanggar, yang penting bahagia, prinsipnya.
Padahal dalam hadist diriwayatkan bahwa, “Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat nanti, tidak akan bergeser kedua kaki untuk cucu Ada dari hadapan Rabb-nya sampai ia ditanya tentang lima hal. Di antara yang ditanyakan tersebut adalah tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, dan tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan.” (HR. at-Tirmidzi). Barangsiapa bisa menjawab dan mempertanggung-jawabkan lima hal di atas, maka ia menjadi orang yang beruntung. Dengan izin Allah swt, ia akan mendapat kebahagiaan hakiki di akhirat. Jika tidak bisa, maka ia termasuk orang-orang yang celaka.
HDN (Hamil Di Luar Nikah)
Dalam pergaulan, kita merasa miris melihat kontrol generasi muda saat ini. Cara bergaul mereka, terutama antara laki-laki dengan wanita, membuat kita sering mengurut dada dan menarik nafas dalam-dalam. Tidak perlu banyak diceritakan, yang pada kesimpulannya, banyak norma kesopanan, norma kesusilaan dan tentunya norma agama, diterjang.
Pemandangan muda-mudi di era terakhir ini sangat jauh berbeda dibandingkan 10 atau 15 tahun silam. Sekarang, tidak ada lagi rasa malu, tanpa tedheng aling-aling, muda-mudi kita telah jatuh dalam pergaulan bebas. Sehingga, tidak sedikit yang akhirnya kawin terpaksa.
Anehnya, kasus HDN (hamil di luar nikah) tidak lagi dipandang sebagai aib, akan tetapi sebuah kewajaran. Bahkan, sebagian orang tua gelisah bila anaknya tidak memiliki teman lawan jenis. Orang tua lebih senang bila putrinya diajak pergi teman laki-lakinya daripada di rumah membaca buku agama. Lebih senang putrinya berpakaian mni daripada memakai jilbab. “Jangan-jangan anak saya terpengaruh aliran sesat.” Kekhawatiran sebagian orang tua.
Tentu pola pikir di atas sangat tidak tepat. Dan nampaknya, pola pikir tersebut telah banyak mempengaruhi sebagian besar masyarakat kita, dari semua elemennya; orang tua maupun anak mudanya. Jadi, siapa yang harus disalahkan bila kasus HDN (hamil di luar nikah) ini semakin merajalela?
Pembaca yang budiman, saya rasa bukan waktunya saling menyalahkan ! saatnya, semua pihak mulai mengaca dan mengintrospeksi diri ; sudahkan kita berada di atas rambu-rambu syariat? Bagi generasi muda Muslim, sudahkan ajaran agama Islam mewarnai cara pergaulannya? Bagi orang tua, sudahkah di atas bimbingan Islam kah pendidikan ptra-putri Anda?
Bimbingan dalam Pergaulan
Islam sebagai agama kebahagiaan telah mengatur tata cara dalam pergaulan. Pergaulan antara laki-laki dan wanita sangat dibatasi dalam Islam. Ikhtilath (Bercampur baurnya laki-laki dan wanita yang bukan mahram dalam satu tempat yang menyendiri) begitu dilarang dalam syariat yang sempurna ini. Sebab, tidak sedikit kasus perzinaan maupun perselingkuhan dimulai dari ikhtilath dan khalwat.
Oleh karena itu, sebagai bentuk pembiasaan, sejak usia dini anak laki-laki harus dipisahkan dari wanita. Rasulullah saw bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun. Pukullah (pukulan mendidik, petj.)bila mereka enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad)
Para pembaca yang dirahmati Allah swt, demikian indahnya ajaran Islam. Islam mengajarkan suddud-dzari’ah, langkah preventif atau upaya pencegahan. Mencegah itu lebih baik serta lebih mudah daripada mengobati. Meski bersaudara dan masih kecil, anak-anak harus dipisahkan tempat tidur mereka dan dibatasi interaksi mereka. Maka, untuk selain mereka (yang tidak bersaudara dan sudah baligh) hukum tersebut lebih ditekankan.
Pembatasan hubungan antara laki-laki dengan wanita bukanlah bentuk pengekangan terhadap hak asasi manusia. Bukan pula, ajaran kolot dan tradisional yang jauh dari nilai-nilai modern. Justru, dengan bimbingan tersebut nilai-nilai kehormatan akan terjaga.
Kita bisa melihat fakta bagi yang melegalkan pergaulan bebas. Tidak perlu jauh-jauh ke Negara Barat, tengok saja kondisi generasi muda kita. Bukan rahasia umum lagi, menikah dengan perut membusung karena hamil atau sambil menggendong bayi atau berapa banyak bayi lahir tanpa diketahui dengan jelas siapa bapaknya. Naudzubillah. Semoga Allah swt senantiasa melindungi generasi muda kita dari pergaulan bebas.
Maka dari itu, kita sebagai generasi muda harus waspada. Marilah bersama-sama untuk berbenah diri! Kita tanamkan nilai-nilai Islam dalam semua aspek kehidupan kita. Landasilah pertemanan dengan nilai-nilai ketakwaan. Jauhi pergaulan bebas. Carilah kawan-kawan yang bisamengingatkan apabila kita alpa dan lupa.
Anda, wahai orang tua! Sudah saatnya Anda melihat kembali teman putra-putri Anda. Bimbinglah mereka dengan bimbingan Rasulullah saw, terutama dalam bergaulan. Ingatlah bahwa bimbingan beliau telah menelorkan sekian sahabat muda yang begitu mulia.
Bila Waktunya Tiba
Wahai pemuda, kini kamu telah dewasa. Ketika kecenderungan kepada lawan jenis semakin besar, maka tempuhlah jalan yang syar’i. Jangan kamu tempuh jalan lain! Jalan lain itu, sekalipun kamu merasa bahagia -‘bahagia semu tentunya’- akan mengantarkan pada penyesalan.
Para pembaca yang dirahmati Allah swt, kecenderungan terhadap lawan jenis itu adalah fitrah dari Allah swt untuk kita. Laki-laki cenderung terhadap wanita, demikian pula sebaliknya, wanita cenderung terhadap laki-laki. Sebuah nikmat yang wajib disyukuri.
Allah berfirman yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14).
Anda pun dituntut untuuk mensyukurinya. Hanya saja, ada saja yang tidak mau bersyukur atas nikmat tersebut. kenapa tidak bersyukur? Sebab, ia mempergunakan nikmat tersebut tidak di atas jalan syar’i. Jalan syar’i tersebut bernama pernikahan, bukan pacaran atau yang lainnya.
Nah, tidak sedikit yang menggunakan nikmat tersebut di jalan yang dimurkai Allah swt. Syahwatnya disalurkan dengan cara melanggar batasan-batasan syariat, seperti zina, kumpul kebo, atau perkara lainnya yang bisa mengantarkan kepada zina, seperti: pacaran, memandang wanita yang tidak halal, khalwat, dan lain-lain. Padahal Allah swt berfirman yang artinya, “Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Para pembaca yang dirakhmati Allah swt, mensyukuri nikmat itu dilakukan dengan mempergunakannya untuk menaati Sang Pemberi Nikmat, termasuk nikmat kecenderungan terhadap lawan jenis. Nikmat tersebut harus disalurkan kepada jalan yang diridhai-Nya, yaitu menikah. Sebelum masuk dalam sebuah ikatan pernikahan syar’i, janganlah menodai janji suci itu dengan melakukan hal-hal yang tidak diridai Allah swt. Wallahu a’lam. (AAM)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "JANGAN NODAI JANJI SUCI! (Serial Bimbingan Pernikahan)"