MENIKAHLAH AGAR ALLAH SEMAKIN MENJAGAMU



MENIKAHLAH AGAR ALLAH SEMAKIN MENJAGAMU



Sebelum membaca artikel di bawah ini, saya share KUMPULAN BACAAN AL-QUR'AN LENGKAP. Semoga bermanfaat.


“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak! (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32)
Janji Allah pasti hebat. Allah SWT telah meletakkan pernikahan sebagai suatu hal yang paling mulia, sempurna, dapat mendatangkan pahala dan meninggikan derajat seorang Muslim di hadapan-Nya. Tentu saja hal tersebut akan diperoleh seorang Muslim jika dilakukan atas dasar keimanan. Banyak hikmah yang akan didapat ketika seorang Muslim mencapai sebuah jenjang pernikahan. Apa sajakah hikmah tersebut? Berikut beberapa hikmah yang akan diperoleh ketika seorang Muslim atau sepasang Muslim menempuh jenjang pernikahan.
1)      Allah akan menjaga pandanganmu, Saudaraku
Tentang menyelamatkan pandangan, Antarah bin Syaddad yang merupakan penyair di zaman Jahiliyah pernah berkata: “Dan akupun terus menundukkan pandanganku tatkala tampak istri tetanggaku sampai masuklah ia ke rumahnya.” Memang bagi laki-laki, pandangan merupakan pintu yang mudah terbuka untuk dimasuki perangkap syetan agar laki-laki rapuh melalui pintu ini. Pesan dari Rasulullah saw kepada para lelaki, baik itu telah menikah atau belum menikah, maka ingatlah hadis ini “Tidaklah aku tinggalkan setelah ku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (HR. Bukhori Muslim).
Perempuan sungguh dimuliakan dalam tata cara Islam. Perempuan sungguh dijaga dalam pandangan Islam. Masih teringatkah ketika pada masa Jahiliyyah, ketika ada bayi perempuan lahir, langsung dikubur hidup-hidup. Perempuan bagaikan aib pada masa itu, aib bagi masyarakat sehingga masyarakat Jahiliyyah memperlakukan sadis terhadap perempuan. Ketika Islam mulai mendatangi masyarakat itu, diajarilah hak-hak perempuan, diajarilah kewajiban-kewajiban seperti berhijab. Digantilah status perempuan dari aib menjadi mulia karena hijabnya, sifatnya, dan pekerjaannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Maka, janganlah kau tampil beda untuk trendi, janganlah wewangianmu harum mengenai kami para laki-laki ini, janganlah lenggak-lenggok tubuhmu diperlihatkan kesana-kemari. Itu hanya akan menjadi fitnah bagi laki-laki, baik yang telah menikah, terlebih yang sangat rindu menikah dan belum dapat melaksanakannya.
Wahai pemuda, apakah pandanganmu benar-benar telah terjaga? Apakah lapisan-lapisan imanmu dapat menguatkan pandanganmu di dunia yang penuh dengan retorika ini? Emansipasi, kesetaraan, persamaan, perlakuan yang sama, dan lainnya telah memenuhi alur berpikir akhir-akhir ini. Wahai pemuda, di dalam Shahih Muslim, Rasulullah saw telah berpesan “Sesungguhnya wanita itu menghadap dalam bentuk setan dan membelakangi dalam bentuk setan. Maka apabila seseorang dari kalian melihat seorang wanita, hendaklah ia mendatangi istrinya, karena dengan begitu dapat menolak apa yang ada dalam hadnya.” Bagi yang telah berkeluarga, lebih mudah untuk mengamalkan hadis ini. Sangat kecil kemungkinan bagi laki-laki untuk tidak melihat perempuan di negeri ini, di sana sini, di jalan, di tempat bekerja, ketika makan di pinggir ada perempuan. Maka, menikahlah agar panah-panah iblis itu tidak melubangi temeng laki-laki lewat pandangannya kepada perempuan yang bukan mahramnya. Agar pula pandangan itu diberikan kepada yang layak dan mempunyai haknya, yaitu istri kita maka menikahlah agar Allah menjaga pandanganmu.
2)      Wahai Saudariku, Allah juga akan menjaga perasaanmu
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Qr-Ruum: 21)

Bukankah seorang wanita itu membutuhkan ketika dalam kondisi tertekan? Bukankah wanita itu cenderung mudah meluapkan, melampiaskan perasaannya dengan tangisan? Bukankah wanita itu mudah sekali terkena perasaannya dikarenakan hal-hal sepele yang dilakukan lelaki? Ya, itulah wanita, lebih menonjolkan perasaan daripada rasionya. Lebih sering untuk menangis, merenung, marah, jengkel dan sebagainya. Itulah wanita, dominan di perasaan, dan akan membutuhkan lelaki yang sah untuk menguatkan perasaannya.
3)      Allah akan menjaga keturunanmu dengan sebaik-baiknya
“Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para Nabi nanti pada hari kiamat.” (Shahih Riwayat Ahmad. Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik).

