RESENSI BUKU: DEAR LIFE ALICE MUNRO



RESENSI BUKU


Judul Buku       : Dear Life
Pengarang        : Alice Munro
Kategori Buku : Kumpulan Cerita
Penerjemah      : Tri Setiadi & Rini Nurul B
Penerbit           : Bentang Pustaka
Cetakan           : Oktober 2014
Tebal Buku      : 303 hlm
ISBN               : 978-602-291-025-1


Beberapa orang diberi keberuntungan untuk mencicipi kegentiran hidup dan merasakan betapa pentingnya arti sebuah perjuangan. Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang mampu memaknai kehidupan dan termasuk orang-orang tangguh yang tidak peduli besarnya cobaan yang dihadapi, karena impian mereka jauh lebih kuat.
Alice Munro, lahir pada 10 Juli 1931, seorang sastrawan asal Kanada yang selalu bersemangat menulis dengan caranya sendiri dalam memaknai setiap perjalanan hidupnya. Berkat tulisan-tulisannya, dia mendapatkan beasisiwa di University of Western Ontario dan memperoleh beberapa penghargaan, salah satunya yakni Penghargaan Nobel Sastra 2013. Karyanya yang terakhir berjudul “Dear Life” berhasil diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2014. Cerita-cerita Alice Munro dalam bukunya termasuk sangat simpel, karena ia mengambil latar tempat di mana ia dibesarkan, dan ceritanya berkaitan dengan kejadian sehari-hari. Kumpulan cerita Alice Munro ini dengan sangat memikat mengangkat tema tentang berbagai segi kehidupan, seperti percintaan, perasaan bersalah, gairah, kehilangan, keterasingan, dan sebagainya. Kumpulan cerita dalam buku kumpulannya berjumlah 10 judul cerita, yakni Sampai Ke Jepang, Amundsen, Meninggalkan Maverley, Kerikil, Surga, Harga Diri, Corrie, Kereta, Dari Danau, Dolly, Mata, Malam, Suara, dan Kehidupan Yang Berharga. Empat cerita penutup yang disebut Munro “terasa autobiografis” akan membawa pembaca menilik masa kecil Munro.
Karyanya yang berjudul “Sampai Ke Jepang” menceritakan seorang perempuan yang hanya diperdaya oleh nafsunya (seperti, gairah, mengagung-agungkan pesona lelaki), sehingga dengan suami dan anaknya sendiri ia lupakan. Sampai akhirnya, ia pun tersadar ketika kebingungan mencari anaknya di kereta yang ditumpanginya.
            Karya yang selanjutnya berjudul “Amundsen” menceritakan tentang perjalanan seorang guru dari Toronto yang magang kerja ke daerah pedalaman, Amundsen. Sampai akhirnya, guru perempuan yang bernama Vivien itu dalam perjalanan magangnya diajak menikah oleh dr. Fox (alias Ready Fox, alias Alister). Tetapi pernikahan mereka gagal, entah karena alasan apakah semua tak jelas, hanya saja penulis (yakni Munro) menjelaskan bahwa kegagalan pernikahan itu dikarenakan pembicaraan antarlelaki (Alister, calon suaminya---dengan sopir mobil van). Akhirnya Vivien menikah dengan pacarnya di Toronto setelah proses magangnya selesai. Namun pernikahan mereka tak bahagia, Vivien mengalami percekcokan yang alot dengan suaminya mengenai setoran utang yang dipinjam dari salah satu anak mereka. Vivien merupakan tipe orang yang apa adanya.
            Karya yang selanjutnya berjudul “Meninggalkan Maverley” ini, pada intinya menceritakan tentang peristiwa kematian dan ketegaran dalam menghadapinya. Hal ini tergambarkan pada peristiwa meninggalnya istri dari tokoh yang bernama Ray setelah menderita sakit selama beberapa tahun. Ray sangat sedih, jiwanya terguncang. Namun, ketika mengingat perempuan muda yang dikenalnya, seorang perempuan yang lebih dulu mengalami hal tersebut membuat Ray lega dan dapat menerima semuanya. Perempuan itu bernama Leah. Pada dasarnya, apa yang ditulis oleh penulis (Alice Munro) dalam ceritanya ini, ada kaitannya dengan autobiografi yang ditulisnya. Lihat halaman 292.
Kelebihan dan Kekurangan
·         Kelebihan             : Mempunyai alur yang kuat, sehingga membuat pembaca dituntut untuk selalu berpikir dan bertanya-tanya : “siapakah tokoh utama dalam setiap cerita tersebut? ”, “bagaimanakah karakter setiap tokoh dalam cerita tersebut?”, dsb. Ini semacam kejutan untuk pembaca.
·         Kekurangan          : Kekurangan yang terdapat pada buku ini ialah pada bahasa (lebih tepatnya, pada kohesi dan koherensi bahasa) yang sulit dimaknai (berbelit-belit). Kekurangan selanjutnya ialah tidak adanya kata pengantar. Sangat disayangkan jika buku semenarik ini tidak terdapat kata pengantar yang membawa pembaca menjelajahi lebih jauh tentang penulis dan karya-karyanya.
Maka boleh dibilang buku ini sangat cocok untuk semua orang, termasuk orang yang suka akan pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Perlu dicatat bahwa dalam buku ini, Alice Munro menggambarkan pengalaman luar biasanya secara gamblang, walaupun terdapat sedikit unsur fiksi yang mewarnai setiap ceritanya. Nah, buku ini untuk kalian. Kalian suka, silakan membaca.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "RESENSI BUKU: DEAR LIFE ALICE MUNRO"