Tujuan dari syariah (magasid syariah) pernikahan, salah satunya adalah memperoleh keturunan secara sah dan shalih. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 72 yang artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka, mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl: 72)
Setelah menikah, apakah yang paling ditunggu selain merindukan kehadiran salihin dan salihat? Apakah yang ingin diharapkan selain doa salihin dan salihat selepas kita meninggal kelak? Apakah hanya satu salihin saja? Ataukah satu salihat saja merasa puas untuk dapat mendoakan kita selepas ruh kita menghadap kepadaNya? Ataukah, ada beberapa salihin dan salihat yang Allah berkehendak untuk mengamanahkan kepada kita, sebagai ujian dan tantangan agar kita semakin mencintaiNya melalui memberikan pendidikan terbaik kepada mereka?
Salihin dan salihat mulai terbentuk ketika pertama kalinya sepasang lelaki dan wanita halal secara syar’I, ada untaian doa ketika jirna’, dan adanya kehidupan Islami dalam perjalanan mereka. Tentunya, pembinaan salihin dan salihat itu dari ayah dan ibunya, maka Rasulullah saw memberikan teladan doa-doa dalam mendidik anak untuk menjadi salihin dan salihat. Dalam jima’ ada adab dan doa, mani yang suci pun masih butuh kekuatan doa untuk menjadi salihin dan salihat. Bisikan-bisikan keimanan mmulai dalam kandungan sampai dewasa haruslah menyertai mereka, sehingga ketika kelak orang tuanya wafat, salihin dan salihat dapat menampilkan ketulusan keimanan mereka lewat doa. Apalagi ketika salihin dan salihat itu tidak hanya satu, melainkan lebih dari satu, insyaallah dengan keimanan mereka dan doa-doa yang dipanjatkan semoga akan menembus langit dengan mudah dan dikabulkan Allah SWT.
4)      Rezeki pun akan terjaga
Inilah ujian keimanan pernikahan yang berkaitan dengan rezeki. Rezeki telah diatur Allah SWT di lauhul mahfuz, tidak akan tertukar dan berkurang. Setiap orang memiliki rezeki  masing-masing, sebab Alah telah tetapkan hal itu ketika seseorang itu lahir. Seperti pemisalan burung, dia pergi pagi hari dan pulang sore hari pasti membawa rezeki untuk anak-anaknya. Hal ini membuktikan bahwa hewan pun telah Allah penuhi hak-haknya, hewan bukanlah makhluk Allah yang terbebani secara syariat seperti halnya manusia dan Allah pun penuhi haknya.
Manusia merupakan makhluk Allah, ada yang taat dan maksiat. Semua pun Allah berikan rezeki. Maha Adil Allah atas segala. Rezeki yang diberikan Allah kepada manusia pun bermacam-macam, dapat berupa harta, perasaan cukup, kesehatan, dll. Banyaknya rezeki ada kemungkinan tidak ada hubungannya dengan keimanan seseorang, namun berkahnya rezeki itulah yang hanya dimiliki oleh orang beriman.
Sepakat atau tidak, percaya atau tidak, ketika sepasang Muslim (lelaki dan perempuan) menikah akan Allah berkahkan rezeki yang berlipat ganda dari arah yang tidak disangka-sangka. Sebagaimana firman Allah berikut ini.

Katakanlah, ”Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba’: 36)

Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendakiNya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. (QS. Az-Zumar: 52)

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Qt-Talaq: 3)
Rezeki yang berupa harta dari seorang suami, wajib untuk menafkahi rumah tangga mereka. Rezeki yang berupa rasa aman, wajib untuk diamalkan kepala keluarga (suami) untuk menciptakan rasa aman dan nyaman di keluarga tersebut. Inilah konsepsi terjaganya rezeki melalui ikatan pernikahan. Semoga ketika Allah SWT menjaga rezeki kita, kita pun menjaga agar rezeki yang diambil dan dikeluarkan pada tempat-tempat yang halal.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "MENIKAHLAH AGAR ALLAH SEMAKIN MENJAGAMU"